Tuesday, January 29, 2008

ObAma DuKunG IsRael, ToLak Hak PenGunGsi PaLesTina

Kandidat Presiden AS dari Partai Demokratik Senator Barak Obama menyatakan dukungannya atas keberlangsungan negara Zionis Israel. Di sisi lain, ia meminta para pengungsi Palestina untuk melupakan keinginannya pulang ke tanah air mereka di Palestina.

Obama dalam wawancara dengan surat kabar Israel The Jerusalem Post edisi Selasa (29/1) mengatakan bahwa hak kembali bagi pengungsi Palestina bukan opsi dalam arti yang sesungguhnya. Ia juga menyatakan bahwa Palestina tidak bisa mewujudkan keinginan yang terpendam sekian lama untuk menjadi negara independen kecuali jika Israel benar-benar aman.

"Kita tidak bisa bergerak maju sampai ada keyakinan bahwa Palestina mampu menyediakan aparat keamanan yang bisa mencegah serangan-serangan terhadap wilayah Israel, " kata Obama seraya menegaskan bahwa Israel harus tetap menjadi negara "Yahudi."

Pernyataan Obama serupa dengan pernyataan Presiden George W. Bush dalam rangkaian kunjungannya ke Timur Tengah awal bulan Januari kemarin. Dalam tiap pernyataannya, Bush berulang kali mengatakan bahwa Israel "adalah kampung halaman bangsa Yahudi."

Ini bukan kali pertama Obama, termasuk rivalnya Hillary Clinton, melontarkan pernyataan yang berpihak pada Israel untuk merebut suara dari kalangan Yahudi AS yang jumlahnya sekitar 2 sampai 3 persen dari total jumlah pemilih. Pekan kemarin, Obama menyerukan Bush untuk tidak mengesahkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang isinya mengecam blokade Israel terhadap 1, 6 juta warga sipil di Jalur Ghaza.

Obama juga mengkritik kampanye yang menjelek-jelekkan orang Yahudi dan ia membantah tuduhan bahwa ia memiliki latar belakang seorang Muslim. Menurutnya, tuduhan itu palsu. "Saya tidak pernah menganut agama Islam. Saya dibesarkan oleh seorang ibu yang menganut paham sekular dan saya adalah seorang Kristen yang aktif serta menjadi anggota jamaah agama Kristen, " tukas Obama.

Pada The Jerusalem Post Obama mengatakan bahwa ia membicarakan masalah ini secara pribadi dengan komunitas Yahudi, agar komunitas itu bisa mendengar langsung penjelasannya dan agar komunitas Yahudi tahu bahwa ada hubungan yang dalam dan komitmen yang kuat terhadap komunitas Yahudi. [eramuslim/iol]

RiNgAnKaN BeBan PaK HaRto, TunTaSkan KaSus PerDaTa

Di tengah upaya mengusut kasus perdata Soeharto, jend Bagaimana kasus perdatanya? Bagaimana tanggung jawab keluarga? Inna lillahi wainna ilaihi raaji’uun. Setelah menginap di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sejak 4 Januari 2008, untuk mendapat perawatan, akhirnya Allah menentukan takdirnya kepada mantan Presiden Soeharto. Jenderal besar yang pernah berkuasa eral besar ini meninggal.selama 32 tahun pada masa Orde Baru itu pun menghembuskan nafas terakhir pada Ahad (27/1/2008) pukul 13.13 WIB.

Ucapan bela sungkawa pun datang dari sejumlah pejabat negara, pemimpin negara asing, koleganya, tokoh yang berseberangan, para ulama, dan sejumlah pejabat dan tokoh di daerah. Sementara suasana lengang tampak di RSPP, tempat Soeharto dirawat. Bendera setengah tiang pun berkibar di depan Istana Negara, sejumlah instansi pemerintah dan swasta di sepanjang jalan utama ibukota. Presiden SBY mengumumkan hari berkabung nasional selama tujuh hari atas meninggalnya Pak Harto.

Di Bandung Gubernur Jabar Danny Setiawan mengintruksikan masyarakat Jabar untuk mendoakan Pak Harto. Sedangkan Gubernur Jawa Tengah Ali Mufiz meminta untuk mengibarkan bendera setengah tiang selama hari berkabung nasional, mulai hari Ahad sampai 2 Februari. Beberapa gubernur juga memberikan imbauan yang sama kepada warganya.

Pemakaman Soeharto diberlangsungkan Senin, (28/1) di Astana Giribangun, Karanganyar, Solo. Ia dimakamkan di samping makam istrinya Tien Soeharto.

Soeharto tutup usia pada umur 86 tahun. Ia lahir di Kemusuk Argo Mulyo 8 Juni 1921. Dilantik sebagai Presiden pada tanggal 27 Maret 1968, dan berkuasa hingga 32 tahun, sebelum akhirnya lengser pada 1998 oleh gelombang demonstrasi mahasiswa.

Soeharto menikah dengan Suhartini dan memiliki enam orang anak. Yaitu Sigit Harjodjudanto, Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi (Titik), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).

