Thursday, October 23, 2008

DaRi UkRaiNa

Seorang remaja berkuda membawa bendera putih bertuliskan kalimah tauhid dengan bangganya. Panji-panji Islam tersebut benar-benar ditancapkan di bumi Ukraina. Sebuah acara dengan suasana menyenangkan, penuh dengan rasa kekeluargaan dan persaudaan digelar beberapa waktu lalu di Ukraina. Tepatnya hari Kamis (02/10/08), 3 Syawal 1429 H, di Kota Eskikyrim (Ukraina Tua), komunitas lokal Muslim di tempat itu mengadakan acara dalam rangka perayaan Idul Fitri, hari raya yang dirayakan kaum Muslim di seluruh dunia.

Di Ukraina, beberapa tempat menggelar beberapa kegiatan untuk menyatukan kaum Muslim dan syiar Islam di negeri tersebut. Bila hanya sebatas hiburan atau halal bi halal seperti di Indonesia, mungkin itu hal yang biasa. Tapi tidak, bagi Muslim Ukraina. Kegiatan hari perayaan eidul fitri pada hari libur mereka, benar-benar menjadi sarana syiar Islam dan persatuan kaum Muslim di negeri tersebut. Bahkan yang menjadi kebanggan, mereka berani mengibarkan bendera Rasulullah menjulang tinggi di negeri tersebut. Ya, panji liwa dan royah--dua bendera Rasulullah, masing-masing berwarna hitam dan putih, keduanya bertuliskan laa ilaaha illallah muhammad rasulullah--sebagai simbol persatuan kaum Muslim, berkibar dengan lantang.

Demikian pula, ketika mereka menggelar beberapa permainan yang menyenangkan dan pertandingan sebagai sesuatu hal yang mubah, karena didasari iman dan takwa, tidak nampak permainan dan turnamen yang bebas serta rusak penuh maksiyat. Berbeda halnya dengan permainan-permainan kaum sekular saat ini di negeri-negeri Muslim, di mana halal dan haram tidak dijadikan sebagai tolok ukur. Walhasil atas nama pertandingan olahraga yang terorganisir, cenderung melahirkan maksiyat seperti mengumbar aurat, perjudian, dan campur baur.

Kegiatan berupa festival hari raya di negeri berbahasa Rusia itu dihadiri 1000 hingga 1500 orang, digelar di sebuah lapangan sepak bola. Tampak di tiang-tiang gawang terasang bendera hitam bertuliskan laa ilaaha illallah muhammad rasulullah. Sementara dipinggir lapang berkibar beberapa bendera penyatu umat Islam tersebut.

Terdapat beberapa pertandingan dan permainan yang menyenangkan, seperti tarik tambang, diikuti oleh 12 tim dari berbagai daerah di Ukraina. Mereka saling berjuang untuk menjadi juara pada permainan yang menyenangkan tersebut. Hadiah yang disediakan diantaranya kambing bagi juara pertama.

Sementara itu, permainan dan hiburan juga disediakan bagi anak-anak selama liburan tersebut, diantaranya menaiki unta dan kuda. Untuk remaja, digelar turnament bola basket, serta pacuan kuda untuk membawa bendera Rasulullah Saw.

Subhaanallah, di negeri berbahasa Rusia tersebut syiar Islam memancar. Di bawah panji al-'uqab, panji Rasulullah, mereka dipersatukan sebagai umat yang beridentitas Muslim saja, bukan yang lain. Bahkan mereka merindukan kaum Muslim dunia bersatu, tanpa dibatasi batas semu nasionalisme. Insya Allah, tidak akan lama Islam akan segera meliputi ujung barat dan ujung timur dunia di bawah institusi Khilafah Rasyidah, Amin

Tuesday, October 14, 2008

KaPiTaLiSmE Di UjUnG tAnDuK,kHiLaFaH Di DePaN MaTa

Krisis keuangan global yang terjadi hingga detik ini belum menunjukkan tanda-tanda reda. Krisis yang dipicu oleh kredit macet di bidang properti (subprime mortgage) di AS itu kini menjalar ke mana-mana. Di negeri asalnya, rangkaian krisis tersebut sudah berlangsung sejak 147.708 nasabah KPR gagal bayar pada April 2007. Meningkat menjadi 239.851 nasabah pada Agustus tahun yang sama, dan naik lagi pada Agustus tahun berikutnya menjadi 303.879 nasabah. Korban pertama dari kredit macet tersebut adalah dua hedge fund (pengelola dana investasi) yang dikelola oleh Bear Stearns. Perusahaan tersebut ambruk pada Juli 2007. Disusul kemudian dengan ambruknya Morgan Stanley pada November 2007, dan meruginya bank-bank global senilai 55 miliar dolar AS. Sekalipun perusahaan milik Uni Emirat Arab telah menyuntikkan 9,5 miliar dolar AS ke Citigroup, namun tetap tidak mampu menyelamatkan keadaan. Tidak hanya itu, Cina pun menyuntikkan 5 miliar dolar AS ke Morgan Stanley, termasuk Temasek Holding Singapura juga melakukan hal yang sama ke Merrill Lynch. Bahkan hutang-hutang bermasalah itu sudah dihapus oleh bank-bank global (seperti Citigroup, UBS dan HSBC), yang nilainya mencapai 300 miliar dolar AS, pada Januari-Februari 2008.

Semua itu rupanya belum membuahkan hasil, hingga kaum Kapitalis yang mempunyai keyakinan negara tidak boleh intervensi pun terpaksa mengingkari keyakinannya sendiri. Adalah Inggris yang pertama kali menasionalisasi bank swasta, Northern Rock, 17 Februari 2008. Diikuti oleh Amerika dengan menasionalisasi perusahaan pembiayaan sektor properti, Fannie Mae dan Freddie Mac, 13 Juli 2008. Namun, rupanya pemerintah AS tidak mampu mengakuisisi semua perusahaan bermasalah. 15 September 2008, Lehman Broters Holdings Inc terpaksa dibiarkan ambruk. Setelah itu, 3 Oktober 2008 yang lalu, DPR AS menyetujui paket penyelamatan yang diajukan oleh Menkeu AS, Henry Paulson, dengan mengeluarkan dana talangan 700 miliar dolar AS.

Krisis kali ini memang luar biasa. Krisis yang terjadi di AS itu menimbulkan efek domino bagi perekonomian dunia. Negara-negara Eropa pun terkena getahnya, karena itu empat negara besar Perancis, Jerman, Inggris dan Italia pun mengadakan pertemuan darurat guna mengkaji sistem moneter mereka. Bahkan, 10 Oktober 2008, Rusia mengajukan proposal aliansi Eropa-Rusia anti AS. Efek domino itu kini secara kasat mata menerjang perekonomian Indonesia. Ini terlihat dari anjloknya bursa saham dan pasar uang Indonesia, yang mengakibatkan penutupan BEI (Bursa Efek Indonesia) sejak Rabu, 8 Oktober lalu, setelah terjadi penurunan indeks yang besar, yaitu 10,30 persen. Selain itu, krisis tersebut juga menyebabkan turunnya ekspor dan berkurangnya arus modal masuk, yang menyebabkan kurs rupiah melemah. Inilah yang terjadi pada hari Jum’at, 10 Oktober, di mana rupiah melemah, dan diperdagangkan pada Rp. 10.300 per dolar AS. Dengan melemahnya rupiah, berarti cadangan devisa Indonesia akan menguap, karena menggunakan dolar AS. Jika rupiah melemah Rp. 9.500 per dolar saja, sekitar Rp 500 triliun aset Indonesia telah menguap begitu saja, lalu berapa aset kita yang menguap dengan kurs rupiah saat ini?

Namun sayang, krisis yang terjadi ini tetap tidak mampu membuka mata hati dan pikiran para penguasa negeri ini. Meski Presiden menyatakan, bahwa kita harus menghadapi krisis ini dengan tenang dan rasional, namun langkah-langkah yang dilakukan pemerintah justru menunjukkan kepanikan dan tidak rasional. Bagaimana tidak, sehari setelah mengumumkan BEI akan dibuka (9/10), ternyata dengan alasan beredar rumor tidak sehat, besoknya (10/10) keputusan itupun dibatalkan. Belum lagi kebijakan buyback saham BUMN, yang ternyata lebih menguntungkan asing. Karena 600.000 pemain saham di bursa saham, 60 persennya adalah pemain asing. Dengan kata lain, jika uang BUMN itu digunakan untuk bailout, maka yang diuntungkan jelas bukan Indonesia, melainkan pihak asing. Lalu di mana rasionalnya?

Meski dalam berbagai kesempatan Presiden dengan jajarannya selalu mengatakan, bahwa krisis keuangan ini tidak identik dengan krisis ekonomi, namun fakta krisis tahun 1997-1998 juga membuktikan hal yang sama, dan disebabkan oleh faktor yang sama: bursa saham, bank konvensional, mata uang dan perseroan terbatas (PT). Bursa saham ada dan berkembang karena adanya PT yang menjual saham, obligasi dan surat berharga lainnya di pasar modal. Di pasar inilah bisnis non-riil dan segala bentuk spekulasi dan penipuan terjadi. Sementara bank konvensional, dengan sistem bunga ribawinya memang merupakan bisnis yang sangat menggiurkan, meski faktor spekulasi dan resikonya juga sangat tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada mata uang, ketika cadangan yang digunakannya bukan emas dan perak, melainkan mata uang negara lain. Inilah yang menyebabkan terjadinya fluktuasi kurs tukar mata uang, yang juga bisa berdampak pada menguapnya cadangan devisa negara. Kondisi ini diperparah dengan privatisasi kekayaan milik umum dan negara, yang menyebabkan hilangnya kekayaan yang seharusnya bisa menopang perekonomian rakyat dan negara.

Hizbut Tahrir sendiri telah mengingatkan berkali-kali, dan menyerukan para penguasa untuk berpikir rasional. Dengan cara meninggalkan Kapitalisme dan kembali kepada syariat Islam. Tahun 1997, Hizbut Tahrir telah mengeluarkan booklet, Hazzat al-Aswaq al-Maliyah: Asbabuha wa Hukm as-Syar’i fi Hadzihi al-Asbab (Goncangan Pasar Modal: Sebab dan Hukum Syara’ terkait dengan Sebab ini), yang diterjemahkan dan diterbitkan di seluruh dunia. Bukan hanya itu, Hizbut Tahrir pun secara terbuka melakukan perdebatan intelektual dengan otoritas IMF tentang krisis, penyebab dan solusinya. Setelah sepuluh tahun berlalu, krisis yang sama terulang kembali. Hizbut Tahrir pun tidak lupa mengingatkan kembali kaum Muslim, khususnya para penguasa mereka, tentang hal yang sama. Namun, sayangnya mereka tidak pernah mau berpikir out of the box, keluar dari pakem Kapitalisme dan menggunakan Islam? Bahkan delegasi DPP HTI juga pernah menawarkan kajian sistem ekonomi Islam di kantor Menko Ekuin, ketika masih dijabat Aburizal Bakri, namun tawaran itu pun tak penah mendapatkan sambutan.

