Showing posts with label Berita. Show all posts
Showing posts with label Berita. Show all posts

Tuesday, November 16, 2010

Sultan Abdul Hamid II: Sang Pembela Sejati Palestina




REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sejak zaman Kesultanan Turki Utsmani, bangsa Israel sudah berusaha tinggal di tanah Palestina. Kaum zionis itu menggunakan segala macam cara, intrik, maupun kekuatan uang dan politiknya untuk merebut tanah Palestina.

Di masa Sultan Abdul Hamid II, niat jahat kaum Yahudi itu begitu terasa. Kala itu, Palestina masih menjadi wilayah kekhalifahan Turki Utsmani. Sebagaimana dikisahkan dalam buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II karya Muhammad Harb, berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.

Pertama, pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan dengan ucapan ''Pemerintan Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina''. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

Kedua, Theodor Hertzl, Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu dijawab sultan, ''Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri''.

Melihat keteguhan Sultan, mereka kemudian membuat strategi ketiga, yaitu melakukan konferensi Basel di Swiss, pada 29-31 Agustus 1897 dalam rangka merumuskan strategi baru menghancurkan Khilafah Utsmaniyyah. Karena gencarnya aktivitas Zionis Yahudi akhirnya pada 1900 Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih dari tiga bulan, dan paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina.

Pada 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid II. Kedatangan Hertzl kali ini untuk menyogok sang penguasa kekhalifahan Islam tersebut. Di antara sogokan yang disodorkan Hertzl adalah: uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; Membayar semua hutang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling; Membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga; dan Membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina.

Namu, kesemuanya ditolak Sultan. Sultan tetap teguh dengan pendiriannya untuk melindungi tanah Palestina dari kaum Yahudi. Bahkan Sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya, sambil mengirim pesan, ''Nasihati Mr Hertzl agar jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun sejengkal tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.''

Sultan juga mengatakan, ''Yahudi silakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Utsmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.''

Sejak saat itu kaum Yahudi dengan gerakan Zionismenya melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon "liberation", "freedom", dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai "Hamidian Absolutism", dan sebagainya.

''Sesungguhnya aku tahu, bahwa nasibku semakin terancam. Aku dapat saja hijrah ke Eropa untuk menyelamatkan diri. Tetapi untuk apa? Aku adalah Khalifah yang bertanggungjawab atas umat ini. Tempatku adalah di sini. Di Istanbul!'' Tulis Sultan Abdul Hamid II dalam catatan hariannya.

Wednesday, June 23, 2010

Somalia, Negara Paling Gagal se-Dunia


Somalia berada pada peringkat pertama dari daftar negara gagal yang disebut, berdasarkan berbagai faktor termasuk ekonominya, catatan hak asasi manusia dan keamanan, menurut sebuah survei baru.

The Fund for Peace and Foreign Policy mengeluarkan "Indeks Negara Gagal 2010", pada hari Senin (22/6), merangking 177 negara untuk menentukan negara yang paling beresiko mengalami kegagalan.

Laporan tahunan ini menggunakan 12 matriks termasuk ancaman keamanan, ledakan ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia dan arus pengungsi.

Sejak indeks tersebut diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 2005, sepuluh peringkat teratas hanya bergulir di antara 15 negara, dan Foreign Policy mengatakan tampaknya bahwa kegagalan negara "adalah kondisi yang kronis".

Afrika menduduki tujuh dari 10 tempat teratas, dan setengahnya dari 60 negara paling lemah.

Somalia, adalah negara yang menduduki posisi terburuk selama tiga tahun berturut-turut, tidak memiliki pemerintah yang efektif sejak tahun 1991.

Hal ini diakibatkan oleh pertempuran berdarah antara kelompok-kelompok anti-pemerintah dan tentara di sebagian besar negara dan bajak laut yang beroperasi di lepas pantai.

Adalah Zimbabwe, yang bergerak turun dua peringkat dari tahun lalu, ke nomor empat, setelah perjanjian pembagian kekuasaan telah dicapai antara partai dari Robert Mugabe (presiden) dan Morgan Tsvangirai, pemimpin oposisi yang kemudian jadi perdana menteri.

Beberapa peningkatan stabilitas

Asia menduduki 30 persen dari 60 negara terlemah dan Timur Tengah memiliki hanya sekitar 10 persen.

Afghanistan dan Irak, yang keduanya diduduki puluhan ribu pasukan pimpinan Amerika, masing-masing menduduki peringkat enam dan tujuh.

Sementara itu, Yaman menunjukkan peningkatan ketidakstabilan pada tahun terakhir sementara Sri Lanka menduduki peringkat yang lebih baik tahun ini.

Cynthia Pegrigh, direktur Kebijakan Sumberdaya Konsiliasi di London, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa indeks ini memberikan analisis yang sangat informatif.

"Namun, dengan peringkat semacam ini, masalahnya adalah bahwa hal itu menarik perhatian 10 besar negara gagal, seperti yang disebut," katanya.

"Jika Anda mengambil contoh Yaman, selama puluhan tahun, belum pernah berada di peringkat 10 besar di daftar ini dan perhatian media.

"Sekarang, karena acara tahun lalu, semua orang melihat situasi di Yaman," katanya, sambil merujuk pada pemboman yang gagal pada Natal di pesawat tujuan Detroit, di mana pelakunya diduga tampaknya memiliki hubungan dengan al-Qaeda di Yaman .

"Apa yang kita katakan adalah bahwa Anda harus melihat kompleksitas dari semua negara dalam jangka panjang, tidak hanya ketika krisis muncul."

Tiga negara Nordik - Norwegia, Finlandia dan Swedia - dimasukkan sebagai negara yang paling stabil.

INDEKS URUTAN NEGARA GAGAL
Dari yang kurang hingga yang paling stabil:

1. Somalia
2. 2. Chad
3. 3. Sudan
4. Zimbabwe
5. Rep. Demokrasi Kongo

173. Irlandia
174. Switzerland Swiss
175. Swedia
176. Finlandia
177. Norwegia





(aljazeera.net, 21/6/2010)

Sunday, April 5, 2009

a drawer of the Prophet Mohammed (S.A.W) was dead in a fire


The artist who drew the pictures of the Prophet Mohammed (S.A.W) has died in a fire. He was burned alive.

Denmark government is hiding the news from the public and everyone has to know.

Some of the cartoons depict the Prophet Muhammad as a terrorist

HISTORY :
30 Sept: Danish paper Jyllands-Posten publishes cartoons
20 Oct: Muslim ambassadors in Denmark complain to Danish PM
10 Jan: Norwegian publication reprints cartoons
26 Jan: Saudi Arabia recalls its ambassador
30 Jan: Gunmen raid EU's Gaza office
31 Jan: Danish paper apologises
1 Feb: Papers in France, Germany, Italy and Spain reprint cartoons

Pls spread this... . (It
s the price one must pay for the insult of Allah's Prophet) Forward this to as many people as you can...

p.s it's a forwarded mail of my friend's brothers/sisters in islam
Are you going to forward this or delete it?





Friday, March 13, 2009

JanGan Ada LaGi FiLm MeMfitNah PeSanTren

Beberapa waktu lalu (11-12 Februari) Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-Indonesia (BKSPPI) menggelar Ijtima’ Nasional di Padepokan Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Ada beberapa rekomendasi Ijtima’ Nasional yang dihasilkan, salah satunya adalah mendesak pemerintah melalui Lembaga Sensor Film (LSF) dan Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) untuk mencabut film "Perempuan Berkalung Sorban" dari peredaran, mengingat film tersebut memfitnah pesantren.

“Film tersebut tak layak ditonton umat Islam. Film ini mengusung liberalisasi, sosialis, memfitnah pesantren, dan meledek alim ulama. Inilah garapan sutradara Hanung Bramantyo terjelek setelah Ayat-ayat Cinta yang mendulang sukses,” ujar Pimpinan Ponpes Modern Darunnajah ini.

Itulah sebabnya, para ulama yang tergabung dalam BKSPPI bertekad untuk ikut menjauhkan Pondok pesantren dari pemahaman-pemahaman yang membahayakan aqidah dan keutuhan pondok pesantren itu sendiri, seperti komunisme, sekularisme, liberalisme dan pluralisme, serta aliran-aliran sesat lainnya, yang kian hari kian mewabah saja. ”Yang jelas, BKSPPI akan menentukan dan menyeleksi buku-buku rujukan di dalam pendidikan pondok pesantren. Haram hukumnya buku-buku liberal dan kiri masuk pesantren,” tegas Mahrus. (sabili)

Wednesday, February 25, 2009

Khilafah Akan Kembali Tegak!

Keyakinanan akan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah tidak hanya diyakini oleh para pejuang penegak Khilafah saja. Para penulis Barat juga meramalkan Khilafah akan kembali tegak di waktu yang akan datang. Jika orang Barat saja percaya Khilafah akan kembali tegak, mengapa sebagian kaum Muslim menyangsikan kehadirannya? Akan adanya kembali Khilafah Rasyidah ‘ala minhajin nubuwwah yang kedua telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw dan umat Islam akan berkuasa telah dijanjikan oleh Allah Swt. Sudah sepatutnya kaum Muslim bersegera bahu-membahu untuk mewujudkannya. Berikut dua berita terkait penulis Rusia dan Amerika yang menyatakan bahwa Khilafah akan kembali tegak.

Khilafah Tahun 2020 Di Dalam Pandangan Seorang Penulis Rusia ..!!

Rilis dari buku “Rusia .. Imperium ketiga”

Akhir-akhir ini, di Rusia telah diterbitkan sebuah buku yang berjudul “Rusia .. Kekaisaran ketiga,” ditulis oleh “Michael Ioreyev“, direktur sebuah perusahaan Rusia dan Wakil Presiden Rusia Union of Industrialists dan Wakil Ketua Duma (Rusia Assembly).

Buku tersebut menyingung masa depan Rusia. Pada Coverian dalam buku berisi peta dunia menampilkan beberapa negara dan Eropa terletak di dalam batas-batas dari Rusia.

Penulis mengatakan bahwa ia memperediksi aka nada beberapa Negara Besar di dunia yang akan muncul pada tahun 2020. Saat itu,akan terdapat empat atau lima negara berperadaban ,yaitu Rusia, yang akan menguasai benua Eropa,Cina, Negara Timur Jauh, Negara Khilafah Islam dan Negara konferderasi Amerika yang akan menggabungkan Amerika Utara dan Amerika Selatan. Begipai Negara Islam.

Penulis tidak bisa memastikan bahwa hanya Rusialah yang akan menguasai benua Erofa. Tapi ia meyakini bahwa peradaban Barat pasti akan lenyap. Pasti akan diperangi atau dikuasai oleh beberapa Negara tersebut.

Tentang system yang akan diadopsi oleh Imperium ketiga itu, penulis mengatakan” sisitem itu adalah system kapitalis yang sebenarnya,yaitu sistem yang mampu memproduksi devisa paling besar dan memberikan peluang kerja untuk semua orang.

Sumber: Al-Aqsa.org, 19 Februari 2009

Resensi Buku: Kejatuhan dan Kebangkitan Negara Islam

Dalam bukunya yang terbit di tahun 2008 berjudul “Kejatuhan dan Kebangkitan Negara Islam”, Profesor Noah Feldman di Harvard menyatakan bahwa kemunduran Syariah Islam di masa lalu akan diikuti dengan kebangkitan Syariah Islam, suatu proses yang berakhir pada terbentuknya Khilafah Islam. Feldman adalah salah satu anggota komisi luar negeri New York. Buku-buku karangan dia sebelumnya juga membuat kejutan, seperti “Paska Jihad: Amerika dan Perjuangan Demokrasi Islam” (2003), “Hutang Kita Kepada Iraq: Perang dan Etika Membangun Negara” (2004), dan “Dipisah oleh Tuhan: Problema Pemisahan Negara dan Agama di Amerika — Apa yang Harus Kita Lakukan” (2005).

Bagi Feldman, beberapa kondisi tertentu diperlukan untuk memenuhi proses kebangkitan. Negara Islam akan menerapkan keadilan bagi umat, namun Negara tersebut tidak bisa dibangun dengan menerapkan sistem lama begitu saja, tapi harus mengenalkan sistem yang baru.

Tesis Feldman memerlukan perhatian khusus. Pada awal abad ke 21, dunia termasuk dunia Islam dan Timur Tengah akan mengalami perombakan. Apa peran Islam dalam perubahan tersebut? Pertanyaan ini perlu dijawab.

Pengalaman sejarah kita menunjukkan bahwa keruntuhan institusi politik yang besar dan mapan seperti Uni Soviet dan sistem Kerajaan-Kerajaan masa lalu biasanya tidak bisa dibangkitkan lagi. Kecuali hanya ada dua: Struktur Demokrasi sebagai kelanjutan dari Imperium Romawi, dan Negara Islam. Siapapun yang jeli memonitor situasi dunia Islam dari Maroko ke Indonesia akan melihat bahwa loyalitas masyarakat terhadap Islam tidak berubah meskipun kebobrokan administrasi dan kesewenang-wenangan kekuasaan banyak sekali terjadi di sana. Walaupun faktanya para pimpinan mereka gagal untuk menerapkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakatnya dan tenggelam dalam budaya korupsi dan kepalsuan, mereka masih mampu berkuasa dengan menggunakan tongkat represif. Ulama Islam yang sejati dan Hakim seperti masa sebelumnya sudah tidak ada lagi atau tidak lagi berfungsi untuk menghentikan kesewenang-wenangan penguasanya. Namun demikian, sebagaimana diyakini oleh Feldman, saat ini Islam akan kembali dengan wajah yang berbeda dibandingkan yang dikenal dalam masa sebelumnya.

Feldman berargumentasi bahwa pergerakan Islam seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir menghargai demokrasi. Ketika lobi Yahudi berusaha menampilkannya sebagai organisasi teroris, Hamas sebenarnya menghormati keabsahan demokrasi. Di Turki, partai politik Islam atau partai pro Islam sudah lama berdiri sejak tahun 1969 dalam kancah politik dan keluar masuk panggung kekuasaan melalui pemilu.

Dalam menghadapi tantangan dunia modern, Muslim mampu menahan upaya restorasi radikal dan kuat tanpa meninggalkan akar tradisi mereka. Model ‘Walayat al-Faqih’ (Komite Ahli Hukum Islam) yang dikenalkan di Iran setelah revolusi Islam pada tahun 1979 perlu didiskusikan dan ditinjau secara mendalam. Salah satu prioritas penting dalam dunia Islam adalah pemecahan masalah keseimbangan kekuasaan dan penegakkan hukum. Sejak masa Nabi Muhammad, penguasa Muslim berusaha keras untuk meyakinkan masyarakat tentang keabsahannya dengan melarang semua hal yang dinyatakan sebagai haram, namun di masa sekarang penekanan pada aspek kebebasan menjadi lebih penting. Keberhasilan di aspek ini oleh Dunia Islam tidak saja akan menguntungkan dunia Islam, tapi juga Dunia Barat.

Feldman juga menekankan bahwa di masa lalu, ulama yang menafsirkan Syariah adalah pemegang peran dalam mengontrol lembaga eksekutif; namun, menurutnya, peran ini dihancurkan oleh reformasi yang belum selesai dna fenomena Tanzimat yang ditemukan pada masa Ottoman. Akibatnya, ketiadaan lembaga yang mengontrol penguasa mengakibatkan kesewenang-wenangan yang memonopoli sistem administrasi. Feldman juga menyebutkan bahwa Khilafah Ottoman berutang kepada Dunia Barat sehingga ia berada dalam tekanan untuk melakukan reformasi. Akibatnya, sistem keadilan dan para ulama Islam akhirnya diganti dengan lembaga baru, sehingga runtuhlah kekhalifahan Islam. Kekuatan penjajah imperialis seperti Inggris dan Perancis akhirnya berhasil masuk.

Akan tetapi, Feldman juga melihat bahwa lembaran baru di abad 21 akan tiba dengan kembalinya Islam meskipun kekuatan politiknya sempat runtuh di tahun 1924 dan para ulamanya yang berperan sebagai pengawal Syariah sempat dipinggirkan dan disingkirkan.

Sumber: World Bulletin, 30 Januari 2009

Wednesday, February 18, 2009

SiaPa HiLLary CliNton?

Sebulan setelah menjadi Sekretaris Negara AS, Hillary Clinton melakukan kunjungan ke Indonesia. Hillary mengatakan bahwa Indonesia mempunyai peranan penting bagi AS. Siapa Hillary Clinton?

Era 1993-2001, Hillary adalah salah seorang wanita terkenal di AS. Maklum, ia adalah istri dari Presiden AS ke-42, Bill Cinton, dan posisi itu otomatis membuatnya menjadi ibu negara alias first lady. Terlahir dengan nama lengkap Hillary Diane Rodham di Chicago, Illinois, 26 Oktober 1947, sekarang berusia 61 tahun memulai karir politiknya sebagai senator junior Amerika Serikat dari negara bagian New York, suatu jabatan yang dimulai pada 3 Januari 2001.Sebelumnya, ia adalah seorang pengacara.

Lulus dari Sekolah Hukum Yale pada tahun 1973, ia pindah ke Arkansas pada tahun 1974 dan kemudian menikahi Bill Clinton pada 1975. Ia lalu menjadi rekan wanita pertama di Firma Hukum Rose pada tahun 1979 dan dua kali tercatat sebagai salah seorang dari 100 pengacara paling berpengaruh di Amerika. Dari tahun 1979 hingga 1981 dan 1981 hingga 1992 ia adalah Ibu Gubernur Arkansas dan aktif dalam sejumlah organisasi yang terkait dengan kesejahteraan anak-anak serta menjadi anggota direksi Wal-Mart dan beberapa perusahaan lainnya.

Hillary dibesarkan dalam sebuah keluarga Methodist di Park Ridge, Illinois. Ayahnya, Hugh Ellsworth Rodham, seorang konservatif, adalah seorang eksekutif dalam industri tekstil, dan ibunya, Dorothy Emma Howell Rodham, seorang ibu rumah tangga. Hillary mempunyai dua orang saudara lelaki, Hugh dan Tony. Sewaktu menjadi Ibu Negara AS, rancangan layanan kesehatan Hillary yang merupakan inisiatif terbesarnya gagal disetujui Kongres pada tahun 1994. Pada tahun 1997 dan 1999, Hillary berperan dalam pembentukan Program Asurasi Kesehatan Anak-Anak Negara (State Children's Health Insurance Program), Undang-Undang Adopsi dan Keluarga Aman (Adoption and Safe Families Act), dan Undang-Undang Kemandirian Asuhan Keluarga (Foster Care Independence Act). Pada tahun 1996, ia diperintahkan untuk memberikan kesaksian di hadapan juri akibat kontroversi Whitewater. Ia tidak pernah didakwa dengan tuduhan apapun maupun beberapa penyelidikan lainnya selama masa kepresidenan suaminya. Kondisi pernikahannya dengan Bill Clinton menjadi perhatian umum setelah terungkapnya skandal Lewinsky pada tahun 1998.

Setelah pindah ke New York, Clinton terpilih sebagai senator Negara Bagian New York pada tahun 2000 sehingga menjadi mantan Ibu Negara pertama yang memenangi pemilihan umum untuk suatu jabatan di AS. Di Senat, awalnya ia mendukung pemerintahan George W. Bush mengenai beberapa kebijakan luar negeri, termasuk memberikan suaranya dalam mendukung Resolusi Perang Irak yang menyetujui dilaksanakannya Perang Irak. Ia kemudian berbalik menentang tindakan pemerintah dalam Perang Irak dan juga menentang kebijakan pemerintah Bush dalam hampir seluruh masalah dalam negeri. Ia terpilih kembali sebagai senator dengan kemenangan telak pada tahun 2006. Pada 20 Januari 2007 ia resmi menyatakan dirinya ikut serta dalam pemilihan umum presiden AS 2008 .Pada pemilihan calon presiden AS tersebut, Clinton berhasil memenangi lebih banyak pemilihan pendahuluan dan anggota delegasi daripada wanita lainnya sepanjang sejarah AS, namun setelah kampanye yang panjang, Senator Barack Obama menjadi calon terpilih Partai Demokrat pada Juni 2008.

Pada tanggal 22 Januari 2009 Hillary Clinton dilantik sebagai Menteri Luar Negeri AS.

Ketika menjadi pesaing Obama dalam pemilu presiden kemarin, Hillary melontarkan kampanye-kampanye yang keras terhadap negara-negara Arab yang selama ini dianggap musuh oleh AS, bahkan lebih keras dari kampanye Obama. Clinton pernah menyebut Obama "naif" dalam kampanyenya, karena Obama menyatakan akan membuka dialog langsung dengan Iran, Suriah dan Korea Utara. Clinton juga bersumpah akan "menghancurkan" Iran jika negara itu berani menyerang Israel.

Tak heran jika Israel-lah yang paling berbahagia dengan terpilihnya Hillary Clinton dalam kabinet Obama. PM Israel Ehud Olmert langsung mengucapkan selamat pada Clinton dan mengatakan bahwa Clinton adalah sahabat Israel dan orang-orang Yahudi. Tidak heran jika Hillary banyak membela kepentingan Yahudi, karena karena kakeknya, Max Rosenberg meruapkan seorang Rusia keturunan Yahudi. Hillary menyebut Yerusalem sebagai "ibukota abadi dan tak ternilai" bagi Israel. Dia juga telah lama mengajukan gagasan pemindahan kedutaan besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.

www.eramuslim.com

Friday, January 23, 2009

Israel - the spoilt child of the west

As the Israeli aggression continues against the Muslims in Gaza, Muslims and many non-Muslims across the world have demonstrated against the atrocities committed by the Zionist entity. As images continue to be beamed across the world of dead bodies dumped outside hospitals and the bombing of schools, even the influential pro-Israeli elements in the media are finding it difficult to justify Israel's aggression. Attempts by some to secure a ceasefire are falling on deaf ears as the US continues to stand in the way of such actions.

The Western world since the creation of Israel has supported the Zionist entity - it is virtually impossible for Israel to survive on its own. Understanding this is crucial because it defines who should be targeted in the current crisis and the stance people should take generally towards Israel.

British Strategic interests

Theodor Herzl is credited with founding political Zionism, a movement which sought to establish a Jewish state, by elevating the Jewish question onto the international scene. In 1896, Herzl published Der Judenstaat (The Jewish State), offering his vision of a future state; the following year he presided over the first World Zionist Congress.

In 1907 British Prime Minister Henry Campbell-Bannerman formed a committee with France, Belgium, Holland, Portugal, Spain and Italy. He gathered specialists in history, geography, economics, oil, agriculture and colonialism - to study possible ways to assure the continuity of European colonial interests. In his directives to the committee members, he outlined that empires grow in power to a certain extent, expand then gradually disintegrate and collapse. He asked them to find a way for delaying the fate of European colonialism which had reached its peak, at the time, when the sun never set on the British Empire. The committee's key recommendation was:

"There are people (Muslims) who control spacious territories teeming with manifest and hidden resources. They dominate the intersections of world routes. Their lands were the cradles of human civilizations and religions. These people have one faith, one language, one history and the same aspirations. No natural barriers can isolate these people from one another ... if, per chance, this nation were to be unified into one state, it would then take the fate of the world into its hands and would separate Europe from the rest of the world. Taking these considerations seriously, a foreign body should be planted in the heart of this nation to prevent the convergence of its wings in such a way that it could exhaust its powers in never-ending wars. It could also serve as a springboard for the West to gain its coveted objects."

Prime Minister Henry Bannerman, Campbell-Bannerman Report, 1907

Although Argentina and Uganda were considered for the establishment of a Jewish homeland Britain viewed the plight and outright racism Jews experienced in Europe from a strategic perspective. With the Ottomans on its final legs Britain and its European power brokers were determined that the Muslim world should never be able to unite and threaten Western interests ever again.

David Fromkin, Professor and expert of Economic History at the University of Chicago describes the actions of the European colonialists:

"With centuries of mercantilist experience, Britain and France created small, unstable states whose rulers needed their support to stay in power. The development and trade of these states were controlled and they were meant never again to be a threat to the West. These external powers then made contracts with their puppets to buy Arab resources cheaply, making the feudal elite enormously wealthy while leaving most citizens in poverty."

European colonialists led by Britain used the Zionist call for a Jewish homeland to achieve their own strategic interests in keeping the Muslim world in endless wars with this Zionist entity and never threatening colonial interests ever again.

Strategic support

Although British influence in the Middle East has been replaced by American influence, the US is committed to protecting Israel, guaranteeing her security and securing a prosperous standard of living for the Jews living there. However this is not out of any moral obligation but due to strategic interests. It is these interests that have resulted in support of all types to Israel. With the population of the Palestinian territories forecasted to overtake that of Israel's by 2019, Israel needs a strong economy to attract Jewish migration from across the world and then to maintain a high standard of living for them.

A cursory glance at Israel's economy shows it is poor in natural resources; Israel depends on imports of oil, coal, food, production inputs and military equipment. Through a variety of agreements, deals and support from the West Israel has managed to develop the foundation of an industrial economy. With a population the size of Scotland Israel has an economy worth $185 billion. The European Union, US, Turkey, Mexico, Canada, Jordan and Egypt, have signed free trade agreements with Israel which means they all trade without any restrictions, which has helped Israel in procuring raw materials.

Foreign markets are an important source of revenue for Israel. Due to having a very small domestic market (due to its small population) it is forced to search for foreign markets to generate wealth. Industrialised nations generally focus 10% of their economy towards foreign trade (imports and exports). However 30% of the Israeli economy relies on exports, which is very high. Israel's main exports 10 years ago were Jaffa oranges and other agricultural products. Today's exports are increasingly high-tech, an estimated 80% of the products Israel exports are high-tech and electronics components. However Israel is finding it is light years behind Japan, China and Germany in this very competitive sector. 40% of Israeli exports end up on US shores even though the US can make the same agricultural goods and computer hardware cheaper and of better quality.

Because of the strategic role Israel plays in the Middle East it has been spoilt with military hardware and technology which would have otherwise taken it decades to develop. The US spends over $5 billion every year in military aid where it funds foreign militaries. Israel is the largest recipient of this, receiving $2 billion every year, whilst $1.3 billion goes to Egypt. This has given Israel a huge advantage over its surrounding nations. The US is expected to provide Israel with $30 billion in military aid between 2008 and 2017

Britain the original father of Israel has never let its spoilt child down. The British government's own figures show it is selling more and more weapons to Israel, despite questions about the country's use of force. In 2007, Britain approved £6 million of arms exports. In 2008, it licensed sales 12 times as fast: £20m in the first three months alone. Britain provides Israel with many of the technological components used in its military hardware. The licensees covered the export of armored vehicles and missile components that Israel regularly uses against the Muslims of Palestine. Major British companies such as HSBC, British Airways and British Gas have interests in Israel, and trade is now well above £2.4 billion. In addition, many Israeli companies see the UK as an attractive place to grow and expand their businesses. The UK, as an international financial hub, is the doorway to a world of opportunities for companies and entrepreneurs. More than 200 Israeli companies have set up operations in the UK, and that number continues to rise. Another 40 Israeli companies have already chosen the AIM (Alternative Investment Market - Market for new upcoming business which has fewer conditions compared to the FTSE100) stock exchange to raise capital, rather than the more expensive and distant option of the US.

The European Union describes Israel as "one of the EU's most established trading partners in the Euromed area ranking as the EU's 25th major trade partner," on its European commission website. EU-Israeli trade is at an all time high of €14 billion. The EU has a €30 billion arms industry that is competing internationally with the US and China. For these reasons the EU allows EU nations to compete freely in the arms markets. The EU hopes to encourage a restructuring of the continent's fractured arms industry so it is better able to tackle international rivals. Hence what Israel does with the arms purchased from the EU is of little concern to the EU.

Political support

Israel is essentially a military aircraft carrier for the US and the Western world in the region. However Western support goes beyond providing Israel with military hardware and includes political support.

The US Congress was notified in July 2006 in the midst of the Lebanon-Israel conflict of the sale of $210 million worth of jet fuel to Israel. The Defence George Bush Security Cooperation Agency noted that the sale of the JP-8 fuel, should it be completed, will "enable Israel to maintain the operational capability of its aircraft inventory." and "the jet fuel will be consumed while the aircraft is in use to keep peace and security in the region."

It has been speculated that the US has also provided Israel with "bunker buster" bombs, which would be used to target the leader of Hizbollah and destroy its trenches. The US has also jointly developed the Arrow Anti-Ballistic Missile Program. The world's only national operational missile defence system designed to intercept and destroy ballistic missiles. The Arrow is the most advanced missile defence system in the world. The development was funded by both Israel and the United States. Not only does the Arrow protect Israel, it has also provided the US the research and experience necessary to develop additional defensive weapons systems.

The Western world has also afforded Israel political support throughout its history. We witness again and again the veto of UN resolutions condemning Israel. Zalmay Khalilzad is reported to have received explicit instructions from his superiors at the US State Department to torpedo any initiative proposed by the Arab bloc which is designed to grant the Security Council the status of an official arbiter that will have direct involvement with the current disentangling Gaza crisis.

In July 2006 the United Nations Security Council rejected pleas from Lebanon that it call for an immediate ceasefire between Israel and Lebanon. The Israeli newspaper Haaretz reported the US was the only member out of the 15-nation UN body to oppose any council action at all. The US provided Israel with precession guided bombs which the British government denied any knowledge of landing and refuelling at British airports.

The Western world has created a lop-sided balance of power structure in the region by spoiling Israel with military technology. This has given Israel an immense advantage over any negotiations in the region and it is this reason why Israel unilaterally continues with settlement construction to alter the very face of the region. The maintenance of this balance of power was no accident. It has been carefully constructed to ensure US strategic interests are maintained. This is the reason the US is applying huge pressure on Iran for developing nuclear weapons, as this would change the geopolitics of the region. The US is also horrified by the deal signed by Russia and Iran for the S300 missile defence system. Such a missile defence system will completely alter the rules of the game as Iran could systematically take out 100 jets or missiles simultaneously

Conclusion

The current aggression against Gaza we are witnessing has US blessings written all over it. Without US and Western support Israel would never be in the position it is in today. The Western world has also ensured that its puppets in the Muslim world work with Israel and contribute towards strengthening it. From this perspective we should not miss the point and call for a halt in Israeli aggression as this would be the same as asking the dog to stop barking. Dealing with this problem requires an entity that has the will to threaten this Western strategic interest, the Arab nations collectively can pose such a challenge with the correct political will. The Muslim armies have the ability to change the status quo as each of the rulers in the Muslim world relies on the army to remain in power.

It should also be remembered that the US refuses to allow Israel to share the influence in the region with her. In order to prevent Israeli expansion and the spread of Israeli influence in the region, American policy has been based on isolating Israel from the rest of the region in an attempt to curtail her and minimise her role in the quest to solve the Palestinian issue and the Middle Eastern issue. US policy is centred around establishing a Palestinian state to act as an instrument of containment; by establishing a host of international guarantees and by bringing multinational forces to be deployed along the borders between Israel and the neighbouring Arab countries - Jordan, Syria, Egypt and the future Palestinian State. The American policy has also been based on working towards the internationalisation of Jerusalem, as America sees this internationalisation as a solution to the sensitive crisis of Jerusalem that would guarantee a strong American presence through the presence of the United Nations. Israeli invincibility is a myth and Israeli control on the global levers of power is an even bigger myth.

Tuesday, January 20, 2009

Resolusi 1860: Bukti Nyata Pengecutnya Para Penguasa Negeri Islam

بسم الله الرحمن الرحيم

Mereka Tidak Hanya Menghinakan Gaza dengan Tentara Mereka, Justru Gaza Mereka Serahkan kepada Yahudi melalui Resolusi PBB

Pagi hari ini, Resolusi DK PBB No. 1860 tentang serangan biadab terhadap Jalur Gaza telah dikeluarkan. Dalam redaksinya telah digunakan substil politik yang busuk, yang sebelumnya telah digunakan dalam Resolusi PBB No. 242, setelah serangan tahun 1967 M. Pada saat itu dinyatakan, “Harus menarik diri dari tanah…” padahal seharusnya, “Menarik diri dari seluruh tanah.” Tujuannya agar tetap menyisakan ruang untuk negara Yahudi menduduki wilayah yang dikehendakinya!

Begitulah Resolusi ini, yang tidak secara tegas menyatakan, “Harus menarik diri dari Gaza…” sebaliknya hanya menyatakan, “Harus menghentikan pertempuran (gencatan senjata)” yang berujung pada penarikan diri. Tetapi kapan dan bagaimana itu bisa terjadi? Lalu, bagaimana dengan Resolusi yang sengaja masih diliputi kekaburan untuk menghentikan serangan Yahudi, di mana Yahudi tetap tidak akan menghentikan serangan, meski sudah ada sejumlah resolusi yang jauh lebih keras dan tegas?!

