Monday, October 25, 2010
Why Do I Feel So Bad? It’s All in the Mind..
Has the world gone mad? Walking down the street, it is not difficult to feel alone. Can this be so, even though we live in cities with so many people?
People seem to move along somewhere between reality and where we are. Is it just that we don’t see each other, appreciate each other, or care to do so? So many people no longer feel. Violence or injustice happens and people just move on like they never saw a thing.
The world now calls itself a global village. Maybe it’s become more like a global factory. It seems to be churning out more and more desensitized, materialistic individuals who suffer from compulsions to buy and fit into predetermined definitions of beauty and acceptability. Modern man is running a frantic race.
A ‘village’ implies a group of people who work together for the common good; people who communicate and perceive life in a similar way, sharing a common culture. If we truly belong to a village of any kind; global or otherwise, it would be impossible to see crime, poverty or injustice and just keep living as if nothing had happened. Have we forgotten the ties that bind us as humans?
Maybe we have just become numb. We rush to work, then rush home again, watch TV, eat something; junk, fast or processed food, drink too much but hardly enough water, socialize with people who think and live like us, ignore the ‘other’, ignore pain, (even our own), ignore problems and sleep. Then we awaken to the barbaric sound of an alarm clock only to do it all over again. How many people stop to think about life, how we live it, and why?
We live with pain. We do many things to suppress and hide it. As life becomes more and more complicated and expectations get more and more unrealistic, people suffer. So much energy is exerted trying to find joy and any amount of peace. We entertain ourselves with soul disturbing music, watch violent, blood thirsty, surrealistic films and live in the shadows of life. We seek to have more and more possessions, more status, and more wealth as we drift further from each other. All this enhances our already over-developed sense of unreality.
People complain of compulsive disorders, anxiety, depression, psychosis, and are given quick-fix drugs to push them back into the work force; to be good consumers and exist in a comatose state of non-being; pushed further into a vacuum where the masses exist; where everything is nice, peaceful, ‘enough’; an illusion of well-being.
The family is being slowly dismantled. The once loving, supportive extended family is often scattered throughout cities and sometimes spread out between countries. Time and space separates the hearts that need each other so much. Family members are so distant from each other that it hardly seems worth it to try and get to know each other all over again. The loving circle that used to form around the individual has been replaced with government help, community-based projects and pensions. Though such things help to cushion some of life’s blows, they can never provide the stable foundation on which children grow and learn to deal with reality with love and an open heart.
Are we losing the last strong handhold that will prevent us from sinking into the chaotic push and shove of the rat race of the modern world? We have courses teaching us how to cope with stress, tension, and the pressures of modern life but has no one thought of a way to actually get rid of all these pressures once and for all? Can anyone show us the way back to our roots; to our humanity?
In distancing ourselves from each other; in denying who we are and living in isolation; in succumbing to the pressures of this materialistic, individualistic world, we miss out on the love and joy we can share with each other. We miss out on learning from each other and giving each other chances, just by being our simple human selves, to show kindness and forgiveness. In comforting each other’s pain, in sharing our resources, in forgiving each other’s weaknesses and in offering a helping hand, we can rekindle our humanity and turn the tides.
(Quran, 78:40) “...on the Day when man shall [clearly] see what his hands have sent ahead…”
P.S copied from brother Ahmed Rahat on FB
HiDuP SeJaHteRa DibaWah NaUnGan KhiLaFah
DIBAWAH NAUNGAN KHILAFAH,MANUSIA HIDUP SEJAHTERA
Sejak pertama kali Allah mewahyukan risalah islam kepada rasulullah Muhammad SAW di Makkah hingga ketika islam diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Madinah,umat manusia merasakan indahnya hidup dibawah naungan daulah islam.Bahkan indahnya hidup dibawah naungan islam terus berlanjut pada masa khulafa'ur rasyidin dan para khalifah yang silih berganti memimpin dunia selama 13 abad.Keberadaan pemimpin(khalifah)adalah keharusan bagi manusia,seperti adanya air untuk kehidupan.Karena sesungguhnya tidak ada kebahagiaan bagi manusia kecuali bila ada pemimpin.Keadilan dan kebenaran tidak akan tampak kecuali dengan adanya kekuasaan pemimpin.Manusia akan menjadi lemah tanpa pemimpin.Dan jika mereka lemah,maka mereka tidak akan mendapatkan kemaslahatan,hukum-hukum syariah tidak bisa ditegakkan,dan hukum-hukum islam tidak dilaksanakan sehingga mereka merasa tidak nyaman dan tidak mendapatkan kemuliaan.
KEMASLAHATAN BAGI UMAT MANUSIA DENGAN ADANYA KHILAFAH
1.khilafah menjamin dan menjaga keamanan,pertahanan serta persatuan dan keutuhan negeri-negeri islam
Sejarah membuktikan bahwa khilafah pernah menjadi negara adidaya di dunia selama 13 abad.Namun keadidayaan khilafah sungguh berbeda dengan keadidayaan negara yang menerapkan sistem sekuler seperti saat ini.Saat ini,dunia dibayang-bayangi oleh teror negara adikuasa yang menerapkan sistem kufr dan bersikap rakus dalam mengeruk sumber daya alam terutama di negeri-negeri islam...namun ketika khilafah menjadi negara adidaya,khilafah akan benar-benar menjamin keamanan bagi dunia.Persis seperti apa yang terjadi pada masa kegemilangan islam.Para khalifah telah menjamin keamanan bagi umat manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka.Para khalifah juga sungguh telah menyediakan bernagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena semacam ini setelah masa mereka.Selain itu,para khalifah juga menjaga pertahanan dan keutuhan serta persatuan di negeri-negeri islam.Ketiadaan khilafah membuat kaum muslimin bagaikan kehilangan rumah mereka.Akibatnya,orang-orang jahat dengan mudah keluar masuk dan membuat kerusakan di negeri-negeri islam.Keberadaan khilafah yang kembali menyatukan umat islam dalam satu tubuh bukan hal yang mustahil dilakukan.Karena ini pernah terbukti selama 13 abad.Khilafah islam berhasil menyatukan umat manusia dari berbagai ras,suku,bangsa,warna kulit dan latar belakang agama yang sebelumnya berbeda.Semuanya melebur dengan prinsip ukhuwah islamiyah.
2.khilafah menyatukan umat manusia
Karena umat islam wajib mengemban da'wah islam kepada seluruh umat manusia,maka wajib bagi kaum muslimin dan daulah islam untuk membebaskan berbagai negeri demi menyelamatkan mereka dari kehidupan yang menyengsarakan dan dari sistem yang rusak.Berbagai futuhat(pembebasan)tersebut tidak lain merupakan bentuk pelaksanaan dan kewajiban untuk menyampaikan risalah islam ke seluruh umat manusia dengan cara yang sangat menarik perhatian yakni dengan menegakkan hukum-hukum islam kepada mereka dan menyebarluaskan pemikiran-pemikiran islam ditengah kehidupan mereka.Sejarah telah membuktikan bahwa islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang terbentang mulai dari Cina,Indonesia,India,hingga Persia,Syam,jazirah arab,Mesir,bahkan hingga Maroko dan Spanyol.Islam pun telah menajamkan cita-cita mereka,memuliakan akhlaqnya,membentuk kehidupannya yang khas,dan membangkitkan harapan ditengah-tengah mereka,meringankan urusan kehidupan mereka,serta membangkitkan gelora dan semangat mereka untuk senantiasa memperjuangkan islam.Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka sehingga jumlah orang yang masuk kedalam islam kian hari kian bertambah.
