Friday, January 11, 2008

Para Ulama Desak Pemerintah Larang Ahmadiyah


fui-alazhar-01.jpg fui-alazhar-14.jpg fui-alazhar-13.jpg

Desakan pelarangan dan pembubaran kelompok Ahmadiyah terus menguat. Kemarin (Kamis, 10/1) sejumlah ulama dan tokoh Islam menyampaikan tuntutan itu dalam Tabligh Akbar Ormas-ormas Islam menyambut 1 Muharram 1429 H yang diselenggarakan Forum Umat Islam (FUI) di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan. Hadir memberikan orasi dalam acara yang dihadiri oleh ribuan ummat Islam itu antara lain H. Mashadi (Ketua FUI), Ustadz Mukhtar Ibnu (Ketua Forum Pemuda Al Azhar), KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i (Pimpinan Pesantren As Syafi’iyah), Zahir Khan (Ketua DDII), H.M Amin Djamaluddin (Ketua LPPI), H. Ahmad Sumargono (Ketua Umum GPMI), Munarman, SH (Mantan Ketua YLBHI), Ustadz Ja’far Shodiq (FPI), Ir. M. Hijrah Dahlan (DPP HTI) dan pembacaan pernyataan sikap FUI oleh KH. Muhammad Al Khaththath.

fui-alazhar-01.jpg

Ustadz Junaidi ath-Thoyyibi membuka acara

Para ulama menegaskan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan serta wajib untuk di larang serta dibubarkan organisasinya. “Siapa saja yang masuk Ahmadiyah berarti keluar dari Islam atau murtad”, tegas KH. Abdul Rasyid AS. Kiyai karismatis ini juga mendesak agar pemerintah segera mengambil sikap tegas untuk melarang dan membubarkan aliran sesat Ahmadiyah. Bukti-bukti ilmiah kesesatan Ahmadiyah diungkap oleh H. M Amin Djamaludin di hadapan ribuan hadirin. Ketua LPPI ini bahkan membacakan ayat-ayat palsu dalam kitab suci Ahmadiyah, Tadzkirah. Selain itu juga diungkap keyakinan-keyakinan Ahmadiyah yang dinilai sesat dan menyesatkan berdasarkan rujukan-rujukan dari kalangan mereka.

fui-alazhar-02.jpg

Spanduk Pembubaran Ahmadiyah Dibentangkan di Depan Jamaah

Hal yang menarik adalah selain soal keyakinan yang berbeda dengan Islam, ternyata kemunculan Ahmadiyah juga tidak lepas dari kepentingan politik dan skenario asing. “Sejak kemunculannya, Ahmadiyah telah didukung oleh Inggris” ungkap Zahir Khan. Selain skenario asing, isu Ahmadiyah juga di manfaatkan oleh sebagian kalangan Kristen dan Liberal untuk menyudutkan Islam dan MUI. “Apa kepentingan orang-orang Kristen hingga mereka berdemo di depan Kejagung mendukung aliran Ahmadiyah dengan dalih kebebasan beragama dan HAM?” tegas Ahmad Sumargono. Ketua GPMI ini juga menuding para politisi di negeri ini justru memanfaatkan aliran Ahmadiyah untuk kepentingan politik 2009. “Saya ingatkan seluruh kaum muslimin, kalau ada politisi yang mendukung aliran Ahmadiyah, jangan dipilih dalam pemilu 2009. Sebab mereka telah menyakiti umat Islam dengan kepentingan memanfaatkan suara pengikut Ahmadiyah dalam pemilu. Meskipun sebenarnya jika suara pengikut Ahmadiyah digabung menjadi satu tidak akan bisa meraih satu kuripun di DPR” papar mantan anggota DPR ini.

fui-alazhar-03.jpg

Kaum muslimin dari berbagai ormas Islam memenuhi Masjid Al Azhar, Jaksel

Tudingan adanya skenario asing dan pemafaatan isu Ahmadiyah untuk kepentingan politik sesaat ini juga dikuatkan oleh Munarman, SH. Mantan ketua YLBHI dan beberapa LSM ini mengungkapkan semua bentuk campur tangan asing dan kalangan liberal dalam mendukung aliran Ahmadiyah.”Amerika serikat menciptakan dan mendanai LSM-LSM di Indonesia yang mengangkat isu demokrasi, HAM, pluralisme dan liberalisme. Mereka juga mengangkat orang-orang yang telah mereka dididik untuk mendapatkan posisi-posisi strategis di berbagai lembaga, termasuk media massa agar menyebarkan gagasan-gagasan demokrasi, HAM, sekulerisme, pluralisme dan liberalisme sesuai kepentingan Amerika” ungkapnya.

fui-alazhar-05.jpg

Sambutan Ketua FUI, H. Mashadi

fui-alazhar-04.jpg

Pernyataan Sikap FUI Tentang Penanganan Ahmadiyah dibaca oleh KH. M Al Khaththath

