Friday, March 21, 2008

MeNkEs: SeBeNaRnYa AmErikA PaLiNg TaKuT kAuM MuSLiM, TaPi KiTa TaKuT DuLuAn

Siti Fadilah Supari, Menteri kesehatan RI, telah menggegerkan dunia kesehatan internasional. Keberaniannya melawan ketidakadilan WHO dalam mekanisme pengiriman virus H5N1 membuat lembaga kesehatan sejagad ini kebakaran jenggot. Mekanisme baku yang telah dilaksanakan selama 50 tahun ini mengharuskan negara yang memiliki kasus flu burung seperti Indonesia mengirimkan virus flu burungnya kepada WHO secara cuma-cuma dan tanpa syarat . Ternyata secara diam-diam virus tersebut dipindahtangankan dan dikomersilkan.
Mengetahui hal ini, Menkes melawan. Segala intervensi dan tekanan terutama dari pemerintah Amerika Serikat dihadapinya dengan tegar. “Sebenarnya mereka paling takut dengan kaum muslim, tapi masalahnya kita sudah takut duluan. Untungnya saya tidak takut,” paparnya dalam diskusi Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan bertajuk “Siti Fadilah melawan: Saatnya Indonesia Berubah”, di Auditorium YTKI, Jakarta, Senin (17/3).

“Saya ingin merubah penindasan negara-negara maju kepada negara dunia ketiga yang notabene rakyatnya orang muslim. Hegemoni itu tidak menguntungkan siapa pun juga. Maka, inilah saatnya untuk berubah,” lanjutnya menjelaskan keinginannya dibalik perjuangan selama ini menuntut mekanisme sistem virus sharing lebih adil yang ditulis dalam sebuah buku berjudul “Saatnya Dunia Berubah; Tangan Tuhan di Balik Flu Burung”.

Menkes yang anak seorang kiai ini mengaku awalnya tidak menduga penentangan terhadap dirinya sebesar yang diterimanya saat ini. Bolak-balik perwakilan WHO dan pemerintah Amerika Serikat datang melobi dan memintanya untuk menghentikan perlawanannya. Namun, karena sikap ibu menteri yang tidak mau kompromi itu maka akhirnya WHO mengabulkan apa yang diinginkannya.

Menyinggung soal common enemy berupa globalisasi yang dipaksakan oleh negara-negara Barat, Siti Fadilah menanggapi, “Tatanan globalisasi yang seperti sekarang ini adalah globalisasi yang hegemonik. Globalisasi negara kuat menindas negara yang tidak kuat. Ini tidak sehat untuk dunia. Maka solusinya harus adil, harus transparan dan harus setara.”

Menkes menambahkan penjajahan berbentuk globalisasi ini sudah masuk secara total dalam bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi negeri kita. Hal ini tidak bisa dilepas dari ideologi kapitalistik. Oleh karenanya perlawanan harus dilakukan secara ideologis pula. Dan umat Islam punya senjata yang luar biasa. “Sebetulnya ideologi Islam yang paling lengkap,” tegasnya.

Seorang peserta diskusi kemudian berkomentar, “Kalau satu menteri saja ditakuti oleh Amerika, apalagi kalau kita semua berani menghadapi Amerika!” Disambut gemuruh takbir, Allahu akbar!!!

SiTi FaDiLaH: IdEOLoGi IsLaM PaLiNg LeNgkAp

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan ideologi Islam sebagai ideologi yang paling lengkap. Sedangkan ideologi yang berkembang sekarang adalah tatanan hegemoni, yang kuat menginjak yang lemah. Karenanya, menurutnya, tatanan dunia sekarang ini harus berubah dan diubah. Demikian disampaikan Menkes dalam diskusi Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK) di Jakarta, Senin (17/3) yang mengambil judul “Siti Fadilah Melawan: Saatnya Indonesia Berubah”. Dalam diskusi yang dipandu oleh Luthfie Hakim ini, Menkes menyatakan sudah bukan zamannya lagi negara maju melakukan pemaksaan terhadap negara dunia ketiga yang mayoritas Muslim. ‘’Hegemoni tidak menguntungkan siapapun,’’ tandasnya.

Siti Fadilah kemudian menceritakan bagaimana selama 50 tahun lebih negara-negara di dunia dipaksa mengirimkan virusnya ke WHO. Ternyata virus itu oleh WHO diberikan kepada Amerika Serikat. Fatalnya lagi, laboratorium itu berada di bawah Departemen Pertahanan AS yang selama ini dikenal sebagai pembuat senjata kimia. Makanya, bukan tidak mungkin itu bisa menjadi senjata biologi.