Momentum ini seharusnya menyadarkan kita, bahwa hanya Islam-lah satu-satunya ideologi yang bisa menyelamatkan dunia. Inilah saatnya Islam memimpin dunia, dan kepemimpinan itu pun akan hadir kembali dengan berdirinya Khilafah. Kini, umat pun semakin yakin, bahwa tidak ada harapan lagi, kecuali kepada Islam, setelah runtuhnya Sosialisme-Komunisme, dan rontoknya ekonomi Kapitalisme. Maka, the chalipate dream bukan hanya mimpi umat Islam, apalagi Hizbut Tahrir, tetapi telah menjadi mimpi dunia. Mimpi itu pun tinggal selangkah. Semoga. (KH. Hafidz Abdurrahman)

IsLaM: SaTu-SaTuNyA SoLuSi

بسم الله الرحمن الرحيم

Krisis kredit properti telah bereaksi, kubangan hutangnya semakin melebar, para penghutangnya pun tidak mampu bayar, sehingga membuat bank dan institusi keuangan terbesar di Amerika, bangkrut atau nyaris bangkrut. Akibat propaganda besar-besaran terhadap pasar kredit properti di Amerika, serta prediksi keuntungan yang melimpah sebagaimana yang digambarkan perusahaan iklan.. maka, bank-bank dan pasar modal dunia segera melakukan investasi di pasar ini. Begitulah reaksi terhadap kebangkrutan bank dan institusi keuangan Amerika pada dunia, sehingga “kerakusan” Amerika itu menyebabkan dunia juga ditimpa mendung tebal, bahkan juga kerakusan yang sama..

Sejumlah institusi keuangan telah memperkirakan kerugian akibat kredit properti tersebut, di Amerika saja mencapai 300 miliar dolar AS, sementara di negara-negara lain diperkirakan 550 miliar dolar AS. Sejumlah negara, khususnya negara kaya, mulai menggelontorkan dana miliaran dolar ke pasar modal untuk menopang pasar dan mem-backup likuiditas agar bisa menggerakkan aktivitas ekonomi. Bahkan, sebagian ada yang melakukan intervensi langsung sampai pada level menasionalisasi sebagian bank, sebagaimana yang terjadi di Inggris.

Begitulah, prinsip sistem ekonomi Kapitalis terpenting, yaitu pasar bebas dan tidak adanya intervensi negara, telah runtuh. Dua prinsip ini merupakan “akidah” bagi kaum Kapitalis, hingga Senat Amerika pada Oktober 1999 M mengeluarkan undang-undang yang menegaskan penolakan terhadap setiap bentuk pembatasan sistem moneter, bahkan melepaskan kendali pasar modal bebas terbuka selebar-lebarnya.. Setelah itu, prinsip ini tampak kerusakan dan kebatilannya bagi para pembuatnya sendiri, hingga kampiun Kapitalisme, yaitu Amerika Serikat, mengumumkan intervensi negara di pasar modal atas persetujuan Kongres saat ini dengan kedua unsurnya, yaitu Senat dan DPR (House of Representatives), dalam rencana penyelamatan yang dibuat oleh Menteri Keuangan Amerika, Henry Poulson, dengan suntikan 700 miliar dolar AS guna membeli hutang beracun (toxic debt) bank-bank dan institusi keuangan yang ambruk karena kredit properti. Satu jam saja, setelah keputusan Kongres, Paulson segera mulai dengan rencana penyelamatannya. Dia pun mulai mengeksekusi rencananya.

Dengan kata lain, sistem ekonomi Kapitalis benar-benar telah mati suri, setelah sistem Sosialisme-Komunisme benar-benar terkubur.

Berbagai langkah juga telah dilakukan secara global.. Empat negara besar Eropa, Perancis, Jerman, Inggris dan Italia segera mengadakan pertemuan, dan mengundang pertemuan lebih luas untuk mengkaji sistem moneter.. Begitu juga menteri-menteri keuangan dan para pimpinan bank sentral yang tergabung dalam G-7 atau G-8 ditambah Rusia mengadakan pertemuan dalam waktu dekat di Washington..

Namun, apakah upaya-upaya ini akan bisa menyelamatkan ekonomi Kapitalis, sebagaimana istilah yang digunakan oleh Amerika untuk menyebut langkahnya itu dengan istilah “Rancangan Penyelamatan.”?

Sebenarnya, siapa saja yang meneliti realitas sistem ekonomi Kapitalis saat ini, akan melihatnya tengah berada di tepi jurang yang dalam, jika belum terperosok di dalamnya. Semua rencana penyelamatan yang mereka buat tidak akan pernah bisa memperbaiki keadaannya, kecuali hanya menjadi obat bius yang meringankan rasa sakit untuk sementara waktu. Itu karena sebab-sebab kehancurannya membutuhkan penyelesaian hingga ke akarnya, bukan hanya menambal dahan-dahannya.

Prinsip dan akar masalahnya sebenarnya ada empat:

Pertama, dengan menyingkirkan emas sebagai cadangan mata uang, dan dimasukkannya dolar sebagai pendamping mata uang dalam Perjanjian Bretton woods, setelah berakhirnya Perang Dunia II, kemudian sebagai substitusi mata uang pada awal dekade tujuhpuluhan, telah menyebabkan dolar mendominasi perekonomian global. Akibatnya, goncangan ekonomi sekecil apapun yang terjadi di Amerika pasti akan menjadi pukulan yang telak bagi perekonomian negara-negara lain. Sebab, sebagian besar cadangan devisanya, jika tidak keseluruhannya, dicover dengan dolar yang nilai intrinsiknya tidak sebanding dengan kertas dan tulisan yang tertera di dalamnya. Setelah euro memasuki arena pertarungan, baru negara-negara tersebut menyimpan cadangan devisanya dengan mata uang non-dolar, meski dolar tetap saja memiliki prosentase terbesar dalam cadangan devisa negara-negara tersebut secara umum.

Karena itu, selama emas tidak menjadi cadangan mata uang, maka krisis ekonomi seperti ini akan terus terulang. Sekecil apapun krisis yang menimpa dolar, maka krisis tersebut akan dengan segera menjalar ke perekonomian negara-negara lain. Bahkan dampak krisis politik yang dirancang Amerika juga akan berakibat terhadap dolar, dengan begitu juga berdampak pada dunia. Kondisi seperti akan bisa saja menimpa uang kertas negara manapun yang mempunyai kontrol terhadap negara lain.

Kedua, hutang-hutang riba juga menciptakan masalah perekomian yang besar, hingga kadar hutang pokoknya menggelembung seiring dengan waktu, sesuai dengan prosentase riba yang diberlakukan kepadanya. Akibatnya, ketidakmampuan individu dan negara dalam banyak kondisi menjadi perkara yang nyata. Sesuatu yang menyebabkan terjadinya krisis pengembalian pinjaman, dan lambannya roda perekonomian, karena ketidakmampuan sebagian besar kelas menengah dan atas untuk mengembalikan pinjaman dan melanjutkan produksi.

Ketiga, sistem yang digunakan di bursa dan pasar modal, yaitu jual-beli saham, obligasi dan komoditi tanpa adanya syarat serah-terima komoditi yang bersangkutan, bahkan bisa diperjualbelikan berkali-kali, tanpa harus mengalihkan komoditi tersebut dari tangan pemiliknya yang asli, adalah sistem yang batil dan menimbulkan masalah, bukan sistem yang bisa menyelesaikan masalah, dimana naik dan turunnya transaksi terjadi tanpa proses serah terima, bahkan tanpa adanya komiditi yang bersangkutan.. Semuanya itu memicu terjadinya spekulasi dan goncangan di pasar. Begitulah, berbagai kerugian dan keuntungan terus terjadi melalui berbagai cara penipuan dan manipulasi. Semuanya terus berjalan dan berjalan, sampai terkuak dan menjadi malapetaka ekonomi.

Keempat, perkara penting, yaitu ketidaktahuan akan fakta kepemilikan. Kepemilikan tersebut, di mata para pemikir Timur dan Barat, adalah kepemilikan umum yang dikuasai oleh negara, sebagaimana teori Sosialisme-Komunisme, dan kepemilikan pribadi yang dikuasai oleh kelompok tertentu. Negara pun tidak akan mengintervensinya sesuai dengan teori Kapitalisme Liberal yang bertumpu pada pasar bebas, privatisasi, ditambah dengan globalisasi.

Ketidaktahuan akan fakta kepemilikan ini memang telah dan akan menyebabkan goncangan dan masalah ekonomi. Itu karena kepemilikan tersebut bukanlah sesuatu yang dikuasai oleh negara atau kelompok tertentu, melainkan ada tiga macam:

Kepemilikan umum meliputi semua sumber, baik yang keras, cair maupun gas, seperti minyak, besi, tembaga, emas dan gas. Termasuk semua yang tersimpan di perut bumi, dan semua bentuk energi, juga industri berat yang menjadikan energi sebagai komponen utamanya.. Maka, negara harus mengekplorasi dan mendistribusikannya kepada rakyat, baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Kepemilikan negara adalah semua kekayaan yang diambil negara, seperti pajak dengan segala bentuknya, serta perdagangan, industri dan pertanian yang diupayakan oleh negara, di luar kepemilikan umum. Semuanya ini dibiayai oleh negara sesuai dengan kepentingan negara.

Kemudian kepemilikan pribadi, yang merupakan bentuk lain. Kepemilikan ini bisa dikelola oleh individu sesuai dengan hukum syara’.

Menjadikan kepemilikan-kepemilikan ini sebagai satu bentuk kepemilikan yang dikuasai oleh negara, atau kelompok tertentu, sudah pasti akan menyebabkan krisis, bahkan kegagalan. Begitulah, akhirnya teori Sosialisme gagal dalam bidang ekonomi, karena telah menjadikan semua kepemilikan dikuasai oleh negara. Sosialisme memang berhasil dalam perkara yang memang dikuasai oleh negara, seperti industri berat, minyak dan sejenisnya. Namun, gagal dalam perkara yang memang seharusnya dikuasai oleh individu, seperti umumnya pertanian, perdagangan dan industri menengah.. Kondisi inilah yang mengantarkan pada kehancuran.. Kapitalisme juga gagal, dan setelah sekian waktu, kini sampai pada kehancuran. Itu karena Kapitalisme telah menjadikan individu, perusahaan dan institusi berhak memiliki apa yang menjadi milik umum, seperti minyak, gas, semua bentuk energi dan industri senjata berat sampai radar. Sementara negara tetap berada di luar pasar dari semua kepemilikan tersebut. Itu merupakan konsekuensi dari ekonomi pasar bebas, privatisasi dan globalisasi.. Hasilnya adalah goncangan secara beruntun dan kehancuran dengan cepat, dimulai dari pasar modal menjalar ke sektor lain, dan dari institusi keuangan menjalar ke yang lain..

Begitulah, Sosialisme-Komunisme telah runtuh, dan kini Kapitalisme sedang atau nyaris runtuh..

Sesungguhnya sistem ekonomi Islamlah satu-satunya solusi yang ampuh dan steril dari semua krisis ekonomi. Karena sistem ekonomi Islam benar-benar telah mencegah semua faktor yang menyebabkan krisis ekonomi:

Ia telah menetapkan, bahwa emas dan perak merupakan mata uang, bukan yang lain. Mengeluarkan kertas substitusi harus dicover dengan emas dan perak, dengan nilai yang sama dan dapat ditukar, saat ada permintaan. Dengan begitu, uang kertas negara manapun tidak akan bisa didominasi oleh uang negara lain. Sebaliknya, uang tersebut mempunyai nilai intrinsik yang tetap, dan tidak berubah.