Sekalipun sejumlah Resolusi DK PBB tidak pernah bisa menyelesaikan masalah, bahkan sudah sangat banyak resolusi-resolusi seperti ini yang tidak dilaksanakan oleh negara Yahudi… Namun, AS dan sekutunya tetap saja menolak dikeluarkannya resolusi apapun dari DK PBB. Semuanya itu agar bisa memberikan kemudahan yang cukup bagi negara Yahudi untuk menumpahkan darah dalam serangan biadabnya terhadap Gaza, hingga negara Yahudi itu bisa mewujudkan tujuannya.

Karena mengikuti dan membebek kepada AS, para penguasa negeri Muslim itu pun benar-benar patuh pada kemauan AS, dengan senang atau terpaksa, sehingga mereka pun tidak kompak, berselisih satu sama lain, dan tidak ada kata sepakat..

Namun, setelah negara Yahudi menyaksikan perlawanan dahsyat yang harus dihadapi, dan tampak bahwa dengan operasi militernya itu negara Yahudi tidak mampu mewujudkan apa yang ditargetkan, sehingga boleh jadi masalahnya berlarut-larut, sementara pemilihan umum mereka sudah di depan mata, dan mereka pun membutuhkan kondisi “kemenangan”, baik melalui peperangan maupun perdamaian, agar pemilihan umum tersebut bisa berlangsung di sela-sela itu, saat itulah AS aktif sekali mewujudkannya untuk mereka melalui DK PBB, sehingga Condolezza Rice menjadi magnet yang luar biasa dalam bebagai pertemuan dan meeting. Dia pun menggerakkan para penguasa yang menjadi kepanjangan tangannya, sehingga mereka bergegas pergi untuk menemui DK PBB; siang malam mereka bekerja keras dengan penuh semangat.. Mereka itulah yang sebelumnya memandang perlunya membantu Gaza dengan tentara-tentara mereka dengan pandangan bak orang pingsan dari kematian. Padahal andai saja saat itu ada satu atau setengah front pertempuran di sana yang dibuka oleh para penguasa itu, pasti entitas Yahudi itu akan rontok, atau bahkan lenyap tak berbekas..

Melalui resolusi ini, sebenarnya para penguasa (goodfather) itulah yang mewujudkan kepentingan Yahudi yang justru tidak bisa diwujudkan melalui serangan biadab mereka. Resolusi itu akan tetap melanggengkan tentara Israel di Gaza, dan memastikan blokade terhadap Jalur Gaza tetap berlangsung dari sejumlah faktor yang bisa menguatkan dan mempersenjatai mereka. Jangan tertipu dengan penjelasan yang dibungkus dengan indah, tentang dibukanya blokade makanan dari mereka.

Untuk mensosialisasikan resolusi ini, AS sengaja abstain, agar tampak bahwa AS seolah-olah tidak berada di belakang resolusi tersebut, sehingga para penguasa itu pun bisa menunjukkan kemenangan gemilang yang jauh dari pengaruh AS. Mereka sesungguhnya bohong. Setiap orang yang berakal dan mempunyai kesadaran politik pasti tahu, bahwa andai saja AS tidak berada di belakangnya, pasti AS sudah memveto resolusi tersebut.

Wahai seluruh kaum Muslim:

Sungguh tepat sekali apa yang disabdakan oleh manusia jujur dan terpercaya, Nabi saw.:

«إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ»

“Jika Anda sudah tidak mempunyai rasa malu, maka lakukanlah apa saja.” (H.r. Bukhari, Ibn Majah dan Ahmad)

Para penguasa itu melihat Gaza memang harus diluluhlantakkan, di mana darah-darah orang tak bersalah berhak ditumpahkan. Mereka pun tidak menggerakkan tentaranya untuk membantu Gaza. Tidak juga melepaskan satu roket pun dari peluncurnya, bahkan lebih dari itu, justru mereka menghalang-halangi relawan untuk membantu Gaza… Ironisnya, mereka justru bergegas dan berlomba-lomba untuk mengeluarkan sebuah resolusi yang menghalangi Gaza dari akses senjata dan faktor-faktor yang bisa menopang kekuatannya.. Semoga mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai bisa berpaling seperti itu?

Siapa pun yang melihat entitas Yahudi, perampas Palestina, dan dia tinggal berdekatan dengan para penguasa itu, pasti tahu persis keberlangsungan eksistensi Yahudi ini benar-benar digadaikan pada keberlangsungan para penguasa itu. Merekalah yang melindunginya, jauh lebih baik daripada melindungi diri mereka sendiri. Bahkan AS dan negara-negara Barat yang lain, yang mendukung entitas ini, tidak akan mempunyai pengaruh apapun, kalau seandainya ada satu saja dari para penguasa itu orang yang waras..

Wahai kaum Muslimin:

Kami telah mengingatkan berkali-kali. Kami ulangi lagi dan kami tambahkan, bahwa siapa saja yang ingin menghancurkan entitas Yahudi dan mengembalikan Palestina secara utuh ke pangkuan negeri Islam, maka dia harus berjuang untuk mewujudkan seorang penguasa yang ikhlas, negara yang benar, yaitu Khilafah Rasyidah. Sebab, seorang imam (pemimpin) itu bagaikan perisai, di mana orang berperang di belakangnya, dan kepadanya mereka berlindung, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw. Pada saat itulah, negara Yahudi itu tidak akan pernah lagi ada, bahkan negara-negara Kafir penjajah yang jauh lebih kuat dan digdaya ketimbang entitas Yahudi pun akan dihinadinakan.

Allah berfirman:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Q.s. Qaf [50]: 37)

13 Muharram 1430 H

9 Januari 2009 M

Hizbut Tahrir

While Bush used bombs,Obama will use 'Smart Power'

As George W Bush leaves office - Barack Obama and his team have been busily preparing to take power in America. Not satisfied with the effectiveness of Bush's murderous blood letting of Muslims, that included the industrialised slaughter of more than a million Muslims in Iraq and Afghanistan. Obama and his team have been devising more effective ways to tackle Islam and Muslims. The approach taken by Bush in his "war against terror" is considered a failure by the new US administration.

In an address to the US Senate Hilary Clinton the new US Secretary of State said, "We must use what has been called smart power - the full range of tools at our disposal. With smart power, diplomacy will be the vanguard of foreign policy."

In the New York Times it was reported that Hilary Clinton described smart power as, "It means using all the levers of influence - diplomatic, economic, military, legal, political and cultural - to get what you want."

The US will try to repair the damage done to its reputation and the effectiveness of its foreign policy by employing new tactics. Muslims today are aware that the US is a colonialist power and its foreign policy objectives will never change. The British and other colonialist nations before them employed the same change in tactics when military power and killing failed. British foreign Secretary David Milliband said whilst on trip to India that the West "could not kill [their] way out of the problems of insurgency and civil strife" and suggested that the West needs to use more than military means.

This shift in tactics from military colonialism to political, cultural and economic colonialism is nothing new to the US and her colonialist cronies. They still aim to exploit weaker nations for the benefit of their corporations and the capitalists behind them. They have a long history of using agent rulers and corrupting the politics of the Muslim world. Culturally, the West has used the media to carry its viewpoint about life and has exported its ideas to the Muslim world. Economically, even the rich Gulf States are tied to the dollar and the international financial institutions that allow the West to exert its influence over them. The US knows that she can never subdue the Muslim World by military means alone and therefore seeks to use all the means at disposal.

The reason why the West can try to continue to exploit the Muslim Ummah is because the rulers of the Muslim countries allow them to do so. They could quite easily expose the plans of the Kuffar against the Muslims and thwart them. This is regardless of the US using military power or "Smart Power". The rulers in the Muslim lands fail to do their duty.

It is only the leadership of the Khilafah state that will allow the liberation of the lands of the Muslims from military, political, cultural and economic chains imposed upon her by the West and its agents. Indeed the Prophet صلى الله عليه وآله وسلم told us that the Khaleefah is the shield of the Ummah - a shield that has been removed resulting in the blows being dealt to the Ummah. Whilst these rulers are in place, the West will continue to exploit the Muslims - the terms may change from "shock and awe" to "smart power". One thing that remains constant is the treachery of the rulers of the Muslims.