Karena itulah, FUI dalam pernyataan yang dibacakan oleh KH. Muhammad Al Khaththath, menyerukan agar pemerintah segera membubarkan kelompok/gerakan Ahmadiyah. “Mereka ini adalah Musailamah al Kaddzab abad ini. Mirza Gulam Ahmad ini adalah dajjal pembohong (dajjalun kaddzaabun). Di tahun baru 1429 Hijriyah ini semoga para dajjal pembohong beserta orang-orang yang mendukungnya segera sirna dari bumi Indonesia” tegasnya mengakhiri acara tabligh akbar. [fahmiy ramadhan]

fui-alazhar-05b.jpg

Orasi pertama oleh Ustadz Mukhtar Ibnu (Imam Masjid al-Azhar)

fui-alazhar-06.jpg

KH. Abdul Rasyid AS (Pimpinan Pesantren Asy Syafi’iyah) memberikan orasi

fui-alazhar-07.jpg

Ir. M. Hijrah Dahlan (DPP HTI) membacakan pernyataan sikap HTI terkait 1 Muharram 1429 H, Hijrah Menuju Sistem Islam

fui-alazhar-08.jpg

Salah satu Ketua DDII, Zahir Khan Mengungkap Peran Asing Dalam Membesarkan Ahmadiyah

fui-alazhar-09.jpg

Ustadz Ja’far Shodiq, perwakilan FPI

fui-alazhar-10.jpg

H.M Ahmad Sumargono (Ketua Umum GPMI) Mengungkap Kepentingan Politik Dibalik Isu Ahmadiyah

fui-alazhar-11.jpg

Ketua LPPI, H.M Amin Djamaludin mengungkap kesesatan Ahmadiyah Secara Ilmiah

fui-alazhar-12.jpg

Munarman SH, mantan ketua YLBHI menjelaskan strategi AS dalam menghancurkan Islam

fui-alazhar-13.jpg

Hadirin yang memenuhi Masjid Agung Al Azhar, Jaksel

fui-alazhar-14.jpg

Wawancara berbagai media massa kepada Sekjen FUI, KH. M. Al Khaththath

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin: Arah dan Strategi Gerakan Islam Harus Sama

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin: Arah dan Strategi Gerakan Islam Harus Sama

Senin, 10 Des 07 05:04 WIB

Pascajatuhnya rezim Soeharto, banyak gerakan Islam di Indonesia bermunculan. Dengan beragam bidang yang ditekuni, mereka berharap gerakan mereka memberikan kontribusi untuk umat. Tapi, sayang sudah sepuluh tahun era reformasi ini berjalan, akhir-akhir ini gerakan-gerakan Islam itu justru menuju ke arah yang tidak jelas.

Kenyataan itu menyimpulkan, masing-masing gerakan itu bergerak untuk kepentingan kelompoknya. Sementara itu, di sisi lain invansi pemikiran dari Barat, yang merupakan kelanjutan dari proses werternisasi (pem-Barat-an) kurang direspon oleh gerakan-gerakan itu. Diakui atau tidak, pem-Barat-an telah mengganjal gerakan-gerakan Islam itu.

Untuk menghadapi itu semua, berikut nasehat cendiakawan Muslim, yang juga aktivis ekonomi kerakyatan, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin kepada eramuslim. Berikut petikannya:

Fenomena arah gerakan-gerakan Islam akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, arah dan strategis mereka tidak menuju pada satu titik. Bagaimana ini terjadi?

Memang gerakan-gerakan Islam sekarang itu sangat semarak. Tapi, barang kali dengan tekanan-tekanan yang berbeda-beda, gerakan Islam itu mengarah kepada pembangunan sosial kemasyarakatan. NU dan Muhammadiyah sebagai contoh persis sebagai gerakan keummatan yang bergerak di bidang sosial keummatan, pendidikan, dan sedikit bidang ekonomi. Tapi sekarang ada juga yang bergerak di bidang politik, melalui partai-partai Islam dan bergerak di bidang politik praktis. Tentu saja kita men-support mereka dengan catatan nilai-nilai keIslaman tetap mereka junjung tinggi.

Tapi ada juga gerakan Islam yang sama sekali tidak mau terkait dengan politik. Mereka hanya menekankan pada pemikiran Islamiyah. Ini banyak sekali, baik yang berseberangan dengan yang lain, ataupun gerakan keummatan yang hanya bidang ekonomi, dakwah, dan pendidikan. Singkatnya banyak gerakan yang heterogenitas, punya variasai yang luar biasa dalam gerakan keumatan ini. Walaupun sekarang ada perbedaan-perbedaan, kita harapkan ke depan arahnya sama, dan langkah-langkah strategisnya juga sama.