Sistem ekonomi Islam juga melarang riba, baik nasiah maupun fadhal, juga menetapkan pinjaman untuk membantu orang-orang yang membutuhkan tanpa tambahan (bunga) dari uang pokoknya. Di Baitul Mal kaum Muslim juga terdapat bagian khusus untuk pinjaman bagi mereka yang membutuhkan, termasuk para petani, sebagai bentuk bantuan untuk mereka, tanpa ada unsur riba sedikitpun di dalamnya.

Sistem ekonomi Islam melarang penjualan komoditi sebelum dikuasai oleh penjualnya, sehingga haram hukumnya menjual barang yang tidak menjadi milik seseorang. Haram memindahtangankan kertas berharga, obligasi dan saham yang dihasilkan dari akad-akad yang batil. Islam juga mengharamkan semua sarana penipuan dan manipulasi yang dibolehkan oleh Kapitalisme, dengan klaim kebebasan kepemilikan.

Sistem ekonomi Islam juga melarang individu, institusi dan perusahaan memiliki apa yang menjadi kepemilikan umum, seperti minyak, tambang, energi dan listrik yang digunakan sebagai bahan bakar… Islam menjadikan negara sebagai penguasanya sesuai dengan ketentuan hukum syara’.

Begitulah, sistem ekonomi Islam benar-benar telah menyelesaikan semua kegoncangan dan krisis ekonomi yang mengakibatkan derita manusia. Ia merupakan sistem yang difardhukan oleh Tuhan semesta alam, yang Maha Tahu apa yang baik untuk seluruh makhluk-Nya. Allah berfirman:

﴿أَلاَ يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ﴾

“Apakah Allah Yang Maha menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (Q.s. al-Mulk [67]: 14)

Wahai kaum Muslim:

Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kedudukan kepada Anda dengan kedudukan yang agung, melalui agama Islam yang agung ini. Agama yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasul-Nya saw. Dia telah menjadikannya sebagai peringatan kepada Anda. Dengannya, Anda dahulu pernah menjadi umat terbaik yang dihadirkan untuk seluruh umat manusia. Demikian halnya dengan penerapan Islam telah menjadikan Anda bahagia. Bukan hanya bagi Anda saja, tetapi juga kebahagiaan bagi seluruh umat manusia, setelah mereka mengalami nestapa dan terus dirundung nestapa, karena dililit sistem syaitan buatan manusia, yang mencekik leher mereka.

Hanya saja, penerapan Islam yang agung ini tidak cukup hanya dengan mengumpulkannya di dalam kandungan buku, melainkan dengan mendirikan negara yang mengemban dan menerapkannya, yaitu negara Khilafah Rasyidah yang akan menghidupkan Anda dalam kehidupan yang indah, aman dan menenteramkan.

Namun, Allah tidak pernah menurunkan malaikat yang akan mendirikan negara untuk Anda, sementara Anda hanya berdiam diri. Justru mendirikannya merupakan kewajiban agung bagi Anda, di mana Rasulullah saw. telah mendirikan negara di Madinah, dan langkah baginda pun kemudian diikuti oleh para sahabat baginda —semoga Allah meridhai mereka, dan para tabiin, dengan sempurna.

Singsingkanlah lengan baju Anda, wahai kaum Muslim, dan mari kita singsingkan celana. Berjuanglah bersama Hizbut Tahrir, bantu dan dukunglah Hizb. Mintalah anugerah kepada Allah agar Anda bersama-sama dengan Hizb termasuk orang-orang yang diberikan kemuliaan oleh Allah, dimana melalui tangan-tangan merekalah Allah SWT. akan mewujudkan janji-Nya untuk memberikan kekuasaan di muka bumi, dan terwujudlah kabar gembira (busyra) Rasulullah saw. akan kembalinya Khilafah yang mengikuti metode kenabian untuk kedua kalinya. Andalah, wahai kaum Muslim, yang akan menjadi mercusuar dunia, pengemban obor kebaikan di dalamnya, dan paling berhak dan layak untuk memimpinnya.

Allah berfirman:

﴿وَاللهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ﴾

“Allah maha kuasa atas segala urusan-Nya, namun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Q.s. Yusuf [12]: 21)

8 Syawal 1429 H

7 Oktober 2008 M

Hizbut Tahrir


There are Alternatives to Free Market Capitalism!

The collapse of Soviet Union in 1990 was heralded as a landmark event in history; it was considered the wholesale rejection of a way of life and end of Communism. The post - WW2 world was dominated by the competition between the Capitalist free market led by the US and state intervention led by the Soviet Union. Francis Fukuyama considered one of the most important living public intellectuals considered the development of ideas to have ended in his ‘end of history' thesis as there was no meaningful debate left between Marxism and the market.

The Global credit crunch more then a year on shows no sign of slowing down and has now reached boiling point due to the number of banks that continue to collapse. Comparisons continue to be made with the great depression of the 1930's, as many of the conditions present in the current crisis were also present on the eve of the great depression.

Prior to the collapse of many of Wall streets titans in September 2008 various thinkers and free market ideologues continued to argue just as their free market ancestors did in the 1930's and against mounting evidence to the contrary, that time and nature would restore prosperity if governments refrained from manipulating the economy. Western governments have been forced to throw their Capitalist free market blueprint out of the window and intervene in the economy like never before. Over $5 trillion in total market capitalisation has been wiped out since October 2007, with over a trillion of this accounted for by the unravelling of Wall Street's financial titans.

This crisis is much more then a financial crisis, this has now been accepted by free market ideologues that played down the prospects of a recession and labelled those who did as doomsayers, talking themselves into a recession. Such thinkers are now in hiding with very few economists prepared to remind the world of Capitalisms principled argument, as the Economist reminded us all: "excess and calamity are part of the package of Western finance. And still it is worth it." With consumer deposits, savings and jobs all at stake this crisis has well and truly brought into question the suitability of the free market and as one geopolitical expert put it: "as the details of the present crisis reveal, there are huge ideological fault lines making for chaos and a potential meltdown of the Laissez Faire financial system."

