Tuesday, July 10, 2012

Murah Hati dan Mengutamakan Orang Lain

Disadari atau tidak, sering atau jarang, murah hati termasuk mengutamakan orang lain adalah hal yang langka dan sulit kita temukan dalam kehidupan dunia serba hedonis, kapitalistik, dan individualis. Tak terkecuali di negeri kita yang berpenduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Segala sesuatu berupa barang dan jasa dinilai uang dan materi. Di sekitar kita, banyak anak yatim yang terlantar bahkan dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab, orang miskin yang dipandang sebelah mata oleh orang kaya, dan orang yang enggan mengutamakan sesamanya di atas kepentingan pribadinya. Jika toh ada yang mengutamakan sesamanya, biasanya disertai rasa pamrih atau riya'. Mereka lupa bahwa mereka diciptakan Allah sebagai makhluk sosial yang bersosialisasi dan berbagi dengan sesamanya-tanpa pandang ststus sosial, ras, bahkan agama. Mereka juga lupa bahwa dalam kehidupan mereka, ada hak orang lain yang wajib mereka penuhi dan utamakan. Sebagaimana Allah telah menetapkan bahwa dalam kehidupan dengan harta yang kita miliki, ada hak anak yatim, orang miskin, dan siapapun yang wajib kita tolong. Oleh karena itu, mengutamakan orang lain adalah akhlaq baik dan terpuji yang diperintahkan oleh Allah kepada setiap muslim. Sebaliknya, Allah membenci orang yang enggan menolong sesamanya, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya yang artinya, " Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Dialah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya' dan enggan menolong dengan barang yang berguna. " (al Ma'uun : 1-7). Tentang hal ini, Rasulullah SAW adalah suri teladan terbaik yang layak kita ikuti. Sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, ia berkata, " seorang lelaki datang kepada rasulullah SAW, kemudian berkata, " ya Rasulullah, aku sedang kesusahan." Kemudian rasulullah SAW mengutus dia untuk menemui salah seorang istrinya. Maka istri rasulullah berkata, " demi Allah yang mengutusmu dengan hak, aku tidak mempunyai apapun kecuali air. " Kemudian rasulullah mengutus lelaki tadi kepada istri beliau yang lain. Maka istri rasulullah itupun berkata seperti istri yang tadi, sehingga semua istri rasulullah mengatakan hal yang sama, " demi Allah yang mengutusmu dengan hak, aku tidak mempunyai apapun kecuali air." Rasulullah SAW pun bersabda, " Siapa yang mau menjamu tamu pada malam ini?". Kemudian seorang lelaki dari kaum anshar berkata, " Saya wahai rasul ". Orang anshar itu lalu membawa lelaki tadi ke rumahnya dan berkata kepada istrinya, " wahai istriku, muliakanlah tamu rasulullah SAW ini." Dalam riwayat lain, ia berkata kepada istrinya, " Apakah engkau punya sesuatu?". Istrinya berkata, " Tidak,kecuali makanan anak kita." Maka orang anshar itu berkata, " Hiburlah mereka. Jika mereka mau makan, maka tidurkanlah mereka. Jika tamu kita sudah masuk, matikanlah lampu dan perlihatkan kepadanya seolah-olah kita sedang makan. " Kemudian mereka semua duduk, dan tamu pun makan. Akhirnya sahabat anshar dan istrinya tidur dalam keadaan lapar. Ketika datang waktu subuh, sahabat anshar itu pergi menemui nabi SAW. Nabi pun berkata, " Allah sungguh takjub karena perbuatan engkau dan istrimu tadi malam, saat menjamu tamu. " (mutafaq 'alaih) Subhanallah! Demikian perilaku rasulullah dan para sahabatnya dalam menguatamakan orang lain diatas kepentingan pribadi mereka. Sudahkah kita temukan perilaku demikian dalam diri umat Islam dimasa kini, dimana sistem kapitalis yang memuja hedonisme dan individualisme telah merasuki kehidupan kita saat ini? Sungguh, hal demikian sangat langka kita temui. Karena sistem kapitalisme telah merubah jati diri manusia, khususnya umat Islam, menjadi umat yang cenderung egois dan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya di atas kepentingan sesamanya. Hanya dengan syariah Islam saja dalam naungan daulah khilafah Islamiyah kita bisa merasakan indahnya hidup dengan akhlaq umat Islam yang baik dan terpuji. Insya Allah...

No comments: