Tuesday, November 16, 2010
Sultan Abdul Hamid II: Sang Pembela Sejati Palestina
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejak zaman Kesultanan Turki Utsmani, bangsa Israel sudah berusaha tinggal di tanah Palestina. Kaum zionis itu menggunakan segala macam cara, intrik, maupun kekuatan uang dan politiknya untuk merebut tanah Palestina.
Di masa Sultan Abdul Hamid II, niat jahat kaum Yahudi itu begitu terasa. Kala itu, Palestina masih menjadi wilayah kekhalifahan Turki Utsmani. Sebagaimana dikisahkan dalam buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II karya Muhammad Harb, berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.
Pertama, pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan dengan ucapan ''Pemerintan Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina''. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.
Kedua, Theodor Hertzl, Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu dijawab sultan, ''Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri''.
Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian membuat strategi ketiga, yaitu melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 Agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah Utsmaniyyah. Karena gencarnya aktivitas Zionis Yahudi akhirnya pada 1900 Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih dari tiga bulan, dan paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.
Pada 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid II. Kedatangan Hertzl kali ini untuk menyogok sang penguasa kekhalifahan Islam tersebut. Di antara sogokan yang disodorkan Hertzl adalah: uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; Membayar semua hutang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling; Membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan Membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina.
Namu, kesemuanya ditolak Sultan. Sultan tetap teguh dengan pendiriannya untuk melindungi tanah Palestina dari kaum Yahudi. Bahkan Sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan, ''Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.''
Sultan juga mengatakan, ''Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.''
Sejak saat itu kaum Yahudi dengan gerakan Zionismenya melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon "liberation", "freedom", dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai "Hamidian Absolutism", dan sebagainya.
''Sesungguhnya aku tahu, bahwa nasibku semakin terancam. Aku dapat saja hijrah ke Eropa untuk menyelamatkan diri. Tetapi untuk apa? Aku adalah Khalifah yang bertanggungjawab atas umat ini. Tempatku adalah di sini. Di Istanbul!'' Tulis Sultan Abdul Hamid II dalam catatan hariannya.
Sunday, November 7, 2010
Isyarat dari Allah terhadap Ulah Manusia, Respon Rasulullah dan Sahabatnya Dibalik Gempa Bumi dan Musibah Lainnya
Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata,
"Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!"
Sepertinya, Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah,
"Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!"
Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.
Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri,
" Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
"Allah berfirman,
'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]:14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."
"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."
Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "teguran" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras, inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya.
Labbaika Ya Allah, kami harus kembali kepada-Mu.
Wallahu a'lam.
Thursday, November 4, 2010
'aku tahu...',kata al Hasan al Bashriy
Aku tahu RIZQIKU tak mungkin diambil orang lain. Karenanya HATIKU TENANG.
Aku tahu AMALANKU tak mungkin dilakukan orang lain. Maka aku sibukkan diriku untuk BERAMAL.
Aku tahu ALLAH SELALU MELIHATKU. Karenanya aku MALU BILA ALLAH MENDAPATIKU MELAKUKAN MAKSIYAT.
Aku tahu KEMATIAN menantiku. Maka kupersiapkan BEKAL untuk berjumpa dengan Rabbku.
Al Hasan al Bashriy
Hasan al Bashriy lahir di Madinah pada tahun 21 H. Keluarganya berasal dari Sabi Misan, sebuah desa antara Bashrah dan Wasith. Namun kemudian mereka pindah ke Madinah. Ayah Al Hasan adalah budak Zaid bin Tsabit Al Anshari Radhiyallahu anhu. Dan ibunya adalah budak Ummu Salamah (istri Nabi SAW). Beliau adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa kekhilafahan Bani Umayyah. Saat usia 12 tahun, al Hasan telah hafidz Qur'an dan tidaklah beliau berpindah dari satu surat ke surat lainnya kecuali setelah mengetahui tafsir dan asbabul nuzul (sebab-sebab turunnya) surat tersebut. Beliau wafat pada malam jumat, awal bulan Rajab pada tahun 110 H. Semoga hati beliau tenang telah Bertemu dengan rabb al alamiin, Allah SWT
Aku tahu AMALANKU tak mungkin dilakukan orang lain. Maka aku sibukkan diriku untuk BERAMAL.
Aku tahu ALLAH SELALU MELIHATKU. Karenanya aku MALU BILA ALLAH MENDAPATIKU MELAKUKAN MAKSIYAT.
Aku tahu KEMATIAN menantiku. Maka kupersiapkan BEKAL untuk berjumpa dengan Rabbku.
Al Hasan al Bashriy
Hasan al Bashriy lahir di Madinah pada tahun 21 H. Keluarganya berasal dari Sabi Misan, sebuah desa antara Bashrah dan Wasith. Namun kemudian mereka pindah ke Madinah. Ayah Al Hasan adalah budak Zaid bin Tsabit Al Anshari Radhiyallahu anhu. Dan ibunya adalah budak Ummu Salamah (istri Nabi SAW). Beliau adalah ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada masa kekhilafahan Bani Umayyah. Saat usia 12 tahun, al Hasan telah hafidz Qur'an dan tidaklah beliau berpindah dari satu surat ke surat lainnya kecuali setelah mengetahui tafsir dan asbabul nuzul (sebab-sebab turunnya) surat tersebut. Beliau wafat pada malam jumat, awal bulan Rajab pada tahun 110 H. Semoga hati beliau tenang telah Bertemu dengan rabb al alamiin, Allah SWT
5 Sifat beda Rasul dari sifat kita
Sifat kita beda 'sedikit' dari sifat rasulullah.
- Rasulullah sedikit tidur. Kita sedikit-sedikit tidur.
- Rasulullah sedikit makan. Kita sedikit-sedikit makan.
- Rasulullah sedikit marah. Kita sedikit-sedikit marah.
- Rasulullah sedikit bergurau. Kita sedikit-sedikit bergurau.
- Rasulullah sedikit-sedikit beramal. Kita sedikit beramal.
Itulah sifat beda sedikit Rasulullah yang harus kita teladani. Sudahkah kita termasuk didalamnya?
Subscribe to:
Posts (Atom)