There are three reasons why the credit crunch crisis occurred:

  1. The financial industry created complex financial contracts like derivatives that would securitize and make money from all forms of risk, this included exotic instruments such as credit default swaps and subprime loans. Banks continued to sell debt to customers with little ability to repay them, August 2007 was the point when such debt reached bursting point.

  1. The speculative frenzy that gripped both the American market as well as Europe in the purchase of real estate which continued to send real estate prices to astronomical levels.

  1. Greed played a direct role in the crisis as it led to predatory lending to people that had little means to make repayments. It also led to credit ratings agencies to rate investments less risky than they really were.

The events of September 2008 have for most brought to the forefront the potential demise of Capitalism as we know it and a discussion on potential alternatives. Like all previous crises any debate on alternatives is usually reduced to one of Socialist government intervention or to tinkering with regulation and transparency rules, there a number of reasons why the global credit crunch crisis represents a much deeper crisis at the heart of capitalism which was outlined by world renowned speculator George Soro's: ‘what we are going through is the crisis of the gigantic circulatory system of a global capitalist system that is...coming apart at the seams.'

  1. The periodic crash and crises as well as the boom and bust phenomena capitalism continues to historically descend into whether it is in Dutch tulips, the South sea bubble, the technology bubble as well as the dot.com crash and now the sub-prime crisis are fundamentally down to the aims Capitalism attempts to achieve with the economy. Perpetual economic growth (increasing GDP) will always lead to the development of a bubble in the economy as some section of the economy will always be needed to stimulate the remainder of the economy to ensure the economy keeps growing. The current crisis has at its heart the bubble in the housing market, the recession of 2001 across the Western world was due to the bursting of the dot.com bubble. The cyclical recession free market ideologues continue justify is something which proves the failure of Capitalism to maintain stability and is in no way due to seasonal trends.

  1. The greed shown by speculators is not something isolated that has occurred for the first time in Capitalist history, it is something that forms the cornerstone of Capitalist belief and thought. The founding fathers of Capitalism concluded that if all consumers in society followed and acted upon their self-interests and greed then the right goods would get to the right people in a free market, it would lead to innovation as society competed to make items better and cheaper. Economists since then have continued to argue that greed goes hand in hand with the free market as it is necessary for consumers to pursue their greed for wealth to distribute around the economy. This has led to the current situation where hedge fund managers and company CEO's have earned bonuses in the millions to the detriment of wider society. Greed is from the Capitalists belief; legislation and regulation in no way can curtail actions built upon values which are the foundations of the Capitalist belief.

  1. The market has been sold to the world as the best method for sellers and buyers to conduct transactions and the most efficient way to distribute wealth around an economy. For years both the IMF and World Bank forced open economies in effect using the stick to ensure government intervention was completely removed from the economy. Academic textbooks in schools and colleges argued free markets mean competition will do away with companies that make any product inefficiently and it was the best way for all to partake in the wealth generation process as any individual with an innovation can meet any demand in the economy. The free market apparently got the right goods to the right people. In reality however the market works much differently, with little regulation sub-prime mortgages were created as well as derivatives. Short selling is a direct result of the free markets removal of regulation which resulted in speculative betting on the collapse of companies. The free market in the US which was for long America's symbol of success has in affect brought the nation to its knees, this was outlined by John Gray former London Schools of Economics political philosopher: the American free-market creed has self-destructed while countries that retained overall control of markets have been vindicated. In a change as far-reaching in its implications as the fall of the Soviet Union, an entire model of government and the economy has collapsed.'

The Alternative: Islam

The current financial crisis has seriously eroded confidence the Western world had in the suitability of the free market. However the Western world when looking at alternatives only see remnants of Socialism or some state intervention in economy as feasible and workable systems. It is also this reason that allowes free market ideologues to continue citing more regulation, transparency i.e. more capitalism with some tinkering as solutions. This crisis represents an opportunity for all Muslims to present the Islamic alternative. It is important to show Islamic economics as much more then Islamic finance and Banking. This is exactly what Adnan Ahmed Yousif, CEO of the Bahraini-based Albaraka Banking Group and chair of the Union of Arab Banks outlined in an interview with the Middle East's Asharq Al-Awsat when asked about the global financial crisis: ‘The success of Islamic banking will lead to serious consideration of Islamic economics, which continues to realize numerous achievements, as a viable alternative to the current global economic system which continues to be hit by these crises.' With this in mind the following points should be borne in mind and when presenting Islam:-

  1. The Islamic economy follows a philosophy which is very different to Capitalism, as a result the end objectives both economies attempt to achieve, widely differ and thus it would be invalid to measure one against the other as they both have different foundations and aims. Islam has detailed laws on the distribution of wealth and this is its ultimate aim with the economy - to ensure wealth circulates around the economy so all can share in the wealth that is generated.

  1. Because all economic systems aim to address the same issues, there are many peripheral similarities between Islam and the free market. At a doctrinal level however Islam and Capitalism are two distinct systems. The Islamic economic system is fundamentally about people and their needs, this is the fundamental principal the Islamic economy is built around. In a narration from the Prophet Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم it was said that: "The son of Adam has no better right than that he would have a house wherein he may live and a piece of cloth whereby he may hide his nakedness and a piece of bread and some water." (Tirmidhi). The Islamic economy is geared towards fulfilling the basic needs of its citizens and these in origin were defined as food, clothing and accommodation. This forms the basis of the Economic system of Islam, all policies and rules are geared towards achieving such ends. Islam focuses on the needs of the people which the hadith outlined and not merely increasing Gross Domestic Product (GDP).