It is narrated on the authority of Abu Sa'id that the Messenger of Allah صلى الله عليه وآله وسلم said: "On the Day of Judgment there will be a flag for every person guilty of treachery. It will be raised in proportion to the extent of his guilt; and there is no guilt of treachery more serious than the one committed by the ruler of men." [Sahih Muslim]

Wednesday, December 17, 2008

The Best ShOeS in the WorLd!

Didn’t G.W. Bush say that the Americans would be greeted in the streets of Baghdad with flowers and roses?
Seven years later G.W. Bush himself is greeted with a pair of shoes!
Yesterday while Bush was speaking at the office of the Iraqi prime minister in Baghdad, an Iraqi journalist threw a shoe at the President, who ducked it, only to have the second shoe thrown at him, and again he ducked it. The President has been showing off his skills of ducking since 9-11. The man said: “This is the farewell kiss you dog!” and then he said: ““This is from the widows, the orphans and those who were killed in Iraq.”
Both, the throwing of the shoe and calling him a dog are ultimate forms of humiliation and disrespect in the Arab world. This, alHamdulillah, is proper greeting for this invader of Muslim land. But the even more proper treatment is that which is leveled against the invading troops on the streets of Baghdad.
The shoes of this journalist are better than those leaders in the Arab world who paraded their daughters to dance for Bush.
Before the Green Zone Scholars, and RAND Muslims, the promoters of the fiqh of humiliation, step up to the stage in defense of Bush and claim that this act is ‘against the Sunnah!’ let it be known that the Muslim is kind with the disbeliever who is decent and pays due respect to Islamic authority, but the Muslim is harsh against the arrogant and the transgressor. The words of Rasulullah to the leaders of Quraish were: “I came to with slaughter,” Abu Bakr cursed the disbelievers in Hudaybiyyah, and Omar would consistently beat these disbelievers, curse them and threaten them. On another note, and as ridiculous as it may sound, for those who say that al Maliki is “wali amr” and as Muslims we should not revolt against him, is this journalist at sin for not having sought the permission of al Maliki to throw his shoes? Because to them, this is definitely an act of fitnah!
Unfortunately he missed. As someone on the net has rightfully stated:
“Nobody wants to see President Bush being missed by a flying shoe like this. It’s a once in a lifetime opportunity that has been missed here.”
In the End, if anyone of you gets to know the brand of shoes this journalist was wearing please inform us about it. We would all like to go out and buy some, in solidarity with our brother!

http://www.anwar-alawlaki.com/2008/12/15/the-best-shoes-in-the-world/

Thursday, December 11, 2008

MuSdah MuLia: Rajin SeRaNg IsLam, RaiH YaP ThiaM HiEn AwaRd 2008

Yayasan Pusat Studi Hak Asasi Manusia menganugerahkan penghargaan Yap Thiam Hien 2008 kepada Musdah Mulia. Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dinilai gigih dalam memperjuangkan hak asasi manusia (HAM).

“Siti Musdah Mulia adalah tokoh perempuan yang cerdas, berani dan gigih memperjuangkan pluralisme, hak-hak perempuan dalam Islam, civil liberties dan kesetaraan hak-hak konstitusional setiap warga negara dalam demokrasi Indonesia,” kata Wakil Yap Thiam Hien Award sekaligus juri, Todung Mulya Lubis, di Jakarta, Kamis (4/12).

Selain pernah menawarkan gagasan baru di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dengan pendekatan jender, hak asasi manusia, dan demokrasi, Musdah diangap giat mengadvokasi kelompok minoritas, seperti Ahmadiyah, dan kelompok gay dan lesbian.

Dewan Juri, lanjut Todung memuji pemikiran-pemikiran Siti yang menjembatani kondisi kekinian. “Misalnya soal Undang-undang pornografi, Siti menolak peraturan tersebut karena maraknya kekerasan mengatasnamakan agama dan keyakinan tertentu, premanisme berkedok agama seakan mendapatkan justifikasi dari undang-undang ini,” ujarnya. “Bahkan dia berjuang jauh sebelum undang-undang itu disahkan”.

Yap Thiam Hien Award merupakan anugerah yang diberikan bagi tokoh atau institusi yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia. Gagasan ini dirintis pada tahun 1992 oleh sejumlah tokoh, seperti Jakob Oetama, Goenawan Mohammad, Dhaniel Dhakidae, serta pengacara Todung Mulya Lubis. Penghargaan ini diambil dari nama seorang pejuang HAM, Yap Thiam Hien. Tokoh-tokoh HAM ini adalah mereka yang sekarang dikenal sebagai anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).

Sebelum tahun 2005, para pemenang penghargaan ini memperoleh uang dalam jumlah besar. Pernah nilainya mencapai 125 ribu dolar AS (kini Rp 1,375 milyar, kurs 1 US$=Rp 11.000). Yayasan mengakui uang ini bantuan dari donator, tapi tidak disebutkan darimana dana itu. Hanya saja beredar kabar uang itu dari dana asing.

Bukan hanya kali ini Musdah memperoleh penghargaan. Pada Hari Perempuan Dunia 8 Maret 2007, Musdah Mulia menerima penghargaan International Women of Courage dari Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice di Washington. Ia dianggap wanita Asia ”pemberani”. Saat itu pun dia mengaku siap dikatakan sebagai ‘antek Amerika’.

Selama ini sepak terjang Musdah nyata sekali ingin menyerang dan berusaha menghancurkan akidah umat Islam. Dia mengajukan gagasan baru yang bersumber dari paham sekuler-liberal. Dan untuk aktivitasnya tersebut, Musdah mendapat dukungan dana dari Amerika. Misalnya saja ketika menyusun draft Counter Legal Draft Kompilasi Hukum Islam (CLD-KHI) pada 2004, dia dibantu Rp 6 milyar dari The Asia Foundation, yayasan dari Amerika yang mendukung liberalisme.

Kendati banyak ditentang oleh para ulama, rupanya Musdah tidak peduli. Dia terus saja menyebarkan virus akidah ke tengah-tengah umat Islam. Beberapa virus yang disebarkan itu antara lain:

  • Pernikahan bukan ibadah, perempuan boleh menikahkan dirinya sendiri, poligami haram, boleh nikah beda agama, boleh kawin kontrak, ijab kabul bukan rukun nikah, dan anak kecil bebas memilih agamanya sendiri (Drat CLD-KHI).
  • Semua laki-laki dan perempuan sama, tak peduli etnis, kekayaan, posisi-posisi sosial, bahkan orientasi seksualnya. “Tidak ada perbedaan antara lesbian dan tidak lesbian. Dalam pandangan Allah, orang-orang dihargai didasarkan pada keimanan mereka,” katanya.
  • Ia bersama kalangan liberal menulis Fiqih Lintas Agama. Isinya banyak membuang makna teks Alquran dan menggunakan konteks kekinian secara amburadul berdasarkan pandangan-pandangan Barat.

Orang-orang seperti Musdah Mulia ini akan terus mendapat dukungan dari musuh-musuh Islam. Mereka akan senantiasa dibantu untuk melakukan aktivitasnya melemahkan umat Islam. Alih-alih membela Islam yang sebenarnya minoritas di dunia, mereka justru membela dan memuja Barat yang justru menjajah negeri-negeri Islam.

Tuesday, December 2, 2008

Di PeNjArA 20 TaHuN HaNyA KArEnA BeriDuL FiTri

Benar-benar dzalim!!! Demikianlah tindakan jahat para pejabat di Kyrgyzstan dalam memusuhi Islam dan para pengembannya. Mereka telah memutuskan hukuman penjara mulai dari 9 hingga 20 tahun kepada 32 orang para pengemban dakwah di negeri tersebut. Para aktivis Islam itu dituduh melakukan subversi gara-gara mereka menghendaki untuk menggelar peryaan Idul Fitri, yang menandakan berakhirnya shoum Ramadhan, 1 Oktober lalu.

Kantor Kejaksaan Umum distrik Nookat di daerah Osh Kyrgyzstan Selatan, mengatakan 32 orang pendukung Hizbut Tahrir, termasuk dua wanita dan seorang remaja belasan tahun, menerima hukuman penjara mulai sembilan hingga 20 tahun saat sidang pengadilan akhir pada hari Kamis (27/11/08).

