“Saya ingin merubah penindasan negara-negara maju kepada negara dunia ketiga yang notabene rakyatnya orang muslim. Hegemoni itu tidak menguntungkan siapa pun juga. Maka, inilah saatnya untuk berubah,” lanjutnya menjelaskan keinginannya dibalik perjuangan selama ini menuntut mekanisme sistem virus sharing lebih adil yang ditulis dalam sebuah buku berjudul “Saatnya Dunia Berubah; Tangan Tuhan di Balik Flu Burung”.
Menkes yang anak seorang kiai ini mengaku awalnya tidak menduga penentangan terhadap dirinya sebesar yang diterimanya saat ini. Bolak-balik perwakilan WHO dan pemerintah Amerika Serikat datang melobi dan memintanya untuk menghentikan perlawanannya. Namun, karena sikap ibu menteri yang tidak mau kompromi itu maka akhirnya WHO mengabulkan apa yang diinginkannya.
Menyinggung soal common enemy berupa globalisasi yang dipaksakan oleh negara-negara Barat, Siti Fadilah menanggapi, “Tatanan globalisasi yang seperti sekarang ini adalah globalisasi yang hegemonik. Globalisasi negara kuat menindas negara yang tidak kuat. Ini tidak sehat untuk dunia. Maka solusinya harus adil, harus transparan dan harus setara.”
Menkes menambahkan penjajahan berbentuk globalisasi ini sudah masuk secara total dalam bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi negeri kita. Hal ini tidak bisa dilepas dari ideologi kapitalistik. Oleh karenanya perlawanan harus dilakukan secara ideologis pula. Dan umat Islam punya senjata yang luar biasa. “Sebetulnya ideologi Islam yang paling lengkap,” tegasnya.
Seorang peserta diskusi kemudian berkomentar, “Kalau satu menteri saja ditakuti oleh Amerika, apalagi kalau kita semua berani menghadapi Amerika!” Disambut gemuruh takbir, Allahu akbar!!!
No comments:
Post a Comment