Baik Buruk

Jenderal besar itu kini telah tiada. Meski sebagian masyarakat telah memberikan maaf, namun tidak menghilangkan sisi gelap Pak Harto, baik terkait pidana (pelanggaran HAM) maupun perdata (korupsi dll). Amien menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus belajar dari kesalahan Soeharto. Soeharto itu memiliki kebaikan dan kekurangan. “Yang baik ditiru yang jelek ya dibuang,” ujar Amien. Mantan ketua MPR ini mengatakan, kesalahan Soeharto di masa kepemimpinannya juga akibat situasi yang saat itu memungkinkannya untuk melakukan kesalahan. “Semua kalangan, baik akademisi, ilmuwan, ulama, dan partai tidak pernah ada yang membantah kesalahan Soeharto, saya kira ini kesalahan kolektif,” tandasnya.

Ismail Yusanto, Jubir HTI mengatakan sebagai muslim, tentu umat Islam berdoa untuk Pak Harto sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW. “Kita tentu hanya bisa berdoa sesuai yang diajarkan rasulullah. Allahumagh firlahu warhamu wa’afihi wa’fu ‘anhu,” ujarnya. Sewajarnya juga umat Islam juga mendoakan agar Pak harto mendapat Jannah (surga), segala amal kebaikannya diterima dan kesalahannya diampuni Allah.

Meninggalnya Pak Harto, tentu saja membuat kasus hukumnya yang menyangkut pidana atau terkait kejahatan kemanusiaan selesai. Menurut Ismail, itu sangat disayangkan, karena ia belum mendapat hukumannya di dunia. “Padahal itu salah satu jalan untuk meringankan bebannya di akhirat kelak,” ujarnya. Kini yang tersisa dari Pak Harto adalah kasus perdatanya. Kasus perdata inilah yang barangkali akan menjadi beban buat Pak Harto. “Itu akan menjadi bebannya di akhirat jika pihak keluarga yang ditinggal tidak menyelesaikan kasus ini,” ujar Ismail. [pd/www.suara-islam.com/28/01/2008]

How the Khilafah aided the Irish during the famine of 1845

 In 1845, the onset of the Great Irish Famine resulted in over a million deaths. Ottoman Sultan Khaleefah Abdul-Majid I declared his intention to send 10,000 sterling to Irish farmers but Queen Victoria requested that the Sultan send only 1,000 sterling, because she had sent only 2,000 sterling herself. The Sultan sent the 1,000 sterling but also secretly sent 3 ships full of food. The English courts tried to block the ships, but the food arrived in Drogheda harbor and was left there by Ottoman Sailors. Due to this the Irish people, especially those in Drogheda, are friendly to the Turks.

(Note, in 1845, the 10,000 pounds dedicated to the Irish from the Sultan would be worth approximately 800,000 pounds today, that is $1,683,280 US Dollars.On the other hand, the Queen gave the equivilant of 160,000 pounds today or 336,656 US Dollars)

The
Osmanli Traveller blog has copied to text a writeup by a Christian Priest who wrote about the Sultan of the time in his travelogue. His account mentions this incident briefly. What is interesting is that without knowing of the secret sending of the ships, the priest was already impressed with the character of the Sultan in his response to the Queen.

On the Character of Sultan Abdul-Majid Khan, by the Rev. Henry Christmas M.A. (Christian Priest) written in 1853: ‘One or two anecdotes will put his character in its true light. During the year of famine in Ireland, the Sultan heard of the distress existing in that unhappy country; he immediately conveyed to the British ambassador his desire to aid in its relief, and tendered for that purpose a large sum of money.

It was intimated to him that it was thought right to limit the sum subscribed by the Queen, and a larger amount could not therefore be received from his highness. He at once acquiesced in the propriety of his resolution, and with many expressions of benevolent sympathy, sent the greatest admissible subscription.It is well known that his own personal feeling dictated the noble reply of the divan to the threatening demands of Austria and Russia for the extradition of the Polish and Hungarian refugees.

"I am not ignorant," was his reply, "of the power of those empires, nor of the ulterior measures to which their intimations point; but I am compelled by my religion to observe the laws of hospitality; and I believe that the sense and good feeling of Europe will not allow my government to be drawn into a ruinous war, because I resolve strictly and solemnly to adhere to them."

This is the true spirit of Christianity, and there is more it in the Mohammedan Sultan of Turkey, than in any or all of the Christian princes of Eastern Europe.'

Reference:
"The Sultan of Turkey, Abdul Medjid Khan: A Brief Memoir of His Life and Relign, with Notices of The Country, its Navy, & present Prospects" by the Rev. Henry Christmas, M.A., 1853

Also note, this generosity and compassion occurred during the time of the supposed ‘downfall' of the Ottoman empire according to Western history books, and Sultan Abdul Majid in himself is not counted as one of the greatest of Ottoman Sultans.

A simple examination of the events surrounding this engagement will open anyone's eyes to the high station of the character of Khaleefah's combined with their skillful ability to traverse political waters to achieve moral, Islamic ends. How many more secret missions remain yet to be uncovered?