Sepuluh orang diantaranya dihukum 20 tahun penjara, satu orang dihukum sembilan tahun dan yang lainnya 16 hingga 19 tahun penjara. Benar-benar pengadilan yang zhalim.

"Beberapa dari mereka adalah anggota Hizbut Tahrir," kata jurubicara Jaksa Usen Ashimov, merujuk kepada kelompok Islamis yang dianggap dilarang tersebut.

Pengacara mereka, Ulugbek Usmanov, mengatakan kliennya menolak setiap kesalahan yang dilakukan dan merencanakan untuk menantang putusan di pengadilan. "Kami akan banding," katanya melalui telepon kepada Reuters.

Seperti diberitakan oleh Reuters, Jumat (28/11/08) disebutkan bahwa Hizbut Tahrir berusaha untuk menyatukan kaum Muslim di dalam sebuah negara Islam, tetapi perjuangannya dilakukan dengan cara-cara damai.

Majalah HT berbahasa RusiaPada tanggal 1 Oktober 2008, ratusan orang pendukung Hizbut Tahrir itu berjalan kaki di daerah Nookat agar mereka diperbolehkan untuk melaksanakan sholat Ied di lapangan. Terdapat beberapa kelompok minoritas diantara para demonstran. Sementara pihak penguasa setempat tidak memberikan izin. Puluhan orang ditangkapi.

Kelompok Hizbut Tahrir berkembang terus di negeri-negeri Asia Tengah, sebuah daerah Muslim di mana para penguasa bermuka masam kepada kelompok-kelompok di luar negara-yang menyetujui Islam, merasa menjadi ancaman bagi berkembangnya ekstrimisme sebagai pengawasan dengan ketat pada perbedaan.

Koresponden Reuters mengatakan bahwa apapun bentuk ketidakstabilan di Kyrgyzstan, sebuah negara lemah yang menjadi tuan rumah bagi basis militer AS dan Rusia, menjadi sebuah kekhawatiran bagi para pemain terutama terkait dengan ketidakstabilan di dekat Afghanistan.

Hizbut Tahrir merupakan partai politik global yang dikenal secara luas dalam perjuangannya tanpa menggunakan kekerasan untuk menegakkan Khilafah yang akan membawa kesejahteraan dunia. Aktivitasnya berada di beberapa negeri Muslim dan juga di negeri Barat termasuk di Australia, Denmark dan Inggris. Taji Mustafa, perwakilan media Hizbut Tahrir Inggris beberapa waktu lalu mengatakan sikap represif para penguasa di Asia Tengah terhadap para anggota Hizbut Tahrir sebagai wujud kekalahan intelektual para penguasa korup dalam menghadapi debat dengan gerakan tersebut. [z/m/intrfx/reutrs/syabab.com]

TraGedi MuMbai DikeCaM, BaGaiMaNa PemBanTaiaN 2.000 MusLim GuJaraT?

Telepon berdering dari Hotel Oberoi Triden yang diduga berasal dari pelaku penyerangan Mumbai. Sang penelepon menyampaikan kepada sebuah channel berita di India pertanyaan: “Kita cinta negara ini sebagai negara kami sendiri, akan tetapi ketika ibu-ibu dan saudara-saudara kami dibunuh, dimana setiap orang?”

Krisis Mumbai berakhir. Pihak keamanan India mengumumkan krisis yang dimulai pada Rabu 26 November malam itu, menelan korban korban tewas tercatat 195 orang dan 295 orang lainnya terluka. Tercatat 26 warga asing tewas, 8 diantaranya warga Israel. Serangan terhadap kota kelahiran perfilman India yang dikenal dengan Bollywood memang menarik perhatian masyarakat dunia. Seruan memerangi terorisme pun kembali digaungkan oleh Amerika Serikat. Pemimpin negara lain yang menjadi konco-konconya pun mengamini.

Meskipun telah berakhir, misteri siapa sebenarnya pelaku serangan ini belum terungkap. Awalnya kelompok yang sebelumnya tidak dikenal Deccan Mujahidin dituding sebagai pelaku. Tuduhan kemudian berkembang kepada kelompok mujahidin Khasmir, Pejabat lembaga Antiteroris AS menuding militan Kashmir yang dikenal sebagai Lashkar-e-Taiba sebagai dalang aksi berdarah tersebut. “Beberapa hal telah dipelajari dan menunjukan adanya kaitan dengan jaringan Kashmir, kata pejabat yang enggan disebutkan namanya tersebut, seperti dikutip AFP, Sabtu (29/11/2008).

Pihak militer India menyatakan kelompok militan yang menyerang beberapa tempat di Mumbai berasal dari Pakistan. “Mereka berasal dari seberang perbatasan, mungkin dari Faridkot, Pakisktan. Mereka berpura-pura berasal dari Hyderabad, “ kata Mayor Jenderal R. K. Hooda yang memimpin operasi militer. Perdana Menteri India Manmohan Singh sebelumnya telah mengatakan para militan itu berasal dari luar negeri yakni Pakistan.

Hingga saat ini belum ada laporan final yang memastikan siapa pelaku serangan Mumbai. Banyak pihak yang menyatakan terlampau dini untuk mengatakan siapa pelakuk sesungguhnhya. Guru Besar Studi Islam pada universitas Islam New Delhi, Zubeir Ahmed Farouqi, mengatakan, masih terlalu dini menentukan kelompok pelaku dibalik serangan bom Mumbai, apalagi kelompok “Deccan Mujahidin” yang menyatakan bertanggung jawab tidak dikenal sebelumnya di India dan aparat keamanan India masih belum melakukan investigasi, karena masih disibukan dengan upaya membebaskan sandera.

Pemred media India, Milli Gazette, Dhaffar Islam Khan, dalam wawancara khusus dengan Aljazeera pada 28/11, mengatakan masih terlalu dini menentukan siapa kelompok pelaku dibalik aksi peledakan bom Mumbai. Menurut Dhaffar Islam Khan, aksi bom dan serangan Mumbai sangat besar sehingga diragukan kemungkinan keterlibatan kelompok muslim India atau ormas islam tertentu sebagai kelompok pelaku, apalagi sampai saat ini belum pernah ada kelompok islam di india yang telah divonis oleh peradilan bersalah karena terlibat kegiatan terror.

Farrukh Saleem dalam analisisnya mengingatkan bahwa di India banyak sekali kelompok-kelompok yang sering dituduh militan. Dalam lima dekade terakhir di India tumbuh tiga jenis kelompok militan: ekstrimis sayap kiri, seperatis dan agama. Ekstrimis sayap kiri yang telah melakukan beberapa tindakan teror antara lain People’s Guerrilla Army, People’s War Group, Moist Communist Centre, Communist Party of India-Maoist dan Communist Party of India Janashakti. Sementara di wilayah Assam terdapat lebih kurang 35 kelompok seperatis. (http://thenews.jang.com.pk/)

Menurutnya, tahun 2006 saja terdapat sekitar 2.765 orang yang terbunuh akibat kekerasan yang berhubungan dengan tindakan terror. Dari jumlah itu 41 persen kehilangan nyawanya di Jammu dan Khasmir, 27 persen akibat kelompok sayap kiri, 23 persen akibat kekacauan/pemberontakan dan 10 persen dari kelompok militan yang berbasis agama. Karena itu, siapa yang menjadi pelaku , banyak kemungkinan.

Yang jelas siapapun pelakunya, seringkali tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata muncul sebagai reaksi dari kekerasan dan ketidakadilan yang dilakukan negara. Aryn Baker dalam Time (Kamis , 27 November 2008) mengingatkan hal ini. Menurutnya, krisis Mumbai tidak bisa dipisahkan dari ketidakadilan yang dirasakan muslim minoritas India termasuk masalah Khasmir. Muslim India yang jumlah 13,4 persen dari jumlah India seringkali harus diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah India yang mayoritas beragama Hindu (80 persen).

Sebagian besar muslim India hidup tidak sejahtera, mendapat pelayanan kesehatan yang buruk, tingkat buta huruf yang tinggi, dan umumnya dibayar dengan gaji yang rendah. Kondisi ini, menurutnya, diperparah dengan kerusuhan di Gujarat tahun 2002 yang menewaskan lebih kurang 2.000 orang yang sebagian besarnya adalah muslim.