3.Khilafah menjamin hak seluruh warga(muslim dan non muslim)dan melindungi orang yang lemah
Dalam islam,seorang khalifah bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan rakyatnya,baik atas anggota keluarganya maupun anggota masyarakatnya.Telah tercatat dalam sejarah bahwa khalifah Umar Bin Khattab telah membangun sebuah rumah yang diberi nama 'daar ad daqiiq'(rumah tepung).Di sana tersedia berbagai jenis tepung,kurma,dan barang-barang kebutuhan lainnya,yang bertujuan untuk membantu orang-orang yang singgah dalam perjalanan dan memenuhi kebutuhan orang-orang yang membutuhkan sampai ia terlepas dari kebutuhan itu.Rumah itu dibangun di jalan antara Makkah dan Syam di tempat strategis dan mudah dicari oleh para penyinggah jalan(musafir).Rumah yang sama juga dibangun di jalan antara Syam dan Hijaz.Sementara pada masa khalifah Khalid Bin Walid,terhadap penduduk al hairah yang beragama nasrani dan merupakan ahlu dzimmah,diterapkan atas mereka suatu kebiijaksanaan bahwa jika ada orang tua atau siapapun yang lemah,tidak mampu bekerja,tertimpa kemalangan atau jatuh miskin,maka ia dibebaskan dari tanggungan jizyah dan ia menjadi tanggungan baitul maal kaum muslimin selama ia tinggal di daarul islam.
4.khilafah akan memuliakan dan menjaga kehormatan perempuan
Islam sangat memuliakan perempuan dan menjaga kehormatan perempuan dengan kewajiban menutup aurat dan mengatur pergaulan perempuan.Perempuan diposisikan oleh islam pada tempat yang sangat mulia dalam keluarga sebagai ummu wa rabbatul bait(ibu dan pengatur rumah tangga).Lebih dari itu,perempuan diberikan peran politik yang agung dalam masyarakat.Dengan demikian,para ibu menjadi ujung tombak terciptanya generasi islam yang berkualitas dan bertaqwa.
5.Sistem islam unggul dalam berbagai aspek kehidupan.
Penerapan islam secara kaffah dalam sistem khilafah islam akan meniscayakan keberhasilan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan seperti aspek politik,ekonomi,pendidikan,sosial budaya,dan militer.Namun perlu ditegaskan bahwa keberhasilan dan kemajuan tersebut tidak akan muncul secara kebetulan atau tanpa syarat,melainkan ada syarat mutlaknya.Keunggulan sistem islam hanya akan tampak dan eksis jika islam diterapkan secara kaffah dalam masyarakat islam.Sebab sistem kehidupan islam bersifat intergral dan saling melengkapi.
Berikut adalah keunggulan sistem islam dalam bidang:
*Politik
Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri khilafah adalah melaksanakan hukum-hukum islam di negeri-negeri yang tunduk pada kekuasaan islam,yakni meliputi pengaturan muamalah,memberlakukan hudud,melaksanakan uqubat(sanksi),memelihara akhlaq,mengarahkan penegakkan syiar dan ibadah,serta memlihara seluruh urusan masyarakat sesuai hukum islam:
-seluruh hukum islam dilaksanakan atas kaum muslimin.
-membiarkan non muslim dengan akidah dan ibadah mereka.
-khilafah juga memberlakukan bagi non muslim dalam urusan makanan dan pakaian sesuai agama mereka dalam koridor peraturan umum.
-urusan pernikahan dan perceraian diantara non muslim ditetapkan sesuai agama mereka oleh qadhi(hakim)yang berasal dari kalangan mereka sendiri.
-khilafah melaksanakan syariat islam seperti muamalah,uqubat,sistem pemerintahan,sistem ekonomi,dll atas seluruh warga baik muslim dan ahlu dzimmah/non muslim.
-setiap orang yang memiliki kewarganegaraan islam adalah rakyat negara sehingga negara wajib memelihara mereka secara keseluruhan tanpa membedakan kaum muslimin dan ahlu dzimmah.
Politik Luar Negeri
Politik luar negeri khilafah adalah hubungan antara negara dengan negara,bangsa,dengan umat lain sebagai bentuk pemeliharaan urusan umat di luar negeri.Politik luar negeri khilafah dilakukan atas dasar penyebarluasan islam ke seluruh dunia.Maka politik luar negeri khilafah adalah mengemban da'wah islam ke penjuru dunia dengan metode jihad.
*Ekonomi
Politik ekonomi islam(PEI)adalah pengaturan urusan masyarakat dalam aspek ekonomi,dalam dan luar negeri,sesuai syariat islam.PEI bertujuan untuk memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok orang perorang dan memberikan kemungkinan kepada semua orang untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier mereka dalam bingkai life style masyarakat islam.Maka yang disasar PEI adalah kesejahteraan orang perorang seluruh rakyat,bukan secara makro/agregat/kolektif,sehingga PEI akan memastikan kesejahteraan dan kemiskinan dapat diatasi dengan benar dan riil.Dalam sistem ekonomi islam(SEI),ada 3 pilar yang menunjukkan keunggulan ekonomi islam,yakni:
-konsep milkiyah al maal(kepemilikan harta),meliputi kepemilikan individu,kepemilikan umum,dan kepemilikan negara
-konsep tasharruf al maal(pengelolaan harta),yang didalam islam akan dianggap sah pula.Tasharruf ini mencakup pemanfaatan dan pengembangan harta yaitu mengutamakan pembelanjaan wajib,sunnah,baru yang mubah.Islam melarang pemanfaatan harta yang tidak syar'i dan negara wajib memberikan sanksi ta'zir atasnya seperti pemanfaatan harta haram.
-tawzi' ats tsarwah(distribusi kekayaan).Islam mengharamkan penimbunan emas,perak,uang atau modal yaitu jika ditimbun bukan untuk membiayai sesuatu yang direncanakan.Islam juga hanya membolehkan ekonomi riil dan melarang praktik ekonomi non riil.Semua ini menjamin pendistribusian kekayaan masyarakat secara adil,dan menjamin semua aktivitas ekonomi bersifat riil serta memiliki efek langsung terhadap kesejahteraan dan peningkatan taraf ekonomi.