Kelihatannya gerakan-gerakan Islam itu berjalan sendiri, dan tidak saling koordinasi. Betul demikian?
Iya. Itu betul. Saya melihat masih begitu. Masing-masing jalan dengan sendiri dengan konsepnya. Jalan sendiri dengan pemikirannya. Kadang-kadang juga statemen yang disampaikan juga kontraproduktif, tidak merupakan kesatuan yang utuh. Saya kira ke depan ada kelompok-kelompok yang menjadi perekat antarkelompok yang ada. Ini kita harapkan dari kalangan muda, saling berkomunikasi, berdialog dan bermusyawarah. Karena ini adalah bagian dari dakwah dan perekat, termasuk perekatan pemikiran. Kalau tidak pernah berdialog dan bersilaturahim, maka akan berjalan dengan sendiri-sendiri. Saya kira yang berkaitan dengan perekatan umat ini, perlu kita bangun bersama.

Selain minimnya silaturahmi antargerakan, ada semacam kesimpulan mereka hanya memikirkan kelompoknya sendiri?
Ya banyak faktorlah. Banyak yang sekadar memikirkan dirinya sendiri dan kelompok. Mereka belum merasa perlu terlibat membangun dan berkontribusi kepada gerakan lainnya. Saya kira hal ini perlu kita luruskan bersama. Dan kita tentu sangat tidak berharap antar satu gerakan dengan yang lain saling mencela. Seharusnya satu sama yang lain harus saling mengisi kekosongan. Misalnya, ada gerakan yang hanya bergerak di bidang pemikiran, mestinya ia harus disupport dengan sikap amaliyah. Dan sebaliknya.

Untuk menyatukan gerakan-gerakan ini, apakah ke depan perlu wadah atau forum tersendiri?
Saya kira forum sudah ada. Sebenarnya, bukan masalah forumnya. Tapi kesadaran individu atau pemimpinnya dengan hati yang jernih dan dengan mengakui kekuatan yang lain, untuk bersatu. Tapi kalau yang diakui hanya kekuatannya sendiri, dan tidak mengakui kelemahannya, saya kira tidak akan pernah terjadi silaturahim itu.

Satu hal yang krusial adalah masalah pemikiran. Bagaimana ke depan umat mampu merespon gerakan pemikiran secara cepat?
Ya memang salah satu kelemahan kita, jarang berfikir secara mendalam. Kita hanya berfikir hanya very perial, di sini-sini saja. Sementara yang lain mengikuti gerakan–gerakan keIslaman yang mendalam, katakanlah JIL(Iaringan Islam Liberal). Kita menolak gerakan-gerakan pemikiran mereka yang sistematis yang dikemas secara dengan baik. Dan buku-bukunya juga penampilan bukan isinya tapi penampilannya cukup kuat. Jadi gerakan yang di koordinasikan dengan dana yang cukup besar terus kita hadapi pula dengan gerakan-garakan pemikiran yang sama.

Saya kira kita tidak bisa mengahadapi pemikiran seperti itu secara emosional tetapi harus secara mendalam, pemikiran dilawan dengan pemikiran. Kita diperintahkan berjihad seperti itu. Jadi hadapilah dengan ghazul fikri-ghazulfikri, budaya dengan budaya, tulisan dengan tulisan. Lalu dengan gerakan-gerakan keIslaman bisa lebih menukik mereka menulis, membaca, menggali, khazanah-khazanah keilmuan yang telah di pelopori para ulama yang terdahulu karena mereka juga luar biasa jasanya.

Memulainya dari mana?
Dimulai dari pendidikan, kita harus menyiapkan kader-kader untuk mendalami masalah ini, dilatih menulis mendiskusikan dengan baik dengan mempertahankan etika dan akhlak yang baik. Berdiskui itu tidak dengan emosional tidak mengarah kepada pribadi, tetapi mengarah kepada pemikiran- pemikiran saya kira itu harus di bangun, system pendidikan inilah, salah satu kenapa Ibnu Khaldun dibangun program Pascasarjananya, yang juga ada bidang Pemikiran Islamnya.

Kita melihat konsep-konsep selama ini tidak hanya pemikiran Islamnya, tidak pada politik. Saya kira kita harus ada pembagian tugas. Politik perlu karena semua juga akan ada kekuatan politik, karena untuk undang-undang perbankan syari’ah perlu politik. Undang-undang pornoaksi saja belum selesai, itu juga karena itu kita perlu kekuatan politik, ekonomi juga perlu. Tapi, semua pembagian tugas dan koordinasi satu dengan yang lain.

Selama ini belum terkoordinasikan dengan baik?
Belum. Belum terkoordinasikan dengan baik. Karena kita asyik dengan kegiatan masing-masing kita sendiri.

Menghadapi gerakan pemikiran yang kencang dari Barat, kelihatannya umat ini tak siap. Bagaimana menurut Anda?
Saya kira kita harus mempersiapkan diri. Sebenarnya umat Islam telah mempersiapkan diri, hanya saja itu belum kelihatan, dan itu harus serius. Soal pemikiran itu harus serius. Masalahnya kita ini sering asal-asalan terhadap program yang kita lakukan.

Itu lazim di gerakan-gerakan Islam?
Iya. Kita terlalu banyak pekerjaan yang lirik, tapi jarang yang fokus. (dina)