Yang perlu dicermati, krisis Mumbai digunakan untuk kepentingan negara-negara besar dalam agenda perang melawan terorisme. Apalagi Obama presiden terpilih AS secara terbuka mengatakan bahwa wilayah Pakistan, Afghanistan (yang berdekatan dengan India) akan menjadi wilayah garis terdepan bagi AS untuk memerangi terorisme. Krisis Mumbai sangat mungkin dijadikan oleh negara Super Power itu untuk mengokohkan kepemimpinannya di wilayah itu atas nama perang melawan terorisme.

Bisa jadi , bukan sebuah kebetulan kalau Obama menunjuk Sonal Shah sebagai salah seorang penasehatnya. Shah dikenal sebagai kordinator Vishwa Hari Parishad (VHP) Amerika. Berdasarkan the Daily Times Pakistan, VHP dan sayap pelajarnya Bajrang Dal dipercaya telah terlibat dalam pembantaian lebih 2000 Muslim di Gujarat.

Peristiwa ini juga sepertinya akan benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah boneka AS di Pakistan dan Afghanistan untuk memperkuat posisi mereka. Peristiwa Mumbai memperkuat legitimasi memerangi pejuang Islam atas nama war on terrorism. Padahal pejuang Islam itu sebenarnya rakyat mereka sendiri yang berjuang melawan penjajahan AS di kawasan itu. Pejuang Islam Khasmir yang ingin membebaskan diri dari penjajahan India pun akan semakin disudutkan dengan julukan teroris. Ke depan pemerintah India, Pakistan, dan Afghanistan akan mengokohkan strategi AS untuk membendung kelompok perlawanan Islam yang dituduh teroris.

‘Ala kulli hal , Kita tentu mengecam setiap pembunuhan terhadap rakyat sipil yang tidak berdosa. Hanya saja adalah tidak tepat dan tidak adil kalau menyatakan gerakan perlawanan terhadap penjajahan sebagai tindakan terorisme. Adalah tidak adil mencap Hamas, pejuang mujahidin Irak, pejuang Afghanistan, termasuk pejuang Khasmir sebagai teroris. Padahal yang mereka lakukan adalah membebaskan tanah air mereka dari penjajahan asing. Sama halnya saat para pahlawan kita saat berjuang mengusir Belanda, meskipun harus berperang dan membunuh, mereka tidak bisa disebut teroris. Mereka adalah pahlawan yang tidak sudi tanah airnya dijajah oleh musuh.

Disamping itu, mengecam krisis Mumbai tapi cendrung diam terhadap pembantaian 2.000 umat Islam di Gujarat, tentu saja adalah kejahatan kemanusiaan. Termasuk diam menyaksikan pesawat-pesawat tempur AS membunuh ribuan orang rakyat sipil tidak bersalah di Afghanistan dan Pakistan. Atau diam terhadap terbunuhnya hampir 1 juta rakyat sipil di Irak akibat pendudukan AS, diam terhadap pembantaian sistematis yang dilakukan Israel di Palestina. Diam saat korbannya umat Islam adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. (Farid Wadjdi)

Derita Muslim Minoritas India

Telepon berdiri dari Hotel Oberoi Triden yang diduga berasal dari pelaku penyerangan Mumbai. Sang penelepon menyampaikan kepada sebuah channel berita di India pertanyaan: “Kita cinta negara ini sebagai negara kami sendiri, akan tetapi ketika ibu-ibu dan saudara-saudara kami dibunuh, dimana setiap orang?”

  • Penghancuran Masjid Babri di Ayodhya oleh militah Hindu pada 1992. Penghancuran ini telah memicu tewasnya ribuan kaum Muslim yang dengan gagah berani berusaha mempertahankan masjid Allah tersebut.

  • Februari 2002, gerombolan orang-orang Hindu membunuh sedikitnya 2000 Muslim di seluruh Gujarat. Mayat yang hangus terbakar dan beberapa orang Muslim yang selamat dengan terluka, membuktikan bahwa orang Muslim dibakar hidup-hidup secara sistematis oleh orang Hindu. Diduga pemerintah India terlibat dalam pembantai umat Islam ini

  • Organisasi pemantau hak asasi manusia Human Right Watch (HRW) menyatakan, sekitar 100 warga Muslim ditangkap oleh polisi India pasca peristiwa ledakan bom di kota Hyderabad yang terjadi pada bulan Mei dan bulan Agustus 2007. Para tahanan Muslim itu disuruh telanjang, dipukuli, digantung dengan posisi kepala di bawah, disetrum dan diancam dengan cara menyiksa kerabat perempuan para tahanan.

  • Komite Solidaritas Muslim Khasmir menginformasi dari berbagai sumber daftar kejahatan India sejak Januari 1990 hingga Desember 1998. Sebanyak 63.275 orang syahid dibunuh antara lain dengan dituangi timah panas; 775 politisi ulama dan Imam Masjid dibinasakan; 81.161 dijebloskan ke penjaran tanpa pengadilan

Menghentikan pengkajian Al Qur’an dan bahasa Arab di sekolah negeri dan digantikan dengan bahasa India

Thursday, November 27, 2008

Di BaLiK bLoG AnTi IsLaM

Kebencian terhadap Islam memang tidak pernah berhenti hingga hari Kiamat. Selalu saja ada musuh-musuh Islam yang mencari celah untuk menyatakan permusuhan mereka. Salah satunya adalah dengan blog.

Cara ini memang cukup efektif dan efesien. Efektif karena dengan cara ini penyebaran bisa tanpa batas. Dan efesien karena mereka membuat blog bisa gratisan.

Siapa saja yang getol bermain di lapangan blog penghina Islam ini?

Memang, begitu banyak blog yang terus saja muncul dan berkeliaran di dunia maya Indonesia. Secara umum, blog-blog tersebut banyak dibuat di penyedia jasa blog gratisan, semisal wordpress, multiply, dan lain-lain.

Kebanyakan tersebarnya informasi tentang situs-situs yang menghina Islam dan Nabi Muhammad berasal dari sebuah forum diskusi. Misalnya, situs lapotuak.wordpress.com tersebarnya melalui forum Faith Freedom (http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/). Situs ini sekarang memang sudah ditutup. Tapi, situs asalnya http://www.faithfreedom.org yang di miliki oleh Ali Sina sampai sekarang masih bisa diakses.

Siapa Ali Sina? Aslinya dari Iran. Setelah murtad, orang ini menjadi atheis dan tinggal di Amerika. Di sana, ia dan timnya membuat yayasan yang bernama Faith Freedom Internasional. Ia bertekad untuk menghantam Islam lewat lembaga ini.

Di suatu situs komunitas terbesar di Indonesia, Kaskus (http://www.kaskus.us) bahkan dulu ada satu thread khusus untuk saling menghujat yang diistilahkan dengan nama FC (fight club). Orang-orang bisa berdebat, mencaci maki, menghina, mengejek suatu agama tanpa ada batas.

Bahkan ada 'orang gila' yang membuat thread yang berjudul “Tantangan 2 x 24 jam kepada Allah nya umat Islam”. Si 'orang gila' ini menantang Allah, kalau benar Allah itu wujud dia minta dalam waktu 2 x 24 jam dia sudah mati. Sayang, sebelum 2 x 24 jam thread itu sudah di hapus oleh admin. Mudah-mudahan orang gila tadi juga dibuat mati oleh Allah.

Selain Ali Sina, ada lagi Roy Sianipar. Melalui situsnya http://roysianipar-islamjihadfuckupindonesia.blogspot.com/ dan http://poorestislamijihadinindonesia.blogspot.com/, ia selalu melontarkan hujatan-hujatan sangat kasar dan vulgar terhadap Nabi Muhammad dan Islam. Seperti halnya Ali Sina, orang ini pun belum diketahui keberadaannya. Ada blog yang menyebutkan bahwa si Roy ini tinggal di Australia, dan ia seorang gay.

Sebuah blog Islam malah sudah memberikan ancaman terhadap Roy: mengharapkan partisipasi blogger muslim untuk menginformasikan keberadaan ROY SIANIPAR kepada mereka. Akan ada tindakan khusus secara offline untuk Roy.

Bukan tidak mungkin, masih banyak makhluk-makhluk lain sejenis Roy ini yang hobinya menghujat dan menghina Islam dan Nabi Muhammad. Sangat di butuhkan peran aktivis blogger dan hacker muslim untuk menghentikan tindakan-tindakan mereka yang melampui batas itu