Pada masa khalifah Umar Bin Abdul Aziz,beliau dikenal sebagai khalifah yang sukses menyejahterakan rakyatnya.Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan,Yahya Bin Said,seorang petugas zakat masa itu,berkata,'saya pernah diutus Umar Bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke afrika.Setelah memungutnya,saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin.Namun saya tidak menjumpai seorangpun.Umar Bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada masa itu makmur.Akhirnya saya memutuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya.'Dan sekalipun rakyatnya makmur,khalifah Umar Bin Abdul Aziz tetap hidup sederhana,jujur,dan zuhud.Bahkan sejak awal menjabat khalifah,beliau telah menunjukkan kesederhanaannya dengan tindakannya mencabut semua tanah garapan dan hak-hak istimewa bani umayyah,serta mencabut hak-hak mereka atas kekayaan lainnya yang mereka peroleh dengan jalan kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan khalifah bani umayyah.Khalifah Umar memulai dari dirinya sendiri dengan menual semua kekayaan seharga 23.000 dinar(Rp 12 miliar)lalu menyerahkannya semua uang hasil penjualannya ke baitul mall.Subhanallah!
*Pendidikan
Dalam sistem islam,pendidikan bertujuan menciptakan sumber daya manusia yang berkepribadian islam,yaitu memiliki pola fikir dan sikap islami.Jadi,pendidikan dalam islam bukan sekedar 'trasfer of knowledge' dan 'transfer of values' tetapi memperhatikan apakah ilmu pengetahuan yang diberikan akan dapat mengubah pola sikap ataukah tidak.Produk pendidikan yang dihasilkan haruslah handal dalam penguasaan tsaqafah islam,penguasaan ilmu terapan(science&tech),serta penguasaan skill yang tepat dan berdaya guna.Khilafah wajib untuk mengatur segala aspek yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang diterapkan,seperti: yang berkaitan dengan kurikulum,akreditasi sekolah/perguruan tinggi,metode pengajarannya,bahan ajarannya,serta mengupayakan agar pendidikan dapat diakses dengan mudah oleh rakyat.
*Sosial Budaya
Dalam sistem islam,keimanan menjadi azas interaksi laki-laki dan perempuan.Azas iman inilah yang akan menyelamatkan laki-laki dan perempuan dari kebobrokan pergaulan bebas.Sedangkan pernikahan dipandang sebagai wujud ketaqwaan laki-laki dan perempuan.Pernikahan bukan hanya sarana untuk mencapai kenikmatan lahiriyah tapi merupakan bagian dari pemenuhan salah satu naluri yang disandarkan pada aturan Allah yang bernilai ibadah.Dengan begitu,pernikahan akan memberikan kontribusi bagi kestabilan dan ketentraman masyarakat.
*Militer
Dalam islam,militer adalah bagian dari politik.Bahkan,militer menjadi ujung tombak dari manuver-manuver politik yang dilakukan oleh negara islam,khususnya dalam politik hubungan luar negeri,karena negara islam wajib menyebarluaskan risalah islam ke penjuru dunia dengan da'wah dan jihad.
Perihal hubungan militer dengan negara,negara islam adalah negara yang bersifat ideologis yang mengemban ideologi islam ke seluruh dunia,serta mempertahankan dan menjaganya dari serangan musuh-musuh Allah dan islam.OLeh sebab itu,militer yang kuat sangat dibutuhkan karena penyebaran risalah islam dilakukan dengan metode da'wah dan jihad,dan karena militer memiliki fungsi penting untuk:
-menghilangkan hambatan-hambatan fisik yang menghambat penyampaian risalah islam kepada umat manusia di wilayah-wilayah daarul kufr.
-mengemban da'wah islam di wilayah-wilayah daarul kufr tersebut.
-menjaga ketertiban pelaksanaan syariah islam di dalam negeri.
Adapun hubungan militer dengan rakyat/sipil,maka islam tidak mengenal dikotomi sipil-militer,karena keduanya adalah mukallaf,sama-sama ditaklif hukum islam.Islam juga tidak mengenal previlege(pengistimewaan)militer atas sipil atau sebaliknya.Mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara islam dalam berpolitik,berda'wah,mengkoreksi penguasa(muhasabah lil hukaam),amar ma'ruf nahi munkar,mendirikan atau bergabung dengan partai politik islam,berjihad,dll.Islam juga tidak mengenal slogan-slogan peleburan militer dengan rakyat karena faktanya,masyarakat adalah orang-orang yang memiliki skill melalui wajib militer yang dilakukan negara sebagai seorang prajjurit yang siap sedia terjun ke medan perang.Pada masa rasulullah,mobilisasi umum dilakukan ketika jihad memanggil kaum muslimin.Para sahabat turut terlibat dalam pelatihan dan peperangan tersebut.Setelah perang usai,merekapun kembali beraktivitas sebagai petani,pedangang,dll.Bahkan dalam perang azhab,keterlibatan seluruh warga negara baik laki-laki maupun perempuan,sangat jelas.
Jadi,konsep peperangan rakyat semesta sesungguhnya telah dicetuskan pertama kali dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara islam 15 abad yang lalu.
Dengan demikian,militer dan rakyat adalah dua sisi mata uang,satu dengan yang lain mampu melakukan metamorfosis seketika itu juga sesuai dengan kebutuhan jihad fii sabilillah.
MARI BERJUANG TEGAKKAN KHILAFAH!
Selama 13 abad indahnya hidup dibawah naungan islam dirasakan oleh umat manusia dalam segala aspek kehidupan.Namun keindahan itu sirna ketika khilafah islam terakhir,yakni turki utsmaniy diruntuhkan oleh musthafa kamal attaturk pada tanggal 3 Maret 1924.Kemudian hukum-hukum islam dicampakkan dari kehidupan.Kesatuan tubuh dunia islam pun tercerai berai dalam berpuluh-puluh negara kecil.Dan negeri-negeri islam dipimpin oleh banyak pemimpin yang mengatur urusan umat dengan hukum sekuler yang tidak bersumber dari hukum Allah.Akibatnya,persoalan multidimensi datang silih berganti dan kesempitan hidup yang saat ini kita rasakan kian hari kian bertambah parah.Keberadaan khilafah yang mampu menyatukan kembali umat islam dalam satu tubuh dan umat manusia dalam satu kesatuan dunia serta menyelesaikan problem dan kesempitan hidup yang menghimpit dengan menerapkan syariah islam secara kaffah adalah suatu keniscayaan bukan utopia.Karena Allah telah menjanjikannya(dalam Qs an nuur:55).Pertolongan Allah amat dekat.Hanya ada dua opsi bagi kita,berdiam diri dengan kondisi sempit dibawah himpitan dan cengkeraman sistem kufr yang dimurkai Allah atau ikut berjuang tegakkan khilafah yang akan terapkan syariah Allah/islam yang diridhoi olehNya.
Allahu Akbar!!!
Sunday, October 17, 2010
Kiat Berburu Do'a Mustajab
Hidup ini tak lekang dengan masalah, silih berganti dari masalah satu ke masalah lain. Akan tetapi jika kita mau berfikir sebenarnya dibalik masalah tersebut ada pelajaran yang berharga yang dapat kita petik. Rugilah kita tatkala menyia-nyiakan masalah, berlari dari masalah ataupun pura-pura mengaburkan masalah tersebut.
Sebagai manusia dengan kodrat yang mempunyai beragam peran tentunya tak jauh dari masalah. Terlebih lagi secara fitrah, sebagian dari diri kita sering mengedepankan emosi, hati atau perasaan untuk menilai sesuatu. Dengan demikian hendaknya kita mencari cara agar kita dapat mensiasati kelemahan itu agar menjadi lebih tegar tatkala kita dirundung masalah.
Saudaraku, berdoalah kepada Allah karena itulah kunci dari segala masalah kita, Allah telah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al Baqarah: 186)
Apa susahnya kita mengadu kepada Allah yang telah mentakdirkan semua masalah yang telah menghampiri kita? Segala masalah akan ada kunci jawabnya meskipun entah kapan waktunya. Kita hanya bisa serahkan kepada Allah dan berusaha semaksimal mungkin untuk memecahkannya. Apapun masalahnya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (Qs Ar-Ra’d: 28)
Doa adalah kunci yang sangat ampuh dan mujarab untuk melepaskan kepenatan hati, rasa was-was ataupun segala masalah yang sedang kita hadapi. Ingatlah bahwa doa adalah inti ibadah. Kita percaya bahwa dengan terus dan terus memohon kepada Allah maka Allah akan memudahkan urusan kita.
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
“Jika Allah akan memberi kunci kepada seorang hamba, berarti Allah akan membuka (pintu kebaikan) kepadanya dan jika seseorang disesatkan Allah, berarti ia akan tetap berada di depan pintu tersebut.”
Tentu saja tidak semua doa dapat diterima. Oleh karena itu pandai-pandailah dalam mensiasati agar doa terkabul. Dalam kesempatan kali ini akan kami jelaskan orang-orang yang beruntung karena doanya terkabul dan waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Akan tetapi hal ini tidak berarti memvonis orang-orang yang tidak termasuk dalam golongan di atas, doanya tidak dikabulkan, Wallahu a’lam bishawab.
Serahkan semua usaha kita kepada Allah, karena Allah yang berhak menentukan hasil dari proses yang kita usahakan.
Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ’Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut Nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutkan dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR Bukhari Muslim)
DOA MANUSIA YANG TERKABUL
Ada beberapa golongan manusia yang doanya terkabul, antara lain;
* Doa seorang muslim terhadap saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya.
Dari Abu Darda’ Radhiyallahu’anhu, dia berkata bahwa Nabi Muhammamad Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Tidak seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya kecuali ada seorang malaikat yang ditugaskan berkata kepadanya:’Aamiin, dan bagimu seperti yang kau do’akan.” (HR Muslim)
* Orang yang memperbanyak berdoa pada saat lapang dan bahagia.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang.” (HR At-Tirmidzi, Dishahihkan oleh Dzahabi dan dihasankan oleh Al-albani)
* Orang yang teraniaya.
Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Hati-hatilah dengan doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan).” (HR Bukhari & Muslim)
* Doa orangtua kepada anaknya dan doa seorang musafir.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
”Tiga orang yang doanya pasti terkabullkan; doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir dan doa orangtua terhadap anaknya.” HR Abu Daud dan dihasankan oleh Al-Albani
* Doa orang yang sedang berpuasa.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, dia Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Tiga doa yang tidak ditolak; doa orangtua terhadap anaknya, doa orang yang sedang puasa, dan doa seorang musafir.” HR Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani
WAKTU MUSTAJAB UNTUK BERDOA
Kemudian lebih baik lagi tatkala kita tahu waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa sehingga kita bisa maksimal dalam berdoa. Antara lain:
* Sepertiga Akhir Malam.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga akhir malam terakhir, lalu berfirman: Barangsiapa yang berdoa, pasti akan Kukabulkan, barangsiapa yang memohon pasti akan Aku perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti akan Ku ampuni.” (HR Bukhari)
* Tatkala berbuka puasa bagi orang yang berpuasa.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu’anhu, dia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (HR Ibnu Majah)
* Pada setiap dubur shalat fardhu (sesudah tasyahud akhir, sebelum salam).
Dari Abu Umamah Radhiyallahu’anhu, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wata’alla, beliau menjawab:
“Dipertengahan malam yang akhir dan pada setiap dubur shalat fardhu.” (HR At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).
* Pada saat perang berkecamuk.
Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak; doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk.” (HR Abu Daud dishahihkan oleh Imam Nawawi dan Al-Albani)
* Sesaat pada hari Jum’at.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Abul Qasim Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya pada hari Jum’at ada sesaat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan dikabulkan. Beliau berisyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sebentarnya waktu tersebut.” (HR Al Bukhari)
* Pada waktu bangun tidur malam hari bagi orang yang bersuci dan berdzikir sebelum tidur.
Dari ‘Amr bin ‘Anbasah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya.” (HR Ibnu Majah)
* Diantara adzan dan iqamah.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah.” (HR Abu Daud, dishahihkan Al-Albani)
* Pada waktu sujud dalam shalat.
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab doa saat itu sangat diharapkan untuk terkabul.” (HR Muslim)
* Pada saat sedang turun hujan.
Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Dua doa yang tidak pernak ditolak; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu turun hujan.” (HR Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani)
* Pada saat ada orang yang baru saja meninggal.
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu’anha, Rasulullah Shallallahu’alahi wasallam bersabda tatkala Abu Salamah sakaratul maut:
“Susungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.” Semua keluarga histeris. Beliau bersabda:”Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat meng-amini apa yang kamu ucapkan.” (HR Muslim)
* Pada malam lailatul qadr.
Allah Subhanahu wata’alla berfirman:
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Qs Al Qadr: 3-5)
* Doa pada hari Arafah.
Dari ‘Amr bin Syu’aib Radhiyallahu’anhu dari bapaknya dari kakeknya, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah.” (HR At Tirmidzi dishahihkan Al-Albani)
Tuesday, October 12, 2010
Mantan Anggota Klu Klux Klan yang Memilih Jalan Kebenaran Islam
Semasa remaja, Sipes lebih suka bergabung dengan geng anak-anak muda yang juga bermasalah seperti dirinya, mengkonsumsi minuman keras, narkoba, melakukan tindak kriminal, kekerasan dan rasial. Pada usia 13 tahun Sipes harus menjalani kehidupan di penjara anak-anak dan yang menyedihkan, kondisi di sekolah yang katanya untuk mereformasi perilaku anak-anak bermasalah itu malah memberi pengaruh yang bertambah buruk pada Sipes.
Kecenderungan Sipes melakukan kekerasan dan bersikap rasial makin menguat. Sipes benci warga kulit hitam, yahudi, asia dan pada birokrat. Setelah tiga tahun di lembaga pemasyarakatan anak-anak, Sipes bebas dan ia menjadi "granat" yang siap meledak.
Untuk menyalurkan hasrat kekerasannya, Sipes bergabung dengan kelompok-kelompok rasis dan sering ikut dalam "operasi penyerangan" terhadap kelompok etnis tertentu dan ia terlibat dalam berbagai aktivitas kriminal. Sehingga pada usia 16 tahun, Sipes kembali masuk penjara di California. Ia divonis hukuman 6 1/2 tahun atas tuduhan perampokan dan kepemilikan serta penggunaan senjata api.