  1. Islam does not view the human as an economic unit and then look to find the most economically viable solution thus viewing all problems, whether from marriage to pensions to drugs to education, from the angle of the economic effect and cost. Neither does Islam view the human the way the Communists did which is that people are simply matter, just one aspect of nature, nothing more. Islam views the human as being composed of organic needs as well as instincts, all of which requires answers on how to satisfy them. So Islam organised these instincts and needs in a way that ensures the satisfaction of them all, such as the need to eat and the need to reproduce and others. However, this organisation is not arranged in Islam by satisfying some of them at the expense of the others, nor by suppressing some of them, setting others loose, or setting all of them loose. Instead, Islam has co-ordinated the satisfaction of all of them in a way to ensure comfort, preventing conflicts and a lapse to a primitive level through the anarchism of instincts.

  2. Through its own economic system, Islam laid down rules for the means to acquire wealth and commodities, how they can be utilised and their manner of disposal. It certainly did not make freedom of ownership the basis of the economic system or even the socialist principal of ‘from each according to his ability, to each according to his needs'. It did not define the basic problem as ‘unlimited wants, limited resources'. Islam views the resources to be ample enough to completely satisfy the basic needs of all. Therefore, amongst a host of other detailed rules, one will find the Shari'ah aims to secure the satisfaction of all basic needs (food, clothing and housing) completely for every citizen of the Khilafah State.

  1. In order to facilitate the acquisition of goods and services Islam put forward rules related to the manner of possessing wealth without any complications. Islam defined the legal means of ownership, and it defined the contracts through which possession can take place. This left humanity free to develop the styles and means by which they earn, as Islam did not interfere in the production of wealth.

  1. The Islamic economic system has extensive rules for ownership and disposal of citizen's wealth and assets. Beyond this Islam recognises a sphere of the economy as the economic science i.e. through study and research a solution can be derived. Hence how to develop and economy or to industrialise, where the factories and the supply lines should be, how the steel and iron mills should be constructed fall under this category, however what is produced and how it is distributed falls under the ‘system' for which Islam has extensive rules.

  1. The Islamic economy is based upon wealth generation where participants partake in investment, employment and trade in the real economy. Islam does not have a dual economy where the real economy operates alongside a financial sector. The Islamic economy focuses all participants on the real economy, through employment, company profits, utilisation of land (agriculture) and manufacturing, wealth is generated in only one sector. This brings the huge benefit of wealth only circulating in one sector - the real economy, where all can participate. Derivatives would be withdrawn as this type of contract is not trade in real goods; rather it is betting on the price movements of a commodity and one must posses what they sell in Islam.

  1. The Islamic system does not recognise the financial markets in their current form. One is able to purchase shares and transfer them without actually partaking in the running of the underlying company that the shares are meant to represent. In Islam ownership is a direct role in a company and not just a share certificate which in effect the stock market allows to be traded and re-traded. It is this ability to not have a direct role in a company that allows excessive speculation.

  1. The Islamic economic system does not recognise the financial markets in their current form and has made the Western style Public Limited company (joint stock (share)) companies haraam for a number of reasons. Fundamentally this type of contract contradicts the Islamic rules for contracts. The company in the West represents a particular type of contract - the ‘Solitary Will,' this is where an individual agrees to the written constitution of a company by purchasing its shares with no formal offer from anyone. This has come to be termed as the Individual Will whereby shares could be exchanged very quickly without the need for two people to continuously sit down and have a formal offer and acceptance. An example of this is the take-over bid of the world's richest football club, Manchester United FC by Malcolm Glazier in 2005. He imposed his will on the company (i.e. he brought shares) and even though other shareholders were against such an action it was a legal form of acquiring ownership even though there was only one person in the contract. Most contracts involve two parties where one party offers terms and the other accepts, however under corporate law in the West setting up a business is a contract of ‘solitary will.' It is not a contract between two or more people; rather it is an agreement that stipulates that all parties agree to it when they subscribe for shares in the company. So an individual joins himself to the conditions of a company - through purchasing their shares. This means to become a partner one does not need approval from the existing owners - this contradicts Islam.

  1. Islam's monetary policy is centred around a legal tender based upon the Gold and Silver standard and not one based upon interest rates to regulate inflation and the economy. In Islam when it comes to exchanging a commodity with a specific monetary unit, Islam has guided Muslims to the monetary unit by which the exchange is to take place. It has restricted the Khilafah to a specific type of money, which is gold and silver. The Islamic evidences have designated gold and silver as the primary measuring unit for prices and labour. This is understood from the actions of Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم when he collected Zakat, levied taxes and imposed fines, all were measured according to gold and silver. This means the notes and coins circulating in the economy would all be backed by gold and silver. This will no longer make possible the free printing of currency as the Khilafah would need to increase the actual holdings of gold and silver. This has a unique effect on Inflation which free market economies have been unable to contain.

  1. Islam contains inflation by changing the role of banks. Currently banks practice fractional reserve banking whereby they create credit, borrow money from the financial markets and lend to depositors. This creates a big problem in the economy as very little equity can be used as collateral to borrow large sums of money which creates a bubble waiting to burst. Islam strips the ability of banks to create money and transfers this to the central treasury - Bait ul-mal. Money creation will be the sole role of the state.

  1. The role of banks in Islam will be to collect the nation's deposits and to also act as a central pool whereby money can be collected and invested in the economy, with the returns being distributed amongst investors. The banks would only be able to invest what they have in deposits and cannot create money as this is the role of the central treasury - bait ul mal. As interest (Riba) is haraam the main function of banks will become the pooling of wealth which can then be invested across the economy aiding wealth distribution and economic growth.

  1. The Islamic economy is stripped of ‘interest' as this is something Islam has categorically forbidden in the Qur'an. Holding wealth in a bank account will no longer accrue interest and any unused wealth for a year is liable for taxation. In this way such wealth is only productive if invested or spent, and this can only take place in the real economy. The removal of interest in the economy will act as a multiplier affect circulating wealth around the economy.