Karenanya, Siti Fadilah menentang keras mekanisme yang dikembangkan WHO yang selama ini menindas negara-negara dunia ketiga. Mekanisme itu mengharuskan setiap negara mengirimkan virusnya ke WHO dengan tanpa mengetahui diapakan virus-virus itu. Belakangan terbongkar bahwa virus itu ternyata dijual kepada perusahaan-perusahaan vaksin di negara maju. Negara pengirim tak dapat kompensasi apa-apa bahkan harus membeli vaksin dengan harga yang sangat mahal.

Upaya Menkes ini menggentarkan dunia. Sehingga ia mendapat julukan orang tidak waras, setelah sebelumnya julukan itu diarahkan kepada Presiden Iran, Ahmadinejad oleh Presiden AS. Yang terganggu terhadap langkah Siti Fadilah malah Amerika. Anggota Kongres AS menekan Presiden SBY dan menyatakan bahwa Menkes RI tidak kooperatif. Namun tudingan itu dijawab enteng oleh Siti Fadilah: ‘’Eh ini kan urusan saya dengan WHO, lha kok malah Amerika yang ikut-ikutan.’’ Dalam sebuah forum tertinggi WHO, Menkes berhasil menggolkan niatnya itu.

Ia mengakui apa yang dilakukan itu sangat sensitif. Namun ia tidak tahan melihat ketidakadilan yang ditunjukkan oleh lembaga besar kesehatan itu. Maka, ia pun menulis buku berjudul “Saatnya Dunia Berubah. Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung”. ‘’Kalau ini berguna untuk umat, kenapa tidak?’’ katanya terbata-bata sambil menangis.

Siti Fadilah mengungkapkan selama ini orang-orang Indonesia selalu inferior di hadapan orang asing. Para pejabat selalu menunduk-nunduk bila bertemu bule. ‘’Kita itu dibodoh-bodohin,’’ katanya.

Orang asing, lanjutnya, seolah-olah mau membantu. Padahal apa yang mereka lakukan sangat berbahaya bagi kehidupan umat manusia. Karenanya, ia menegaskan, ‘’Janganlah kita pernah mengharapkan pertolongan dari orang lain. Kita berharap pertolongan dari Allah saja.” Selain itu, ia berpesan: ‘’Kalau melakukan sesuatu di jalan Allah, janganlah ragu-ragu.”

Joserizal Jurnalis, Ketua Presidium Mer-C mengatakan selama ini dunia penuh ketidakadilan. ‘’Kalau masalah virus saja, dahsyatnya begitu rupa, bagaimana dengan persoalan lainnya?’’ Banyak negara yang mayoritas Muslim dipaksa membeli vaksin dari negara-negara maju, dan dilarang membeli dari negeri-negeri Muslim.

Indonesia sendiri, lanjutnya, bisa membuat vaksin, tapi dalam perdangannya dijegal oleh negara-negara maju melalui lembaga-lembaga dunia. Ia menyebut salah satu produsen vaksin terbesar ternyata milik Donald Rumsfeld (arsitek perang Irak).

Direktur An Nashr Institute Munarman, mengatakan apa yang dilakukan oleh Amerika merupakan bagian dari upaya menguasai dunia dengan ideologi kapitalisnya. Lembaga-lembaga internasionl merupakan bagian dari upaya penjajahan itu. Sayangnya, banyak pemimpin di negeri-negeri Muslim tidak sadar itu. Malah mereka ingin dianggap bagian dari sistem internasional (tata dunia baru) tersebut.

Padahal, sistem tersebut, menurut Farid Wadjdi dari HTI, sengaja diciptakan oleh Barat untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslimin. Ia mengutip pendapat Syeikh Taqyuddin An Nabhani bahwa ada tiga malapetaka yang melanda dunia yakni munculnya keluarga internasional (PBB dan UU Internasional), cengkeraman dan dominasi Negara adidaya, serta imperialisme dan monopoli. ‘’PBB merupakan alat penjajahan. Sejak awal pembentukannya sudah batil karena bertujuan untuk menjajah kaum Muslim,’’ tandasnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, saat ini dunia butuh alternatif sistem. Komunis sudah hancur. Kapitalis, kondisinya seperti sekarang. Satu-satunya pilihan adalah sistem Islam yakni tegaknya syariah Allah di muka bumi dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah.