Syabab.Com - Upaya politik adu domba di negeri ini mulai nampak. Terutama setelah terjadinya insiden Monas. Pembagian umat Islam menjadi radikalis dan kaum moderat menguak di beberapa media. Demikian juga suara kaum liberalis yang mengatasnamakan ham, pluralisme dan kebebasan bak pahlawan. Sedangkan para aktivis Islam dilabeli radikal. Skenario global asing dalam memecahbelah umat Islam di negeri ini semakin nyata. Tujuannya tiada lain untuk melenyapkan Islam di muka bumi ini. Karena Islam telah menjadi ancaman bagi Amerika, baik secara hostility maupun capabilty-nya. Berikut sebuah analisis politik adu domba ala Rand Corporation. [Pengantar Redaksi]
Adanya politik adu domba di balik insiden Monas semakin menguat. Pernyataan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengingatkan pihak-pihak tertentu untuk tidak melibatkan NU menyusul insiden Monas 1 Juni. “NU akan memberikan sanksi kepada siapa pun yang melakukan provokasi,” tegasnya.
Hasyim menyesalkan penggunaan dan pelibatan nama NU dan kelompok NU dalam masalah ini. “Karena relevansinya tidak ada antara NU dan Monas, NU dan FPI. Tapi, kenapa lalu ditulis korban itu adalah orang NU?” ujar Ketua PBNU Hasyim Muzadi dalam pernyataan tertulis pada detikcom, Selasa (3/6/2008).
KH Hasyim Muzadi juga mengingatkan pelibatan orang-orang NU yang menjadikan NU sebagai pihak yang juga terlibat dalam bentrok fisik itu. “Ini tidak boleh terjadi dan harus dicegah. Bentrok fisik sangat merugikan. Kita ingin menyelesaikan masalah Monas, bukan memperluas masalah itu,” tegasnya.
Upaya mengadu domba antara NU dan ormas Islam lain seperti FPI memang sangat terasa. Tampak dari reaksi warga NU diberbagai daerah yang mendatangi markas FPI. Konflik horizontal pun dikhawatirkan meluas di daerah-daerah.
Tidak hanya itu , perluasan insiden Monas juga tampak dari upaya membangun opini seakan-akan lasyar Islam menyerang kelompok memperingati hari kesaktian Pancasila. Serangan ini dianggap ancaman terhadap Pancasila, ideologi negara, dan pada gilirannya dianggap merupakan ancaman terhadap negara.
Upaya adu domba yang konflik horisontal ini tidak bisa dilepaskan dari grand-strategi negara-negara Imperialis untuk menghancurkan umat Islam dan kekuatan Islam. Untuk itu, negara-negara Imperialis seperti AS memanfaatkan LSM-LSM komprador yang menjadi kaki tangannya untuk memprovokasi konflik.
Campur tangan asing tampak dari kecaman kedubes AS terhadap insiden Monas. Kedubes AS di Indonesia mengeluarkan siaran pers yang mengutuk aksi kekerasan oleh FPI. AS menilai, aksi itu berdampak serius bagi kebebasan beragama dan dapat menimbulkan masalah keamanan. Namun, pernyataan Kedubes AS itu dinilai anggota Fraksi PKS di DPR, Soeripto, sebagai bentuk campur tangan AS dalam masalah dalam negeri. ”Itu tidak etis. Bahasa kasarnya intervensi. Seakan-akan pemerintah kita yang lemah,” katanya.
Grands strategi ini bisa terlihat dengan jelas dari rekomendasi Rand Corporation yang merupakan think-thank neo-conservative AS yang banyak mendukung kebijakan Gedung Putih. Dalam rekomendasi Cheryl Benard dari Rand Corporation yang berjudul CIVIL DEMOCRATIC SILAM , PARTERS ,RESOURCES, AND STRATEGIES secara detil diungkap upaya untuk memecah belah umat Islam.
Strategi: Pecah Belah Kelompok Islam
Langkah pertama melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan kecendrungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi.
Pertama: Kelompok Fundamentalis : menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat kontemporer. Mereka menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem dan moralitas. Mereka bersedia memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka.
Kedua: Kelompok Tradisionalis: ingin suatu masyarakat yang konservatif. Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan.
Ketiga: Kelompok Modernis : ingin Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman.
Keempat: Kelompok Sekularis : ingin Dunia Islam untuk dapat menerima pemisahan antara agama dan negaradengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi.
Strategi Belah Bambu dan Adu Domba
Setelah membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya yang penting yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik belah bambu. Mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, berikutnya membentrokkan antar kelompok tersebut. Upaya itu tampak jelas dari upaya membentrokkan antara NU yang dikenal tradisionalis dengan ormas Islam yang Barat sering disebut Fundamentalis seperti FPI, HTI, atau MMI.
Hal ini dirancang sangat detil. Berikut langkah-langkahnya :
Pertama: Support the modernists first (mendukung kelompok Modernis)
- Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi.
- Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda.
- Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam.
- Memberikan mereka suatu platform publik
- Menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, dan sarana yang lainnya.
- Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” bagi kaum muda Islam yang tidak puas.
- Memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayannya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan.
- Membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil yang independent, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
Kedua, Support the traditionalists against the fundamentalists (Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis). Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
- Menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis.
- Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis.
- Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis.
- Jika memungkinkan, didik kaum tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka
- untuk mampu melakukan debat dengan kaum fundamentalis. Kaum fundamentalis
- secara retorika seringkali lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik „Islam pinggiran” yang kabur . Di tempat-tempat seperti di Asia Tengah, mereka mungkin perlu untuk dididik dan dilatih dalam Islam ortodoks untuk mampu mempertahankan pandangan mereka.
- Menambah kehadiran dan profil kaum modernis pada lembaga-lembaga tradisionalis.
- Melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda. Mendorong orang-orang dengan ketertarikan yang lebih besar atas modernisme, seperti pada Mazhab Hanafi, lawan yang lainnya. Mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas dari penguasa yang terinspirasi oleh paham Wahhabi yang terbelakang. Hal ini berkaitan dengan pendanaan. Uang dari Wahhabi diberikan untuk mendukung Mazhab Hambali yang konservatif. Hal ini juga berkaitan dengan pengetahuan. Bagian dari Dunia Islam yang lebih terbelakang tidak sadar akan kemajuan penerapan dan tafsir dari Hukum Islam.
- Mendorong popularitas dan penerimaan atas Sufisme
Ketiga, Confront and oppose the fundamentalists (Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis). Langkah-langkahnya antara lain :
- Menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak akuratannya.
- Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktiviats illegal.
- Mengumumkan konsekuensi dari tindakan kekerasan yang mereka lakukan.
- Menunjukkan ketidak mampuan mereka untuk memerintah, untuk mendapatkan perkembangan positif atas negara-negara mereka dan komunitas-komunitas mereka.
- Mengamanatkan pesan-pesan ini kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.
- Mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.
- Mendorong para wartawan untuk memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak bermoralnya lingkaran kaum fundamentalis dan kaum teroris.
- Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
Keempat, Secara selektif mendukung kaum sekuler:
- Mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama, mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri.
- Mendorong ide bahwa agama dan Negara juga dapat dipisahkan dalam Islam dan bahwa Hal ini tidak membahayakan keimanan tapi malah akan memperkuatnya. Pendekatan manapun atau kombinasi pendekatan manapun yang diambil, kami sarankan bahwa hal itu dilakukan dengan sengaja dan secara hati-hati, dengan mengetahui beban simbolis dari isu-isu yang pasti; konsekuensi dari penyesuaian ini bagi pelaku-pelaku Islam lain, termasuk resiko mengancam atau mencemari kelompok-kelompok atau orang-orang yang sedang kita berusahah bantu; dan kesempatan biaya-biaya dan konsekuensi afiliasi yang tidak diinginkan dan pengawasan yang tampaknya pas buat mereka dalam jangka pendek.
Sebuah Catatan
Sudah sangat nyata strategi Rand Corporation ini terjadi di negeri yang mayoritas penduduknya muslim terbesar di dunia ini. Perlu diketahui bahwa Amerika akan menjadikan sesuatu menjadi suatu ancaman dilihat dari dua hal, yakni dari sisi hostility dan capability-nya.
Pertama dari sisi hostilty (permusuhan), Amerika akan menjadikan sebuah ancaman bagi sesuatu yang dianggap memiliki permusuhan. Setelah ideologi sosialisme komunisme tumbang, maka yang menjadi musuh bagi Amerika yang mengemban ideologi kapitalisme itu tiada lain adalah Islam. Mengapa? Karena Islam sebagai sebuah ideologi sangat bersebrangan dengan ideologi kapitalisme. Sebagai contoh, dalam perekonmian: bila kapitalisme memandang bahwa siapa saja berhak dalam berkepmilikan sesuatu termasuk sumber daya alam yang sangat penting bagi kebutuhan masyarakat, maka dalam sistem Islam terdapat konsep tiga kepemilikan barang. Kepemilikan individu, umum dan negara. Sumber daya alam seperti barang tambang tak berhak dimiliki oleh sekelompok orang karena itu milik umat. Dalam sistem kapitalisme, apapun boleh dimiliki.
Kedua, dari sisi capability (kemampuan). Amerika akan menjadikan sesuatu menjadi ancaman bila suatu negeri memiliki kemampuan yang kuat untuk menegakkan ideologinya tersebut. Islam menjadi ancaman serius bagi AS, karena umat Islam saat ini cenderung dalam menegakkan kemampuan tadi melalui tegaknya Khilafah Islamiyyah. Walaupun Islam belum memiliki capability untuk itu, namun saat ini di dunia sedang terjadi sebuah kesadaran global bagi kaum Muslim baik di negeri Arab, Asia bahkan Eropa yang merindukan institusi penyatu ummat itu.
Untuk menangkal ini semua, maka Amerika harus mengeluarkan kebijakan luar negerinya. Diantaranya adalah menghentikan munculnya ancaman-ancaman tersebut. Untuk menghentikan merebaknya ideologi Islam tersebut maka diperlukan orang-orang Islam sendiri yang menyampaikan Islam ala Amerika bukan Islam yang sebenarnya. Ada tiga negara yang tengah dijadikan target dalam menghadang ancaman tersebut, yaitu Turki, negara-negara Eropa dan Indonesia. Mengapa Indonesia menjadi target? Karena di negeri ini paling potensial merebaknya ideologi Islam dan berpendudukan Muslim terbesar di dunia. [f/dari berbagai sumber/ syabab.com]
No comments:
Post a Comment