  1. Islam does not have a concept of income tax; value added tax, excise duties, nor national insurance contributions. Rather Islam puts the emphasis of taxation on wealth rather than income. Take the average salary in the UK of £24,000. At current tax rates the tax burden alongside National Insurance contributions falls at 33%. This alongside indirect taxation (that is taxation on spending rather than income) as well as council tax, road tax and so forth mean that the real tax burden falls at closer to the 40-50% mark. This means that the average person in UK is losing between £10,000-12,000. So at higher wage levels, the monetary amounts lost towards taxation is much greater.

  1. In Islam, although simplified, the wealth tax falls at 2.5%. This means that within one year, on average one can save at least £10,000. Therefore two or three people could easily enter into a business contract such as Mudharabah (An Islamic company where one provides the Capital and the second partner works with it) to supply some of the demand in the economy for consumer or manufactured goods thereby creating more employment in the economy. With no concept of interest rates and hoarding forbidden in Islam wealth will circulate quickly ensuring the public can purchase what they specifically need, creating employment and giving all more and more disposable income.

  1. Islam considers poverty as one matter for humans in any country and in any generation. Poverty in the view of Islam is the non-satisfaction of the basic needs in a complete way. Islam defined these basic needs as three things, which are food, clothing and accommodation. This is seen from the following evidences:

وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

"The duty of feeding and clothing nursing of mothers in a seemly manner is upon the father of the child." [Al-Baqarah: 233]

أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنتُم مِّن وُجْدِكُمْ وَلَا تُضَارُّوهُنَّ لِتُضَيِّقُوا عَلَيْهِنَّ

"Lodge them where you dwell, according to your wealth." [At-Talaq: 6]

Specifically Islam made the financial support (Nafaqah) compulsory from the revenues of the Bait ul-Mal and from Zakah. From a Macroeconomic perspective the removal of interest, the financial markets and direct taxation allows wealth to freely circulate around the economy so all citizens can partake in the wealth generation process.

  1. Islam has ordained the state to play a direct role in the economy and does not leave things completely to the market. Islam lays out three types of property; state, public and private. It designated any utility regarded as indispensable for the community, such that its absence would require people to search far and wide for it, as public property. It would then be publicly owned and the revenue generates would be administered for the benefit of all citizens. This is derived from the hadith of the Prophet صلى الله عليه وآله وسلم: "Muslims are partners in three things: in water, pastures and fire." Although the hadith mentioned just three things we can utilise qiyas (analogy) and extend the evidence to cover all instances of indispensable community utilities. Thus water sources, forests of firewood, pastures for livestock and the like are all public utilities as well as the mosques, state schools, hospitals, oil fields, electricity plants, motorways, rivers, seas, lakes, public canals, gulfs, straits, dams etc. Islam would allow ownership if it were not indispensable for the community. This solution will have a unique effect, as it will ensure all will receive the basic requirements to live and not be at the will of monopolies or high prices.

Conclusion

The rejected $700-billion and all subsequent buyout of banks' bad mortgaged-backed securities is not a strategy but mainly a desperate effort to shore up confidence in the system, to prevent the erosion of trust in the banks and other financial institutions and preventing a massive bank run such as the one that triggered the Great Depression of 1929. Having created the conditions that produced history's biggest bubble, America's political leaders appear unable to grasp the magnitude of the dangers they are facing. As the rejection of the original bailout package showed they are mired in their rancorous squabbling among themselves.

What has been very clear from the contradictory moves of allowing Lehman Brothers to collapse while taking over AIG, and engineering Bank of America's takeover of Merrill Lynch - there's no strategy to deal with the crisis, just tactical responses.

Islam offers the Western world its last salvation from descending into complete chaos as the Western world's deposits continue to shrink through further collapses and the last remaining strategy the Western world has left - the printing of more money.

Thursday, October 9, 2008

ThE cRuELtY oF iSRaELi ZiOniSt

Bassam Chams


SREAL and,

The real justice and respect towards Palestinians....Warning to all, some pictures might be explicit ....plz forward this to everyone you know.

image001.jpg

image002.jpg

image003.jpg

Making sure they get to school.

Helping Ladies across the street..

image004.jpg

image005.jpg

Providing childcare.

image006.jpg

image007.jpg

Allowing them a place to rest (permanently)

image008.jpg

image009.jpg

Access to Healthcare.

Construction projects (demolition)

image010.jpg

image011.jpg

Respecting American and British pacifist resisters (such as American Rachel Corrie)

image012.jpg

image013.jpg

image014.jpg

And others.

image015.jpg

And if you are not satisfied, now, with the truth the following pictures are war crimes as defined by the UN, The Hague and the Geneva Convention.

Using images of your enemy dead or alive (violation)

image016.jpg

Human shields (violation)

image017.jpg

Live Burial Torture (violation)

image018.jpg

And as a last resort, Execution (violation)

image019.jpg

These IDF soldiers have faces... I can clearly see them...Cant you? Why are they not being prosecuted? Because it is systematic process that is driven by the government designed to force the people of Palestine into exile so Israel can claim all the land and resources.

This where my American tax dollars are going, do you know where your tax dollars are at? TAKE THE TIME TO FIND THE TRUTH. So many lives depend on it. I, like so many Americans, am Caucasian, non-Arab, and religious. I can no longer sit back with good conscience and do nothing while my government is supporting the types of terrorist actions that we have condemned Muslim Fundamentalist for. Call your Congressman and Senator, send an email to the White House and demand that our government negotiate FAIRLY with both sides and bring a fair and just solution to Palestine and Israel .

image020.jpg

(CRUELTY OF ISRAEL