Di penjara itu, Sipes bergabung dengan kelompok "supremasi kulit putih" yang membenci semua orang yang bukan keturunan "Anglo Saxon." Ia pun mulai melakukan korespondensi dengan kelompok Klu Klux Klan (KKK) yang kemudian meminta pembebasan dirinya dengan jaminan. Setelah bebas, Sipes aktif dalam kelompok KKK selama 3-4 tahun. Ia dan kelompoknya melakukan serangan di malam hari, melakukan pengeroyokan dan merusak properti miliki orang lain. Hingga ia harus keluar masuk penjara karena melanggar pembebasan dengan jaminan yang diberikan otoritas penjara dan itu terus terjadi sampai Sipes berusia 20 tahun.
Pada usia itu pula Sipes mulai merindukan kedamaian dalam jiwanya. Ia menyesali keburukan-keburukan yang telah dilakukannya selama ini dan perasaan itu sering membuatnya kalap dan menumpahkan segala kemarahan dan kebenciaannya terhadap dirinya sendiri, pada sipir-sipir penjara. Seringkali ia terbangun dalam keadaan setengah telanjang di dalam sel isolasi. Kesendirian di sel isolasi itu membuatnya merenungkan kembali masa lalunya dan hal-hal negatif yang dilakukannya.
"Ketika saya masih di penjara, anak perempuan saya lahir. Saya mulai memikirkan masa depan. Saya mulai memikirkan betapa banyak korban yang jatuh akibat ulah saya. Saya bisa melihat diri saya seumur hidup akan berada dalam penjara, tanpa masa depan," tutur Sipes.
"Jauh di lubuk hati saya berkata 'Clint, kamu harus memilih antara keburukan atau masa depan yang baik'. Jelas jika saya memilih keburukan, saya tidak akan punya masa depan. Keluarga saya, ibu, kakak, mereka semua akan takut pada saya. Mereka akan menjauhi saya," sambungnya.
Pemikiran itu yang mendorong Sipes untuk menyembuhkan penyakit "kanker" amarah dan kebencian dalam dirinya. Ia ingin mencintai dan dicintai seperti layaknya yang diiginkan setiap orang. "Saya tidak mau membenci lagi," tukasnya.
Setelah menyelesaikan masa tahanannya dan lolos dari syarat pembebasan dengan jaminan, di kota Montana Sipes mulai melibatkan diri dengan organisasi-organisasi hak asasi, terutama yang memberikan perlindungan pada anak-anak. Ia membantu anak-anak yang memiliki problem yang pernah ia alami pada masa kecil. Meski demikian, Sipes masih juga belum sepenuhnya melepaskan diri dari aktivitas kriminal hingga ia harus masuk penjara lagi selama tiga tahun atas tuduhan memiliki bahan-bahan peledak.
Mengenal Islam
Di penjara federal itulah ia berjumpa dengan seorang muslim Amerika keturunan Afrika yang bertugas membantu para tahanan yang membutuhkan bantuan. Dari orang itulah muncul keingintahuan Sipes pada Islam. Ia berpikir bahwa Islam adalah agama eksklusif hanya untuk orang Amerika keturunan Afrika. Sebagai orang kulit putih, Sipes menolak agama Islam.
Meski demikian, Sipes tetap menanyakan banyak hal tentang agama Islam dan mulai berpikir positif tentang Islam sebagai agama yang ajarannya universal tidak mengenal etnis atau ras. "Saya mulai tertarik. Buat saya, Islam kedengarannya sangat nyata dan murni," kata Sipes.
Muslim Amerika keturunan Afrika itu lalu mengajak Sipes untuk melihat pelaksanaan salat Jumat yang dilakukan berjamaah dan memberinya Al-Quran. Sipes membaca terjemahan Al-Quran dan mengaku merasakan kebenaran dan kemurnian ajaran yang tertulis dalam Al-Quran. Sipes makin merasakan getaran hatinya pada Islam ketika ia mendengar suara azan. "Saat itu saya merasa kedekatan Tuhan di dalam hati dan jiwa saya," ujarnya.
Setelah melakukan riset dan mempelajari Al-Quran saya menemukan kesempurnaan ajaran Islam, tidak ada kontradiksi di dalamnya. Tidak seperti ajaran agama lainnya yang meyakini banyak Tuhan atau berhala, Islam adalah agama yang berdasarkan pada keyakinan bahwa Allah itu Esa. Sipes juga kagum dengan "mukzizat Al-Quran" kitab suci yang sudah berumu ribuan tahun tapi kemurniaannya tetap terjaga. Tak ada satupun kata bahkan huruf dalam Al-Quran yang diubah atau berubah.
Setelah mengenal agama Islam, sedikit demi sedikit perilaku Sipes berubah. Dari orang yang banyak menimbulkan masalah, penuh kebencian dan amarah, Sipes menjadi orang yang lebih tenang. "Islam memberikan saya kebutuhan spiritual, ketenangan dan kedamaian dalam diri yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Dengan Islam, tujuan hidup saya jelas, ke arah jalan yang lurus," ungkap Sipes.
Sipes pun memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menggunakan nama Abdus Salam. "Alhamdulillah, setelah saya menemukan kebenaran Islam dan menjadi seorang muslim, saya merasa terlahir kembali dan ingin tumbuh menjadi manusia baru yang baik dan mengabdi pada Allah Swt," tandas Abdus Salam Clinton Sipes.
"Mimpi Buruk" Mengeluarkannya Dari Kegelapan Menuju Cahaya Islam
Tapi semakin ia mengenal lebih dalam ajaran Katolik yang dianutnya, McLaren menemukan makin banyak pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan ini yang tidak bisa dijawab oleh ajaran agamanya. Pertanyaan-pertanyaan yang makin hari menekan jiwanya seperti "Siapa dirinya", "Siapa dan apakah tuhan itu sebenarnya?", "Siapa yang menjadi sosok teladan baginya?", "Mengapa tuhan memiliki anak?" dan pertanyaan lain yang tidak mampu dijawab bahkan oleh pendetanya sendiri.
"Pendeta saya hanya mengatakan bahwa saya harus memiliki agama, dan agama itu tidak harus masuk akal, yang penting keyakinan saya terhadap agama itu cukup kuat," kata McLaren menirukan ucapan pendetanya.
"Pernyataan itu tidak memuaskan saya, dan ketika lulus sekolah menengah atas, gereja saya tinggalkan dan mulai menjacari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu," sambungnya.
Sejak meninggalkan gereja, McLaren merasakan kekosongan dalam jiwanya. Untuk melepaskan diri dari kekosongan itu, ia mulai mempelajari aneka agama mulai dari Hindu, Budha, Taoisme dan mempratekannya. Ia bahkan mempelajari ilmu yang berbau sihir meski bukan untuk digunakan untuk tujuan jahat.
"Banyak orang yang menyebut saya gila. Mereka tidak memahami bahwa saya sedang melakukan pencarian, pencarian yang sejati. Tapi itu semua mengecewakan saya karena saya merasa tidak ada yang cocok dengan apa yang saya cari," tutur McLaren.
Hingga suatu hari, adik perempuannya berkunjung dan McLaren terkejut melihat penampilan sang adik yang mengenakan busana longgar dan panjang lengkap dengan jilbab panjang yang menutup bagian dada dan menjulur hingga pergelangan tangannya. McLaren heran melihat pakaian yang dikenakan adik perempuannya itu, apalagi saat itu musim panas dan udara siang itu sangat panas. Setelah mendapat penjelasan, McLaren baru tahu bahwa adiknya sudah menjadi seorang muslimah.
Ia seperti tersentak mendengar kata Islam. Selama ini ia mempelajari banyak agama tapi tidak pernah terlintas dalam pikirannya soal agama Islam. Pengetahuannya tentang Islam sangat minim, begitupula informasi tentang Islam yang ia peroleh penuh dengan stigma negatif tentang Islam.
McLaren lalu memutuskan pindah ke California, masih tanpa agama atau keinginan untuk mempelajari Islam, karena stigma negatif tentang Islam masih begitu melekat di kepalanya. Ia terus melakukan pencarian dan sampailah ia pada titik kulminasi dimana ia merasa putus asa dan menyerah. McLaren pun mencoba untuk tidak memusingkan soal agama dan ia memutuskan untuk menjalani hidup ini apa adanya.
Dua tahun berlalu. Ia bertunangan dengan salah seorang reman kuliahnya. Hidup McLaren belum berubah. Tanpa agama, tanpa keyakinan akan Tuhan. Jauh di dasar hatinya mengatakan bahwa hidupnya berantakan, tapi McLaren berusaha menepisnya hingga ia mengalami malam yang aneh.
Ketika itu, menjelang kepulangannya ke rumah orang tuanya di Michigan untuk mengurus pernikahannya. McLaren bermimpi buruk, mimpi terburuk yang pernah dialaminya selama hidup. "Dalam mimpi itu saya melihat dua laki-laki, ukuran tubuhnya sangat tinggi dan berpakaian serba putih berdri di ujung tempat tidur. Saya pikir mereka alien atau malaikat, saya tidak tahu pasti. Tapi saya sangat ketakutan dan mencoba menghindar dari kedua lelaki itu. Tapi makin saya menghindar, saya merasa semakin dekat dengan mereka," ungkap McLaren.
Ia melanjutkan, "Akhirnya, dalam mimpi itu, kami sampai di sebuah puncak gunung yang sangat tinggi, dibawahnya terbentang samudera luas, berwarna merah seperti darah dan panas seperti lava. Kedua lelaki itu menyuruh saya melihat ke arah samudera itu dan apa yang saya lihat masih jelas saya ingat sampai saya mati. Samudera itu penuh dengan orang yang telanjang dan dibolak-balik berkali-kali, seperti daging yang dipanggang di atas api."
"Orang-orang itu berteriak 'tolong kami, tolong kami!'. Saya merasa bahwa apa yang saya lihat ada neraka. Saya sangat ketakutan. Tapi ketika saya menceritakan mimpi itu pada tunangan saya, ia hanya tertawa dan mengatakan bahwa imajinasi saya terlalu berlebihan. Tapi saya sulit melupakan mimpi itu," papar McLaren.
Ketika pulang kampung ke Michigan itulah, ia bertemu dengan saudara perempuannya yang lain dan seorang sepupunya yang ternyata juga sudah memeluk agama Islam. Rasa ingin tahunya tentang Islam pun mulai muncul, lalu ia meminta pada saudara perempuannya itu untuk memberikan buku-buku tentang Islam yang bisa dibacanya. Dan buku pertama yang dibaca McLaren berjudul "Description of the Hell Fire".
"Apa yang saya lihat dalam mimpi saya ada di buku itu. Rasa ingin tahu saya makin besar dan saya mulai banyak membaca dan membaca, datang ke ceramah-ceramah, mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Semakin saya belajar tentang Islam, otak dan hati saya makin kuat mengatakan bahwa inilah yang selama ini saya cari," ujar McLaren.
Ia akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam. Persoalan pun menghadangnya, karena tunangannya tidak mau ikut masuk Islam. McLaren harus memilih antara tunangannya atau Islam dan ia tahu keputusan yang paling tepat adalah bersyahadat dan menjadi seorang muslimah.
"Allah Swt mengatakan jika Anda benar-benar beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya, maka Ia akan mengujimu. Itulah ujian buat saya. Meski merasakan kepedihan yang sangat karena kehilangan seorang tunangan, saya tetap memilih masuk Islam," tandas McLaren.
Sekarang, sudah enam tahun McLaren memeluk Islam. Ia memilih nama Sumayyah sebagai nama Islamnya. Sumayyah bekerja sebagai wartawan dan humas. Ia hidup bahagia dengan seorang suami yang baik dan dikaruniai seorang putra.
"Buat mereka yang benar-benar menginginkan petunjuk, Allah Swt berfirman bahwa Dia akan memberikan petunjuk bagi mereka dari kegelapan menuju cahaya dan itulah yang Allah berikan untuk saya," ujar Summayah menutup kisahnya menjadi seorang muslimah.http://www.eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/mimpi-buruk-mengeluarkannya-dari-kegelapan-menuju-cahaya-islam.htm
Proaktif Menyeru Pada Islam: Salah Seorang Peserta Menyatakan Diri Masuk Islam usai Konferensi
Selain itu, konferensi ini diikuti oleh para pengunjung melalui siararan live streaming internet, dan mereka memberikan kontribusi melalui komentar dan pertanyaan dari beberapa negara seperti Mauritinia, Libanon, Sudan dan lain-lain.
Chadi Freigeh, perwakilan media Hizbut Tahrir Skandinavia mengakatan, "Meskipun seruan dari para politisi populis untuk memboikot konferensi, kami menyaksikan kehadiran warga negara Barat non Muslim yang banyak telah memperkaya konferensi dengan pertanyaan-pertanyaan mereka dan komentar. Melalui besarnya kehadiran mereka, membenarkan bahwa mereka membenci para politisi yang gagal dalam menghilangkan kemunkinan membuka perdebatan faktual tentang Islam."
Jadi konferensi ini merupakan salah satu contoh praktis yang memberikan pesan untuk memulai produktif dan proaktif dibandingkan dengan orang Barat, untuk menjelaskan Islam dan memperkenalkan pandangan Islam tentang permasalahan saat ini.
"Karena itu kami ingin menyampaikan kabar baik, di akhir acara, para peserta yang menghadiri konferensi mendapatkan kekuatan dari seruan Islam, salah satu tamu memilih untuk memeluk Islam dan menyatakan syahadat Islam di tempat," papar Chadi Freigeh.
"Kami memohon kepada Allah Swt. untuk memperkuat keyakinan setiap Muslim dan membuat kita semua menjadi hamba yang taat pada Islam," ujar Freigeh seraya beryukur kepada Allah atas pertolongan-Nya yang telah menjadikan kesuksesan besar dalam acara tersebut. [m/z/htdk/syabab.com]
Sunday, October 10, 2010
Indonesia Butuh Televisi Islam
Mengikuti perkembangan informasi terkini kian membuat hati kita masygul. Khususnya melihat pemberitaan yang disiarkan media televisi. Pemutar balikkan fakta, penyudutan dan pembusukan citra Islam sering kali kita saksikan di televisi dan media massa lainnya.
Bahkan tak jarang, etika jurnalistik didobrak; tidak lagi ditaati. Pemberitaan tentang umat tak imbang, tidak cover both side dan sering kali ditayangkan di layar kaca. Ya, benar. Banyak kalangan intelek telah meninggalkan televisi. Kebanyakan beralih ke media online yang bisa diakses hanya dengan telepon genggam.
Tapi, budaya membaca yang masih minim membuat televisi masih menjadi media alternatif terbaik bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Bisa dibilang televisi kian menjadi kebutuhan pokok. Lihat saja di rumah-rumah kontrakan yang berpetak-petak atau di kawasan kumuh di bilangan Ibu Kota.
Ba’da Maghrib jarang sekali kita bisa mendengar lantunan ayat-ayat Quran terdengar dari rumah-rumah warga. Sebaliknya, kita lebih mudah mendengar suara tayangan televisi dari rumah-rumah sempit sekali pun. Begitu pula di pelosok-pelosok desa yang –maaf- rumahnya reot tapi tetap banyak yang memiliki televisi.
Di dunia ini, jumlah perangkat TV mencapai 45 persen dari jumlah keluarga. Itu data statistik waktu tahun 1995. Tahun 2010, jumlah itu meningkat menjadi 60 persen dari total jumlah rumah tangga. Di Amerika, jumlah TV malah lebih banyak ketimbang jumlah rumah tangga. Di Gurun Sahara, jumlah pemilik TV akan meningkat berkali lipat dalam lima tahun ke depan (http://www.kaskuserz.com/forum/Selain-Internet-jangan-remehkan-kekuatan-TV).
Kalangan menengah ke bawah di Indonesia seolah masih kesulitan untuk meninggalkan televisi. Kotak ajaib ini tetap dijadikan rujukan untuk mengisi waktu atau mencari hiburan. Pada saat bersamaan masih butuh waktu panjang merubah budaya menonton menjadi budaya baca. Jadi, sekali lagi, hingga detik ini masih banyak masyarakat yang menjadi penikmat televisi.
Ini adalah kekuatan umat sekaligus bumerang. Menjadi kekuatan manakala kita bisa menyajikan pendidikan Islam secara massif melalui layar kaca. Tapi akan menjadi bumerang manakala siaran televisi masih seperti saat ini: Minim nilai edukasi dan dalam siaran pemberitaannya acap kali memojokkan umat.
Syahdan, akhir-akhir ini kasus Ciketing, rekayasa teroris, dan kasus lain yang menyudutkan Islam seolah menjadi menu utama yang sengaja dijejalkan untuk para penikmat televisi. Hati kita bertambah masygul manakala efek buruk televisi kian merajalela menusuk ke hati dan pikiran umat.
Banyak sekali doktrin televisi yang berhasil hingga menciptakan efek domino lain: dekadansi moral, budaya permisif di masyarakat, hingga perpecahan umat. Berita-berita teroris yang menggiring opini menyudutkan Islam, pembunuhan karakter ulama, atau para aktivis Islam ditelan mentah-mentah oleh sebagian besar bangsa ini.
Dampaknya masyarakat kian sinis terhadap laki-laki berjenggot, suka mengaji, wanita Muslimah bercadar. Tak jarang bapak-bapak mewanti-wanti anaknya jika ingin mengaji. Pendek kata, Islam phobia kian nyata di depan mata kita. Hadir di tengah-tengah masyarakat kita; yang katanya mayoritas beragama Islam. Ini semua secara langsung maupun tidak berkat kekuatan televisi.
Baru-baru ini untuk kesekian kalinya televisi, khususnya TV One gencar sekali memberitakan aksi terorisme yang ‘membunuh’ citra Islam. TV itu mendatangkan nara sumber yang sejalan dengan visi mereka. Ini tidak aneh. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 50/M/V/2006 tanggal 19 Mei 2006, Karni Ilyas diangkat sebagai anggota Komisi Kepolisian Nasional (KOMPOLNAS) dari unsur tokoh masyarakat. Jadi, tak heran bila televisi itu selalu gemar memberitakan ‘prestasi’ polisi.
Namun, pada saat yang sama sebenarnya pengangkatan Karni Ilyas sebagai anggota Kompolnas justru ambigu dengan semangat jurnalisme ideal. Padahal menurut penulis buku Elemen Jurnalisme (The Elements of Journalism), Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, menyebutkan ada 9 elemen jurnalisme yang patut diperhatikan insan pers:
Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran, loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga Negara, esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi, jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya, jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan.
Selanjutnya, jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi, jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan, jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional, dan jurnalis harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya. Dalam buku barunya, Bill Kovach dan Rosenstiel menambahkan elemen ke-10: Mereka mengkaitkan elemen terbarunya dengan perkembangan teknologi informasi.
Jika kita saksikan berita yang beredar, banyak sekali elemen yang didobrak. Sebut saja elemen ketiga sampai kelima: Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi, jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya, jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan.
Faktanya jarang sekali berita yang disiarkan telah melakukan verifikasi yang prporsional. Lalu, bagaimana mungkin kita bisa mematuhi elemen-elemen jurnalisme tersebut jika kita menjadi bagian dari kekuasaan atau polisi? Memang, setelah pers perjuangan telah beralih menjadi industrialisasi pers, sangat sulit bagi kita untuk mencari media yang bebas kepentingan.
Namun, akan menjadi bencana besar bagi umat jika televisi-televisi di Indonesia memiliki kepentingan untuk membungkam perjuangan Islam. Dan, inilah yang sepertinya sedang terjadi hingga detik ini. Hal tersebut barngkali tak menjadi persoalan besar manakala sajian berita televisi disajikan kepada masyarakat yang melek media.
Faktanya, sebagian besar masyarakat justru masih banyak yang menelan mentah-mentah informasi dari televisi. Masih sangat jarang yang melakukan tabayyun dengan membandingkan informasi dari media lain. Apalagi menganalisanya. Akibatnya, penggiringan opini, pemutar balikkan fakta yang menyudutkan Islam dan disiarkan berulang-ulang ke khalayak akan menjadi pembenaran.
Lalu, sesama Islam saling curiga. Umat akan takut bila ikut pengajian, apalagi yang dipimpin oleh ulama-ulama yang tegas –bukan keras-. Sunnah Rasulullah seperti memelihara jenggot akan ditinggalkan sebab khawatir dicap teroris. Dan, masih banyak lagi dampak tayangan berita yang destruktif dalam rangka meruntuhkan Islam.
Tentunya hal ini tak bisa dibiarkan. Kita tak boleh tinggal diam ketika Islam diinjak-injak, dihina, dan dikonstruksikan sebagai agama kekerasan atau sumber masalah. Salah satu solusi untuk menangkal informasi massif dari media sekuler bisa dilakukan dengan melawan serangan itu melalui informasi massif pula. Salah satunya dengan mendirikan televisi Islam.
Kenapa harus televisi? Sebab televisi memiliki kekuatan persuasif yang luar biasa. Apalagi di tengah budaya baca masyarakat yang masih rendah. Wacana ini sudah sangat lama digulirkan. Dan, pada bulan Syawal ini rencana tersebut kembali digelindingkan. Mudah-mudahan niatan itu bisa dipermudah Allah SWT untuk membendung doktrinasi informasi dari media sekuler. Sekaligus mampu menyelamatkan akidah dan akhlak umat. Semoga pula pendirian televisi Islam dilandaskan dengan semangat ibadah dan tidak dikotori dengan keinginan duniawi sehingga bisa semakin diminati.
Mari dukung dengan segala upaya kita. Minimal dengan doa agar televisi Islam di Indonesia bukan sekadar wacana. Lalu, jika televisi itu sudah bisa didirikan, mari kampanyekan secara massif semampu kita untuk beralih kepada televisi Islam. Ya Rabb, kami berlindung pada-Mu dari fitnah dajjal. Kami memohon pada-Mu, mudahkanlah segala urusan orang-orang yang ingin meninggikan agama-Mu. Amin Allahumma amin. Wallahu ‘alammu.
Monday, October 4, 2010
Diriku dan Waktu
by Dian Puspita Sari on Monday, 04 October 2010 at 16:50
Kuteringat firmanNya :
وَالعَصرِ ﴿١﴾ إِنَّ الإِنسٰنَ لَفى خُسرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذينَ ءامَنوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَواصَوا بِالحَقِّ وَتَواصَوا بِالصَّبرِ﴿٣
(1Demi masa. (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran
Ayat ini menghujam qalbuku
Tak terasa,
Betapa cepat waktu berlalu tinggalkan kita
Betapa terasa waktu bagaikan pedang
yang siap menebas leher kita
Tak terasa,
Kecepatan waktu berlalu
Usia kita semakin berkurang
Jatah hidup kita pun berkurang
Sementara bekal yang kita siapkan minus untuk akhirat
Seoptimal apa upaya kita
untuk menyempurnakan kewajiban kita
pada Allah, diri kita dan umat manusia?
Seoptimal apa upaya kita
untuk memperbanyak amal sunnah kita
dengan sholat/puasa sunnah, tilawah al Qur'anul kariim, dan memiliki target mengkhatamkannya,
infaq dan sadaqah fii sabilillah?
Seoptimal apa upaya kita untuk memenuhi hak saudara dan umat manusia yang membutuhkan uluran tangan kita?
Tak terasa,
Ternyata bekal itu masih jauh dari cukup
Upaya kita menyempurnakan kewajiban dan memperbanyak amal sunnah kita di dunia nyata belum optimal
Sementara di sisi lain,...
Kita merasa sudah atau sedang berbuat banyak untuk Islam dan umatnya
di dunia maya
via blogging dan paging ala FB, MP, Myspace, Tagged, MFB, dsb
Seberapa penting dan perlu semua itu kita manfaatkan untuk kemaslahatan Islam dan umatnya
hingga kita rela menghabiskan banyak waktu kita di sana melebihi waktu kita untuk bermunajat pada Allah? untuk orang-orang disekitar yang belum banyak tersentuh oleh diri kita, seperti keluarga, tetangga, saudara, teman, dan manusia yang butuh tenaga, waktu, dan harta kita?
Sepemahamanku : Manfaatkan fasilitas dunia maya sebatas apa yang kita butuhkan dan dianggap penting oleh Islam
Misalkan :
~Manfaatkan untuk menulis dan mengirim tulisan berupa opini, artikel, puisi dan lain sebagainya yang bernuansa dawah Islam atau meluruskan pandangan yang keliru menurut Islam ke media cetak baik online maupun non online via email serta memuatnya dalam blog atau page kita
~Batasi tautan atau item yang akan kita tambahkan sebatas pada apa yang kita butuhkan atau anggap penting dalam Islam
~Tak perlu banyak 'habiskan' energi kita untuk terlalu menanggapi atau merespon pendapat yang berseberangan dengan pendapat kita. Berpendapatlah sebatas apa yang kita butuhkan untuk menanggapinya. Singkat tetapi padat muatannya. Dan hendaklah jangan terlalu 'ngotot' dalam berdiskusi dan berdebat
Jika toh poin terakhir terpaksa kita lakukan, dengan cara yang ma'ruf tentunya, saya berfikir hal ini lebih baik dilakukan di dunia nyata. Karena orang-orang yang berinteraksi dengan kita, baik keluarga, teman, tetangga, atau masyarakat akan merasakan dampak langsung (yang baik menurut Islam) dari seruan atau perbuatan kita.
~Luruskan niat dan motivasi kita bersurfing ria di dunia maya, ikhlas lillaahi ta'alaa untuk mencari keridhoanNya, bukan untuk mencari 'popularitas' diri atau riya'
Di sekitar kita,bahkan bisa jadi diri kita sendiri (na'udzubillah--smoga tak terjadi..),
masih banyak saudara kita seagama yang gemar bermaksiyat pada Allah
seperti tak mengerjakan sholat, berzinah, membuka auratnya dengan tak mengenakan khimar dan jilbab ketika keluar rumah, berjudi, minum miras, terlibat kriminalitas, berzinah dan mengkonsumsi narkoba, dan lain sebagainya...
masih banyak saudara kita yang meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar. Mereka mendiamkan kemunkaran yang terjadi di depan mata mereka. Sementara mendiamkannya berarti menyetujuinya dan membiarkannya terjerumus kedalam jurang neraka dan azhab Allah. Bahkan sudah pasti, disamping banyak kemaksiyatan yang merajalela disekitar kita, masih begitu banyak hal dari kualitas keimanan diri kita yang perlu kita upgrade dari waktu ke waktu.
Ternyata waktu dan usia yang Allah berikan pada kita
seolah terasa belum cukup untuk menyempurnakan diri kita
sebelum kita menghadap kepadaNya dalam kondisi yang terbaik
Namun, jika kita benar-benar berfikir
bahwa ternyata dengan keterbatasan waktu dan usia yang kita miliki
takkan ada yang terlintas dalam benak kita
kecuali kematian dan memanfaatkan waktu hidup yang kita miliki sebaik mungkin
untuk menjadi orang-orang yang beruntung
yang beriman dan beramal sholih
yang saling menasihati supaya berada dalam kebenaran (Islam) melalui amar ma'ruf nahi munkar
dan yang saling menasihati dalam menetapi kebenaranNya dengan kesabaran...
Supaya kita bisa menghadapNya dalam kondisi yang terbaik (khusnul khotimah)
Ibn al-Jauzi berkata, “Jika manusia tahu bahwa kematian akan menghentikannya dalam beraktivitas, maka dia pasti akan melakukan perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus mengalis setelah dia mati” (Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, juz I, h.22)
Yaa Allah
tulisan ini kubuat untuk senantiasa mengingatkan diriku yang penuh dengan noda dosa dan kekhilafan
Jika ada yang membacanya, sengaja atau tidak, alhamdulillah